HTI Press. Laut tak menghalangi kaum Muslim di wilayah Banggai untuk mengikuti Muktamar Khilafah (MK) di Luwuk. Sebanyak 80 orang harus merelakan diri menyusuri lautan selama empat jam perjalanan. Mereka naik kapal menjelang malam, Sabtu (18/5) menuju ibukota Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.
Rasa syukur mereka sampaikan setelah sampai di Luwuk pada pukul 20.00. Tak hanya itu, setelah perjalanan diombang-ambing ombak, mereka pun harus rela tidur di serambi masjid. Soalnya, acara MK baru berlangsung keesokan harinya, Ahad (19/5). Tapi semangat mereka luar biasa. Mereka mengikuti acara MK hingga akhir acara.
Selain dari Banggai Kepulauan, ada juga rombongan dari Kabupaten Tojo Una-una. Untuk sampai di tempat MK, mereka harus menempuh perjalanan selama kurang lebih enam jam melalui darat. Mereka menghabiskan malam di jalan untuk bisa mengikuti MK Ahad pagi itu di depan Masjid Raya An-Nur, Luwuk.
Semarak
Acara Muktamar Khilafah di Luwuk (600 km dari Palu) ini terkesan cukup istimewa. MK diadakan di pelataran masjid, tepat di pinggir laut. Hembusan angin laut sangat terasa, menambah semangat para peserta.
Sebuah tenda besar memayungi para peserta. Tepat di pintu masuk arena, al-Liwa dan ar-Raya yang berukuran cukup besar dipasang di dua tiang. Bendera Islam itu berkibar ditiup angin seakan menyapa peserta dari Luwuk dan sekitarnya.
Di bawah tenda 1.100 kursi berjejer. Setengah ikhwan dan setengahnya lagi buat akhwat. Sejak pagi peserta berdatangan. Setiap peserta diberi satu ar-Roya dari kertas oleh panitia. Bendera kecil inilah yang diangkat oleh para muktamirin ketika dikomandoi pembawa acara.
MK di Luwuk ini menghadirkan enam pembicara. Empat dari Luwuk dan dua dari Jakarta. Secara bergantian mereka membawakan orasi tentang persoalan dunia saat ini dan solusinya menurut pandangan Islam.
Ketua DPD II HTI Banggai Muhaimin menjelaskan, MK ini adalah sarana untuk menyadarkan umat tentang kewajiban menegakkan syariah dan Khilafah. Apalagi, bulan ini adalah bulan Rajab yang 92 tahun lalu tepat 28 Rajab 1342 H Khilafah Islamiyah diruntuhkan oleh Mustafa Kemal Attaturk. “Saatnya kita kaum Muslimin berjuang bersama mengembalikan institusi Islam ini,” katanya.
Sementara itu, Ketua DPP HTI Abu Miqdad dalam pidato politiknya mengajak kaum Muslimin meninggalkan demokrasi. “Campakkan demokrasi dan seluruh sistem kufur lainnya buatan manusia. Lenyapkan sekat-sekat nasionalisme. Tegakkah khilafah,” katanya yang disambut pekikan takbir peserta.
Ia mengajak kaum Muslim untuk menjadi ansharullah, penolong agama Allah. Caranya dengan ikut berjuang menegakkan Khilafah karena itu adalah kewajiban yang agung bagi seluruh kaum Muslim.
Muktamar Khilafah di Luwuk ini juga diramaikan dengan teatrikal yang menggambarkan kondisi umat Islam kekinian dan pasca kebangkitan Islam setelah Khilafah tegak. Masa suram akan berganti dengan masa keemasan. Teatrikal ini diperankan oleh siswa-siswa dari sekolah yang bernaung di bawah ormas Al Khairat.
Beberapa tokoh yang hadir menyatakan setuju dengan isi MK kali ini. “Memang tidak ada pilihan lain,” kata tokoh dari Palu. Yang mengaku sangat mendukung perjuangan Hizbut Tahrir. Ada juga yang berharap bisa hadir di Gelora Bung Karno Jakarta untuk mengikuti MK yang terbesar di Indonesia.[]emje