Dukungan Amerika Atas Ahmadiyah Menjadi Bumerang

Amerika merasa putus asa untuk menemukan sekutu-sekutu yang bukan Muslim di kalangan umat Islam di dunia. Yakni, umat Islam yang percaya sebagaimana yang dipercayai oleh Amerika bahwa tidak ada agama tertentu yang memiliki pengaruh dalam politik dan pemerintahan.

Namun, jajak pendapat yang dilakukan oleh Pew Research Foundation mengungkapkan bahwa hal ini sesuatu yang sia-sia. Jajak pendapat Pew melaporkan dukungan luar biasa di dunia Muslim terhadap hukum Syariah,  dan untuk kebijakan dan pemerintahan yang didominasi oleh Islam.

Yang pasti berarti bahwa negara-negara Muslim akan mencurigai, jika tidak memusuhi, gagasan AS atas apa yang dianggap sebagai ekstremisme Islam.

Ini mungkin adalah alasan mengapa Presiden Obama menghindari untuk menggunakan istilah “Islam’ ketika mengacu pada ekstremisme, bahkan ‘ekstremisme’ yang jelas berdasarkan interpretasi Islam. Dia mungkin percaya bahwa pelabelan itu akan menjadi kontraproduktif. (Mungkin dia benar, mungkin juga tidak.)

Seorang pakar Timur Tengah Daniel Pipes mengatakan:. “Islam Ekstrim adalah suatu masalah, Islam moderat adalah solusinya’. Masalahnya adalah, gagasan kita tentang makna “moderat “ mungkin hanya memiliki sedikit kemiripan dengan pengertian umum atas makna itu di negara-negara Muslim.

Bagaimana jika umat Islam mendukung perspektif agama tertentu bagi orang Kristen di Amerika – katakanlah Gnostisisme? Kemungkinan besar mereka tidak akan terburu-buru untuk mendukungnya, namun kemungkinannya malah akan mengutuknya – dan menuntut bahwa kaum Muslim punya urusannya sendiri yang bisa diselesaikan.

Akhirnya, bagaimanapun,  para politisi Amerika dari semua partai dan semua garis ideologi – mulai dari pemimpin kelompok minoritas di DPR Nancy Pelosi hingga pemimpin kelompok minoritas Senat Mitch McConnell – percaya bahwa mereka telah menemukan apa yang Amerika telah lama cari. Mereka dekat dengan sebuah kelompok yang mereka ingin anggap diterima sebagai umat Islam – yakni kaum Muslim yang menolak kekerasan dan supremasi Islam dan mendukung pemisahan antara agama dan negara.

Mereka dikenal sebagai “Muslim Ahmadiyah. ‘ Dan dengan kedua pihak ingin mencapai misi perjuangan mereka, CIA dan dana dari Departemen Luar Negeri tidak diragukan lagi akan deras mengalir kepada mereka – atau mungkin sudah dialirkan. Tuntutan bergema adalah bahwa Departemen Luar Negeri mengambil tindakan tegas yang mengutuk penindasan terhadap Ahmadiyah..

Masalah penindasan – yang merupakan masalah yang sangat nyata – menggarisbawahi “masalah” yang ditemukan, dengan Muslim “kami”. Sebagian besar dunia Islam sebanyak 1,6 miliar Muslim menganggap kelomppok Ahmadiyah sama sekali bukan Muslim namun kelompok sesat. Dan umat Islam dunia, sebagaimana orang Kristen di era sebelumnya, tidak cenderung untuk bersikap toleran terhadap orang yang mereka labeli sesat.
Itulah sebabnya mengapa para penganut sekte Ahmadi cenderung mendapat tindakan keras di Pakistan, yakni salah satu “sekutu Islam” kita. Juga di Arab Saudi, “sekutu kita” lain yang seringkali problematis, dimana Ahmadiyah dilarang naik haji ke Mekah.

Baru-baru ini, tiga puluh dua anggota Kongres AS menandatangani surat yang memberitahu Menteri Luar Negeri John Kerry bahwa Amerika jangan “berpangku tangan” sementara jutaan Ahmadiyah kehilangan haknya.

Namun, diplomasi yang tenang untuk mereka kemungkinan terbukti lebih efektif daripada diplomasi garang – atau setidaknya tidak menabur kebencian yang merusak sebagaimana campur tangan kita,  yang bertindak seperti orang bodoh,  dengan mengerahkan tenaga untuk “pembangunan bangsa” selama beberapa tahun terakhir dan pada saat ini pada akar rumput Islam. (rz/www.dailydemocrat.com, 2/5)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*