Gerakan ekstrimis Budha di Myanmar, yang dikenal sebagai Gerakan 969, menggambarkan dirinya sebagai keyakinan yang dianut oleh akar rumput.
Ketua gerakan ini, seorang biksu bernama Wirathu, pernah dipenjara oleh junta militer karena melakukan kekerasan anti-Muslim dan pernah menyebut dirinya sebagai ” bin Laden dari Myanmar” .
Namun, penelusuran yang dilakukan Reuters atas asal usul Gerakan 969 berasal dari seorang pejabat di zaman kediktatoran yang pernah berkuasa di Myanmar, dan yang merupakan pendahulu langsung pemerintah reformis saat ini. Gerakan 969 saat ini menikmati dukungan dari para pejabat senior pemerintah, para biksu dan bahkan beberapa anggota oposisi Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), partai politik penerima Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi. Wirathu mendesak umat Buddha untuk memboikot toko-toko Muslim dan menghindari pernikahan antar agama. Dia menyebut masjid sebagai “markas musuh.”
Di antara para pengagumnya adalah: Menteri Agama Myanmar. Katanya “khotbah Wirathu adalah tentang bagaimana mempromosikan kasih sayang dan pengertian antar agama,” kata Sann Sint, Menteri Urusan Agama, kepada Reuters dalam wawancara pertamanya dengan media internasional. “Dia tidak mungkin menghasut kekerasan agama.”
Sann Sint, Mantan Letnan Jendral militer Myanmar, juga melihat ada yang salah dengan pemboikotan bisnis kaum Muslim yang dipimpin oleh para biksu 969. “Kami sekarang mempraktekkan ekonomi pasar,” katanya.
“Tidak ada yang bisa menghentikan itu. Terserah kepada para konsumen.” Presiden Thein Sein juga memberi sinyal pandangannya yang lunak terhadap Gerakan 969.
Kantornya menolak memberikan komentar atas cerita ini. Namun, sebagai respons terhadap meningkatnya kontroversi gerakan itu, kantor kepresidenan mengeluarkan pernyataan pada hari Minggu, yang mengatakan bahwa 969 “hanyalah simbol perdamaian” dan Wirathu adalah “putra Sang Buddha.” Wirathu dan para biarawan lainnya terkait erat dengan kekerasan sektarian yang tersebar luas di Myanmar, negara yang sebelumnya dikenal dengan nama Burma. Kerusuhan anti-Muslim berkobar di bawah junta yang memerintah negara itu selama hampir setengah abad. Namun, pertempuran terburuk terjadi sejak pemerintah setengah sipil mengambil alih kekuasaan pada bulan Maret 2011 (Sumber: Reuters).