Juru Bicara Hisbut Tahrir Indonesia (HTI), Muhammad Ismail Yusanto mengeritik sistem ekonomi nasional yang cenderung berpihak pada konglomerat global. Kebijakan nasional dianggap terlalu berkiblat pada asing sehingga menghancurkan sendi-sendi perekonomian lokal.
Salah satu yang disoroti adalah kebijakan dari segi optimalisasi sumber daya alam. Dia mencontohkan dari sektor Minyak dan Gas (Migas) serta pengelolaan sumber daya air. Menurutnya, upaya yang dilakukan pemerintah selama ini justru terjebak pada skenario global sehingga masyarakat Indonesia tidak bisa menikmati kekayaan alam ini.
Padahal, sistem ekonomi dunia yang diterapkan asing saat ini sebenarnya tidak berdasar pada nilai-nilai keadilan dan kemakmuran. Bahkan konsep yang diterapkan justru hanya berupaya mengambil keuntungan besar dengan merusak alam. Ironisnya, kebijakan pemerintah justru melegitimasinya.
“Disinilah pangkal masalah dari ambruknya bangunan ekonomi nasional. Kebijakan dari sektor migas dan sumber kekayaan alam lainnya dikendalikan negara lain. Masyarakat Indonesia kemudian menjadi korbannya,” ujar Ismail dalam pidato politik HTI pada Muktamar di Stadion Andi Mattalatta, Minggu, 19 Mei.
Lebih lanjut dia mengatakan jawaban dari persoalan bangsa ini hanya bisa terjawab jika pengelolaan didasarkan pada petunjuk dan ajaran agama. Islam, menurutnya, sudah menjelaskan tentang kepemimpinan yang memakmurkan yang disebut dengan Khilafah Islamiyah. “Perjuangan inilah yang tidak akan pernah berhenti,” tambahnya.
Pada Muktamar Khilafah HTI ini, puluhan ribu pejuang HTI memadati Stadion Andi Mattalatta. Beberapa perwakilan dari luar Sulawesi juga hadir. Pada empat sudut stadion di dengan memanfaatkan menara dikibarkan kalimat Khilafah pada spanduk sepanjang sekira sepuluh meter. Kalimat takbir menggema hingga Mukmatar ditutup pukul 12.00 siang. (fajar.co.id, 20/5/2013)