Poso Kembali Memanas, Adnan Arsal: “Polisi Bagian dari Teroris!”

Terkait penembakan Ahmad oleh Densus 88, Tokoh Masyarakat Poso Adnan Arsal menyatakan polisi sudah menjadi bagian dari teroris. “Kalau sudah seperti ini, polisi justru bagian dari pada teroris sudah. Karena polisi sudah bikin resah masyarakat!” tudingnya kepada mediaumat.com melalui telepon, Selasa (11/6).

Menurutnya, hari ini masyarakat kembali turun ke jalan menuntut jenazah Ahmad dikembalikan kepada keluarga. Ahmad (30 tahun) adalah adik ipar Basri terpidana 19 tahun penjara lantaran dituduh membunuh seorang pendeta dan tiga siswi Kristen.

Pekerjaan Ahmad serabutan, kadang jual ikan, kadang jadi tukang. Ia menjadi tulang punggung orangtuanya Basri sejak Basri dipenjara dan kedua anaknya yang lain mati menjadi korban. “Tapi tiba-tiba, Ahmad jadi DPO dan tidak tahu bagaimana ceritanya,” ungkap Adnan.

Jadi perlu diklarifikasi oleh Polri, bagaimana prosedurnya seseorang itu bisa menjadi DPO. “Jangan hanya informasi dari seorang saja (tiba tiba ditembak mati, red). Harus dipastikan dulu keterlibatannya itu apa? ” keluhnya.

Menurut Adnan, penembakan Ahmad oleh Densus 88 terjadi di Jalan Pulau Irian Lorong Pulau Seribu. Saat itu Ahmad sedang mengendarai sepeda motor usai menunaikan shalat Ashar di Masjid Al Muhajirin Desa Kayamanya, Poso, untuk kembali mencari nafkah.

Namun dia dikejar oleh sebuah mobil yang dikendarai beberapa personel Densus 88. Kemudian Ahmad ditabrak mobil tersebut, hingga terjatuh. Ahmad pun lari. Lalu Densus menembak Ahmad enam atau tujuh kali.

“Jadi mobilnya yang nabrak, kemudian anak ini lari lalu ditembak. Lalu dibalik faktanya, disebut bahwa Ahmad yang menabrak, Ahmad yang menembak. Ada tujuh atau enam selongsong, warga banyak yang menjadi saksi di situ,” ungkap Adnan.

Itulah yang bikin masyarakat marah. Sehingga pada sore itu juga ribuan warga turun ke jalan.  Ditambah lagi mayat itu sampai sekarang belum dikembalikan kepada keluarganya tetapi masih di Polda Palu. “Makanya sampai sekarang masyarakat masih demo-demo terus itu, minta dikembalikan itu mayat,” bebernya.

Bagian tubuh mana saja yang terkena tembakan, Adnan pun tidak mendapatkannya dari saksi mata.  “Belum jelas, apakah kepala atau dada, punggung atau apa, yang jelas ada darah di situ (menggenang di jalan, red),” ujarnya.

Usik Rasa Keadilan

Agar rasa keadilan masyarakat tidak terusik sehingga marah dan turun ke jalan, Adnan sudah berulang kali memberikan saran kepada Polri agar DPO itu tidak ditembak di tempat. “Kita kan sudah meminta agar DPO itu janganlah ditembak di tempat. Tapi Polri sering berkilah tidak ada jalan lain karena DPO bersenjata padahal tidak ada itu Ahmad bersenjata, begitu juga dengan korban-korban sebelumnya. Tetapi Densus sering membalikkan fakta itu,” akunya.

Adnan pun kembali menyarankan agar terjadi dialog secara jantan dan terbuka terkait prosedur seseorang jadi DPO.

“Jadi kalau saran kita, tidak adakah jalan lain, kalau memang sekarang mau buka-bukaan, secara jantanlah, Densus 88 bersama polisi dengan kita berdialog secara terbuka. Sistem apa yang ditempuh polisi dalam menetapkan seseorang menjadi DPO? Sehingga DPO di Poso itu  berkesinambungan secara terus menerus.”

Terkait bom bunuh diri di Mapolres Poso baru-baru ini Adnan pun berkomentar.

“Bom bunuh diri yang kemarin juga siapa yang tahu? Tapi kenapa masyarakat Poso yang diobok-obok? Ini kan bikin resah saja masyarakat. Kalau sudah seperti ini, polisi justru bagian dari pada teroris sudah. Karena polisi sudah bikin resah masyarakat.”

Sebelumnya Polri menyatakan tidak menutup kemungkinan bahwa pelaku bom bunuh diri di Mapolres Poso adalah Basri (kakak ipar Ahmad), yang kabur dari tahanan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Ampana, Sulawesi Tengah, pada Jumat, 19 April lalu.

Basri divonis hukuman penjara selama 19 tahun oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, pada Desember 2007. Kaburnya Basri sempat menuai tanda tanya besar karena terjadi saat ia diizinkan keluar Lapas menjenguk istrinya yang sakit tanpa pengawalan khusus.

Kemudian Pengamat Noor Huda Ismail memastikan bahwa pelaku bom pada Senin (3/6) itu bukan Basri.

Nah, lho? Siapa kira-kira berikutnya yang tiba-tiba jadi DPO dan ditembak di tempat? Hanya Allah SWT dan Densus 88 lah yang tahu. (mediaumat.com, 11/6)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*