HTI Press. Sebagaimana diberitakan di laman Guardian (24/6), Tweet pertama Rami Hamdallah setelah diangkat Perdana Menteri Palestina hanya 20 hari yang lalu bernada ceria dan menggembirakan. “Selamat Datang! Ini adalah akun Twitter resmi saya. Rami Hamdallah, Perdana Menteri Palestina,” katanya.
Namun, pada hari Minggu nadanya agak berbeda. “Situasi di negara ini memaksa saya untuk mengundurkan diri. Konflik, kekalutan, korupsi. Palestina membutuhkan reformasi politik yang nyata. R.H.”, terbaca dalam postingnya yang keempat dan terakhir di Twitter.
Itu adalah proses cepat yang penuh kekecewaan. Antara tweet pertama dan kedua (“.. Saya menyatakan pengunduran diri saya kepada Presiden Otoritas Palestina. Surat pengunduran diri resmi akan segera dikeluarkan R.H”), yang hanya berjarak 16 hari, Hamdallah menemukan bahwa kekuasaannya telah dirusak oleh penunjukan Presiden Mahmoud Abbas, yang tanpa konsultasi, terhadap dua wakil perdana menteri yang dekat dengan presiden. Hamdallah, seorang politisi independen, mengatakan posisinya tak bisa dipertahankan.
Setelah beberapa hari pembicaraan, Abbas menerima pengunduran diri Hamdallah dan sekarang sedang mencari perdana menteri baru. Meskipun mengatakan dengan ringkas dan tajam tentang panggung politik Palestina sebagai penuh “konflik, kekalutan, korupsi” – Hamdallah telah diminta untuk bertahan sebagai perdana menteri hingga ditunjuk penggantinya. (rz)