Di balik pencabutan subsidi BBM ada kepentingan asing untuk menguasai industri hilirnya (SPBU). Padahal hulunya juga sudah dikuasai asing. “Coba saja kita bilang setuju penjualan BBM dalam negeri tanpa subsidi tapi asing dilarang punya/dagang SPBU, pasti pemerintah tidak setuju, tidak berani,” ungkap Ketua DPP Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Fuad Bawazier, seperti diberitakan tabloid Media Umat Edisi 107 (21 Juni-4 Juli).
Padahal dalam hal SPBU, bebernya, modal dalam negeri sudah lebih cukup, SPBU ada di mana-mana, tidak memerlukan modal asing! Tapi asing kan ingin masuk dan menguasai perdagangan BBM di dalam negeri (SPBU).
“Makanya pemerintah neolib ini akan melayani selera majikannya, yaitu SPBU asing ingin ikut jualan premium dan solar. Target selanjutnya, semua BBM dijual dengan harga pasar bebas. Itulah udang di balik batu,” tudingnya.
Menurut mantan menteri keuangan tersebut, subsidi BBM tidak beda dengan pos-pos pengeluaran negara yang lain seperti pembayaran kembali utang dan bunganya. Biaya perjalanan dinas pejabat, gaji, PNS dll. Semuanya ya beban negara atau membebani negara. Sebaliknya semua pungutan-pungutan negara terhadap rakyatnya seperti pajak dan iuran retribusi juga membebani rakyat.[]FM/Joy