HTI Press. Banjarmasin- Gelombang aksi penolakan rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dilakukan pemerintah terus mematik reaksi para aktifis di Banjarmasin.
Selain mahasiswa, aksi serupa juga dilakukan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kalsel. Aksi gabungan dari HTI Banjarmasin dan Banjarbaru itu diawali dengan long march dari Jalan Merdeka, Jalan A Yani, Jalan Kolonel Sugiono, Jalan Pangeran Samuera, dan Jalan Sudirman.
Sambil membawa spanduk dan poster yang berisikan penolakan kenaikan harga BBM itu, mereka secara bergantian juga menggelar orasi dan meneriakkan takbir untuk memberikan semangat.
Salah satu orator aksi tersebut, Ustadz Sutarto mengungkapkan, kenaikan harga BBM berdasarkan survei nasional sebanyak 80 persen tidak sepakat. Namun pemerintah tetap tega dengan mengambil kebijakan.
Dengan alasan subsidi BBM membuat APBN jebol. Hal tersebut meruapakan cara berpikir dan tindakan yang salah. Subsidi BBM, terangnya Rp. 193 triliun dianggap beban. Sementara hutang Rp. 240 triliun dianggap bukan menjadi beban.
“Hutang penuh dengan bunga. Haram hukumnya malah tidak dianggap menjadi beban,” teriaknya, Minggu (16/6).
Alasan pemerintah ingin menaikkan harga BBM, karena ingin mengikut harga pasar internasional, merupakan bentuk tunduk akan kemauan negara luar yang memegang rezim kapitalisme dan liberalisme. Tidak ikut kemauan rakyat.
Padahal diketahui, dunia sekarang ini sedang lumpuh, runtuh. Karena krisis ekonomi yang tak kunjung usai. Seperti Amerika dan negara Eropa. Apakah hal tersebut akan ditiru dan diterapkan di Indonesia.
“Sungguh ironis memihak kebijakan prokapitalis, proliberalis,” ujarnya.
Humas HTI Kalsel, Hidayatul Akbar mengungkapkan penolakan HTI Kalsel untuk kenaikan BBM dengan alasan yang jelas. Sisa anggaran APBN Rp. 32,7 triliun. Masih bisa digunakan untuk menutupi subsidi BBM yang konon membengkak.[] Banjarmasin, Bpost