Sekali lagi penghargaan internasional bagi keberhasilan semu Indonesia. Benarkah Indonesia telah menuntaskan target utama MDGs sebelum 2015? Simak komentar salah satu anggota Banggar dari Partai Demokrasi indonesia Perjuangan (PDI-P) Dolfi OFP. “Selama empat tahun terakhir (2010-2013,red.) pemerintah memang berhasil mengurangi angka kemiskinan 1,1 juta penduduk per tahun, namun ternyata yang masuk golongan ini setiap tahun justru 1,9 juta jiwa. Ini berarti pemerintah menciptakan 800 orang miskin baru per tahun,” jelasnya. (http://bisnis.liputan6.com/
Pemerintah seringkali luput menghitung golongan ‘hampir miskin’. Merelah yang saat BBM baru naik 22/6/2013 ini sangat potensial masuk terperosok dalam golongan miskin. Pengamat ekonomi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Latif Adam, menjelaskan, 20 persen atau 50 juta jiwa dari total penduduk Indonesia adalah kelompok penduduk hampir miskin (near poor). Kenaikan harga BBM, kata Latif, akan mendorong 50 persen penduduk hampir miskin, atau sekitar 25 juta jiwa, menjadi miskin. Padahal deviasi orang miskin dan hampir miskin dari sisi pendapatan sangat tipis. “Hanya sekitar Rp 50 ribu.” jadi, siapa bilang rakyat Indonesia bebas dari kelaparan?
Klaim Indonesia berhasil atasi kekurangan gizi hanya retorika. Nyatanya, Indonesia saat ini memiliki beban ganda masalah gizi. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, jumlah penderita berat kurang di kalangan anak balita mencapai 17,9% yang terdiri dari 4,9 % gizi buruk dan 13,0% gizi kurang. http://himagizi.lk.ipb.ac.id/
Sungguh aneh, bila dalam waktu 3 tahun pemerintah mendadak mampu menyelesaikan masalah gizi itu. Jadi apa maksud penghargaan itu? Bisa jadi menjadikan penghargaan untuk good boy yang selalu menuruti agenda penjajahan berkedok pembangunan milenium.
PENGHARGAAN FAO HANYALAH ALAT PENGUKUH DOMINASI MEREKA ATAS INDONESIA. PEMIMPIN YANG BUTA MATA HATI BERPURA TAK MENGERTI.