HTI Press. Kamis (9/5), HTI DPD 2 HTI Kota Bogor melakukan kunjungan silaturahmi ke DPD Partai Golkar Kota Bogor, sebagai bagian aktivitas dakwah yang menjadi concern HTI. Delegasi HTI yang terdiri dari Gus Uwik (Ketua DPD 2 HTI Kota Bogor), M. Irfan (ketua LF), Ray Iskandar (Anggota LF), Nashrullah (Anggota LF), Firmansyah Abu Zaky (Anggota LF), dan Erwin Wahyu (Infokom HTI), diterima langsung oleh Ketua Bidang Keagamaan DPD Partai Golkar, Bapak Atmaja, dan pengurus lainnya seperti Bapak Asep Abdul Wadud dan Bapak Zaenal.
Dalam kesempatan tersebut Bapak Atmaja selaku tuan rumah yang mewakili ketua DPD Partai Golkar, Chepy Harun yang berhalangan hadir karena ada kegiatan di luar menyampaikan, “Kami ucapkan selamat datang tamu-tamu dari HTI di kantor kami, dan kami saat ini sedang fokus dalam persiapan pilkada kota Bogor, sehingga penerimaan kami tidak full team. Oleh karenanya kami persilakan kepada HTI untuk menyampaikan maksud serta tujuan dari kunjungan silaturahmi sore ini ke Partai Golkar,” ungkap Atmaja.
M. Irfan selaku amir rombongan, menyampaikan maksud kunjungan HTI ke Partai Golkar yakni mencakup 2 hal. Pertama menyikapi Pilwakot yang tidak lama lagi akan di gelar di kota Bogor, dan yang kedua adalah undangan DPD 2 HTI Kota Bogor kepada Partai Golkar untuk bisa hadir pada acara Muktamar Khilafah pada ahad [2 Juni 2013] nanti di GBK-Jakarta.
M Irfan selanjutnya menjelaskan bahwa HTI sangat peduli tentang persoalan pilwakot karena HTI sadar bahwa ini adalah tanggung jawab bersama, apalagi dengan tagline kota Bogor yang bermotto, ‘Bogor kota Halal dan Beriman’. “Menurut kami seharusnya artian Halal dan Beriman haruslah sesuai dengan ketentuan Syariah, bukan hanya Bersih Indah dan Nyaman (disingkat: beriman),” terang M Irfan.
Oleh karenanya bagi HTI seharusnya dalam memilih pemimpin haruslah juga sesuai dengan standar yang di tentukan di dalam nash-nash Qur’an & Sunnah, termasuk ketika sudah berkuasa, pemimpin harus berani menyampaikan kebenaran, tegas dan tidak menyalahi standar syariah. “HTI paham dan sadar bahwa persoalan ini adalah persoalan semua masyarakat, maka oleh karenanya HT berdasarkan seruan Allah di dalam al-Qur’an Surat Ali-Imran ayat 104, mendedikasikan untuk selalu menyampaikan dakwah di setiap kesempatan, termasuk dalam kedatangan kami ke partai Golkar,” tegas M. Irfan.
Menanggapi penjelasan tersebut, Bapak Asep Abdul Wadud selaku caleg dari Partai Golkar pun menjawab, ”Kami di Partai Golkar pun insya Allah berpegangan pada 2 kriteria mengenai calon pemimpin sesuai konteks dalam al-Qur’an, yaitu Bastotan fil ‘ilmi wal jism [kuat dalam ilmu dan jasad]. Baik dalam ilmu agama dan juga pemerintahan, dan sosok pemimpin yang berani mendobrak untuk kebaikan moral dan akhlaq, dan mudah-mudahan Golkar ke depan bisa menemukan calon pemimpin seperti itu,” jelas Asep Abdul Wadud, yang dulu pernah aktif di PPP dan PKB.
Selanjutnya Bapak Zaenal, pengurus Partai golkar yang lain, yang juga Sekretaris PC-NU Kota Bogor menyampaikan, bagi NU dan juga Golkar 4 pilar sebagai sesuatu yang harga mati, karena sudah mengandung nilai-nilai Islam yang menjadi spiritnya. ”Bagi NU, negeri ini telah ditegakkan syariah. Berbeda dengan apa yang di pahami oleh HTI bahwa syariah belum diterapkan di Indonesia. Apakah pengertian syariah antara NU dan HTI berbeda dalam memahaminya?” tanya Zaenal kepada pengurus HTI kota Bogor.
Menjawab pertanyaan tersebut, Ray Iskandar menjelaskan saat ini islam hanya di terapkan dalam perkara yang mencakup aspek individual, seperti shalat, zakat, puasa, haji, talak, waris dan lainnya. Namun untuk urusan pemerintahan, politik, ekonomi, hukum, aturan-aturan yang diterapkan bukan bersumber dari Islam. Islam tidak di terapkan secara utuh sebagaimana perkara ibadah mahdhah lainnya. ”Inilah mengapa kami katakan bahwa di Indonesia belum diterapkan syariat Islam secara sempurna. Oleh karena itu HTI berpandangan bahwa penerapan Syariah islam secara Kaaffah melalui penegakan Khilafah adalah kewajiban yang sudah di ketahui secara umum, apalagi kalangan ulama dan para fuqaha,” jelasnya.
Adapun terkait dengan 4 pilar, HTI menilai bahwa ketika negeri ini dipimpin oleh Soekarno, Pancasila bisa dibawa ke kiri, lalu ketika di masa Soeharto, Pancasila dibawa ke arah otoriter dengan orde barunya, yang juga berpaham kapitalis. Dan sekarang Pancasila menjadi tidak jelas karena, paham liberalis begitu kuat mencengkeram negeri ini, baik kekayaan alam yang banyak dijarah asing, padahal katanya dalam UUD bahwa dikatakan, Sumber daya alam dikelola negara untuk kepentingan rakyat banyak, namun faktanya itu semua tidak terbukti.
Maka oleh sebab itu kami dari HTI menawarkan konsep Sistem Khilafah, yang akan memberikan solusi terhadap persoalan bangsa, yang memang di turunkan dari Pembuat Manusia, alam dan kehidupan dialah Allah al-khaliqu al-muddabir. ”Oleh sebab itulah kami pun sama dengan partai Golkar ingin menjadikan negeri ini jauh lebih baik, namun kami berpandangan hanya dengan Syariat islam sajalah negeri ini akan menjadi negeri yang Baldatun Thayyibun wa Rabbun ghafur,” tegas Ray Iskandar menambah hangat diskusi tersebut.
Di akhir pertemuan, Gus Uwik menyampaikan, kenapa HTI sampai saat ini terus melakukan upaya menyadarkan umat, dengan mendatangi tokoh, birokrat, parpol, ormas dan seluruh masyarakat kota Bogor khususnya, dan umumnya rakyat di negeri ini, karena agar mereka paham bahwa HTI ingin menawarkan suatu konsep yang utuh tentang Syariat Islam yang agung, dan membawa kemashlahatan kepada umat, dan juga pasti keberkahan, andaikata kita mengambil dan menerapkannya. ”Kami juga sampaikan terkait visi misi HTI agar clear, tidak ada sesuatu yang menjadi pertanyaan di luar sana, karena dakwah kami terbuka untuk umum,” imbuh Gus uwik.
Alhamdulillah, kunjungan silaturahmi berjalan dengan penuh kehangatan. Di akhir acara, delegasi HTI memberikan undangan Muktamar Khilafah kepada DPD Partai Golkar, lalu al-Wai’e dan media umat sebagai gambaran dakwah yang selama ini dilakukan HTI di seluruh Indonesia. [ ] Fir