Gedung Putih: Keputusan Yang Akan Diambil Terhadap Suriah Hanya Untuk Mencapai Kepentingan AS

Juru bicara Gedung Putih Jay Carney, seperti yang dikutip “Reuters” (13\6) menegaskan bahwa “Presiden Barack Obama terus memantau situasi yang memburuk di Suriah, dan akan mengambil keputusan mengenai langkah-langkah selanjutnya berdasarkan kepentingan nasional AS.”  Ia berkata: “Mengingat situasi yang mengerikan di Suriah, maka harus membuat keputusan ketika terkait kebijakan terhadap Suriah untuk mencapai kepentingan terbaik AS.”

Juru bicara Gedung Putih itu mengakui terkait realitas fakta politik Amerika, yaitu bahwa AS hanya bekerja untuk mencapai kepentingannya, serta apa yang mengganggu kepentingannya. AS sama sekali tidak peduli dengan penghancuran Suriah dan pembantaian rakyatnya, kecuali jika hal itu mengganggu kepentingannya. Sementara kepentingan nasionalnya adalah untuk mempertahankan pengaruhnya di Suriah, perjajahannya di kawasan Timur Tengah, dan mencegah kemungkinan kaum Muslim untuk mendirikan pemerintahan Islam, yang akan membebaskan mereka dari pengaruh dan penjajahan ini. Ketika AS melarang senjata untuk pejuang revolusi di Suriah, maka itu dilakukan demi mencapai kepentingannya; juga ketika AS mengizinkannya, maka itu dengan syarat bisa mencapai kepentingannya, bukan untuk membebaskan Suriah. Oleh karena itu, pada hari berikutnya dikeluarkan keputusan bahwa “Amerika akan memberikan kontribusi dana untuk membeli senjata bagi para pejuang oposisi.”

Kantor berita AFP (14\6) mengutip dari seorang pejabat AS di Departemen Pertahanan yang meminta identitasnya dirahasiakan bahwa “Salah satu opsi yang sedang dikaji adalah, bahwa AS akan memberikan kontribusi dana yang akan digunakan oleh sekutu Washington, terutama negara-negara Eropa untuk membeli senjata bagi para pejuang oposisi Suriah, sebagaimana hal itu telah diungkap oleh The Wall Street Journal sebelumnya.”

Di bagian lain, Reuters (14\6) mengutip dari Asisten Penasihat Keamanan Nasional AS Ben Rhodes yang mengatakan bahwa “Antara 100 hingga 150 orang meninggal akibat serangan kimia yang telah dipantaunya.” Reuters juga mengutip dari pejabat AS yang mengatakan bahwa “Jumlah ini tidak disebutkan dimana antara 90 ribu telah meninggal dalam konflik yang sedang berlangsung sejak dua tahun yang lalu, namun demikian ia telah melebihi garis merah dalam penggunaan senjata kimia.”

Pemerintahan Presiden AS Obama, pada Kamis (13\6) memutuskan untuk mempersenjatai oposisi, setelah AS mendapatkan bukti-bukti penggunaan senjata kimia oleh pasukan Suriah terhadap para pejuang yang berusaha menggulingkan Presiden Suriah.” Amerika membenarkan sikapnya untuk memperpanjang usia rezim, agar menemukan alternatif, dan menempatkan garis merahnya, yaitu penggunaan senjata kimia, yakni AS sedang mempersiapkan untuk bergerak jika rezim telah membunuh 100 atau 150 orang dengan senjata kimia. Namun AS tidak akan bergerak jika pembunuhan lebih dari 90 ribu, sebab jumlah itu masih belum penting bagi AS. Akan tetapi seperti yang dijelaskan juru bicara Gedung Putih Jay Carney bahwa “AS hanya akan bergerak untuk mencapai kepentingan nasionalnya saja.” Bahkan AS hanya berpikir untuk “kepentingan nasionalnya yang terbaik.” AS tidak akan pernah peduli sekalipun semua rakyat Suriah dibunuh, dan negerinya dihancurkan. Sebab, AS sendiri bersama para sekutu dan antek-anteknya yang telah menghancurkan Irak, Afghanistan dan Somalia. Sehingga tidak pengaruh kemanusiaan atau moralitas apapun dalam kebijakan dan tindakan AS, dimana semuanya hanya dianggap sebagai emosi yang tidak perlu.

AS mengumumkan berbagai cara yang berbeda untuk terus menjaga rezim Suriah, karena rezim sekuler ini telah menjadi bonekanya, sehingga ia lebih utama dari rezim kaum Muslim yang mukhlis, yang mereka sebut sebagai kaum militan, kelompok takfir (suka mengkafirkan), tangan-tangan salah, atau kelompok teroris, karena mereka menolak dan melawan pendudukan, penjajahan dan pengaruhnya. AS juga menyatakan bahwa mereka melawan orang-orang yang mukhlis di antara rakyat yang ingin mendirikan rezim Islam, sementara AS ingin mempertahankan rezim sekuler, sehingga AS menentang runtuhnya rezim ini. Para pejabat AS telah mengatakan hal ini beberapa kali, bahkan menyatakannya dengan telanjang.

Tampak bahwa mereka yang menerima bantuan AS, dan mereka yang mendukung intervensi AS, di antara orang-orang lemah, yang bisa jadi mereka tidak memahami arti kepentingan Amerika, atau mereka orang-orang yang tidak peduli bahwa AS akan mewujudkan kepentingannya di Suriah dengan  mengabadikan pengaruhnya di negara itu. Bahkan tampak bahwa mereka hanya peduli dengan jabatan dan kepentingan dirinya sendiri. Mereka juga tidak peduli dengan kedaulatan Islam dan pemerintahnya untuk mengembalikan kehormatan dan kemuliaan rakyat Suriah dan kawasan Timur Tengah, dimana dengannya akan terwujud kebangkitan dan kemajuan. Mereka tidak belajar dari apa yang telah dilakukan AS di Irak, dan bagaimana AS menghancurkannya, serta mengokohkan posisi Iran dan Hizbullah dalam pemerintahan, dan inilah yang mendorong Iran dan Hizbullah di Lebanon untuk berperang demi melindungi rezim Assad yang sekuler (kantor berita HT, 17/6/2013).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*