Ratusan penduduk kota di sebuah kota dekat Paris memprotes serangan terhadap dua muslimah bercadar, yang diduga keras dilakukan oleh kaum Islamophobia. Polisi telah melakukan penyelidikan tetapi tidak mau menyebutkan serangan itu sebagai tindakan kriminal dengan kebencian (hate crimes), seperti diinformasikan oleh para pengacara.
Lebih dari 1000 orang yang bergabung dalam aksi diam di Argenteuil, dekat Paris, mengutuk “meningkatnya Islamophobia” di Prancis.
Para demonstran menuding media massa dan para politisi ikut andil atas meluasnya tindakan anti-Muslim di negara tersebut.
Aksi ini adalah balasan atas serangan terhadap dua muslimah di sebuah tempat, tiga minggu yang lalu:
Rabia, 17 Tahun, pada tanggal 20 Mei mengatakan bahwa dia diserang oleh segerombolan ”Skinhead” hingga tersungkur ke tanah sambil dihina “Arab kotor” dan “Muslim kotor” dan menelantarkannya dalam keadaan mulut, wajah, dan sikunya memar.
Leila O,21 tahun, yang hamil empat bulan, pada tanggal 13 Juni mengatakan bahwa dia diserang oleh dua orang yang merobek cadarnya, memotong rambutnya, memukuli tubuhnya berkali-kali, termasuk perutnya hingga menggugurkan kandungannya, meskipun polisi belum bisa membuktikannya.
Dua hari sebelum serangan terhadap Leile O, sekelompok orang bentrok dengan polisi yang sedang memeriksa identitas atas seorang muslimah yang memakai cadar.
Memakai cadar di tempat umum adalah tindakan terlarang di Perancis, setelah pemerintahan Presiden Sarkozy mengeluarkan larangan memakai cadar pada tahun 2011 dan telah terjadi beberapa kali serangan terhadap muslimah yang bercadar di banyak tempat.
“Islamophobia di Perancis ini mengancam nyawa,” kata Kamel Raskallah, Jubir Aksi di hadapan para wartawan Sabtu kemarin.
Polisi telah melakukan penyelidikan atas dua serangan tersebut, tetapi, Hosni Maati, pengacara Rabia, menyayangkan “tindakan diskriminasi” dalam serangan tersebut tidak dimasukkan dalam surat dakwaan.
Rabia menegaskan bahwa polisi memang memintanya untuk menutupi serangan yang menimpanya untuk meminimalisir terjadinya kerusuhan sedangkan liputan awal pers atas serangan kedua mencatat bahwa serangan ini telah menelan banyak korban namun para penyelidik mengatakan “keengganan” untuk menceritakan kejadian yang menimpa para korban.
Para peserta aksi menyayangkan kurangnya reaksi media massa dan reaksi politik atas serangan-serangan itu dibandingkan dengan liputan bernuansa rasis lainnya, khususnya serangan anti-yahudi.
Manuel Valls, Mendagri Prancis telah melayangkan surat dukungan atas dua perempuan muslimah ini, Leila O, dan suaminya serta mengundangnya untuk datang ke kantornya pada hari kamis bersama Rabia yang diwakili pengacaranya. (agus/english.rfi.fr, 23/6)