PBB mencatat bahwa jumlah korban meninggal di Suriah akibat yang terjadi di sana lebih dari 93 ribu orang.
Sebuah hasil studi yang diterbitkan oleh Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa lebih dari lima ribu orang meningga setiap bulannya sejak Juli lalu. Sementara pedalaman Damaskus dan Aleppo tercatat sebagai jumlah korban meninggal terbesar sejak November, menurut Reuters.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Bulan demi bulan mencerminkan tingkat pembunuhan yang sangat tinggi. Ini merupakan bentuk konflik yang sangat memburuk selama setahun yang lalu.”
Ia menambahkan: “Ada juga kasus yang terdokumentasi dengan baik berbagai penyiksaan dan eksekusi anak-anak, serta pembantaian seluruh keluarga dengan bayi yang masih disusui. Ini semua menunjukkan dengan kuat—di samping jumlah korban meninggal yang sangat besar—selama kekejaman dan kebrutalan yang telah menjadi trend dalam konflik ini.”
Konflik ini dimulai di Suriah lebih dari dua tahun lalu setelah maraknya aksi-aksi damai menentang rezim Basyar al-Assad, namun rezim Assad menyambutnya dengan pembunuhan dan kebrutalan.
Selanjutnya aksi-aksi itupun berubah menjadi pertempuran bersenjata di tangan sejumlah tentara Suriah yang membelot dari rezim Basyar al-Assad, dan merekapun mampu mengambil alih beberapa wilayah penting.
Sementara Barat, sampai sekarang, menolak untuk membantu senjata yang diperlukan kelompok oposisi guna menghadapi rezim Assad yang telah mendapatkan berbagai jenis senjata terbaik dan tercanggih dari Rusia dan Iran.
Bahkan rezim Assad telah menggunakan senjata kimia beberapa kali terhadap warga sipil, dan beberapa surat kabar Barat telah mempublikasikan video yang menguatkan hal itu (islammemo.cc, 13/6/2013).