Ambruk, SDN Katulisan Tunggu Perbaikan

SERANG–Sejumlah ruangan kelas Sekolah Dasar Negeri (SDN) Katulisan di Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, ambruk, namun belum ada bantuan untuk perbaikan sehingga 207 siswanya terpaksa tetap belajar di sekolah yang bangunannya telah rapuh tersebut.

“Sekolah kami sudah dua kali roboh, namun belum ada bantuan dari pemerintah,” ungkap Sunaiyah, guru SDN Katulisan di Serang, Senin.

Berdasarkan pantauan wartawan, empat ruang kelas ambruk, dari total enam ruangan yang ada. Dua ruang kelas yang masih dipakai itu atapnya sudah bergelombang, menandakan lapuknya kayu atap tersebut. Di beberapa sudut ruangan, nampak bongkahan batu dan genting bekas yang memenuhi lantai kelas. Lantai tempat berpijak siswa itu tak bisa dilewati, bahkan untuk ukuran telapak kaki bocah sekolah dasar sekalipun..

Menurut Sunaiyah, pihaknya sudah melayangkan surat permohonan kepada aparat terkait rehabilitasi SDN Katulisan, agar para siswa dapat belajar dengan tenang. Namun, tak ada tanggapan.  Tak hanya sekali, SDN Katulisan juga pernah ambruk pertama kali pada April 2007, menyusul 11 November 2008 lalu, sekolah tersebut ambruk kembali pada Senin.

Menurut keterangan Supardi, penjaga sekolah SDN Katulisan, sekolah tersebut ambruk pukul 06.00 WIB. Saat itu hujan lebat. Tiba-tiba terdengar suara tembok rubuh.

“Untung kejadiannya masih pagi dan anak-anak belum sekolah, sehingga ambruknya dinding sekolah tak memakan korban,” ungkapnya.

Dikatakan, sekolah yang jaraknya 15 kilometer dari Kota Serang itu pernah didatangi Dinas Pendidikan dan Kasi Trantib Kecamatan Cikeusal, namun keduanya hanya melihat lokasi saja. “Tidak ada kelanjutannya,” ujar Supardi.

Dulu, lanjut Supardi, dua ruangan yang atapnya bergelombang dan lapuk itu dipakai untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan kantor guru, dengan cara memberi sekat pada kedua sisi tembok.

“Kalau tak tenang belajar lantaran ada rapat guru disamping, tak membuat kami cemas. Akan tetapi, memasuki musim hujan, kami dan para guru sama-sama kuatir, takut tertimpa genting atau tembok sekolah,” keluh Yanto, salah seorang murid SD.

Sebelum SDN Katulisan ambruk, sekolah tersebut biasanya memangkas waktu belajar muridnya dengan membagi tiga kelas belajar. Tiga kelas pertama masuk pukul 7.30 WIB hingga 10.00 WIB, sedangkan tiga kelas berikutnya pukul 10.00 WIB hingga 12.30.WIB.

Total KBM dijalani siswa hanya dua setengah jam, mengakibatkan para siswa tak maksimal mendapat pelajaran dari sang guru. Bahkan, siswa kelas enam mengaku, dengan berkurangnya jam pelajaran, target materi yang didapat juga berkurang.

“Selain takut tertimpa genting, saya juga takut tak lulus ujian,” kata Eka, siswi kelas enam SDN Katulisan.

Di tempat terpisah, Abdul Muhyi, anggota DPRD Kabupaten mengatakan, pemerintah harus segera merehabilitasi sekolah tersebut dari anggaran dana tak terduga.

“Kalau tidak segera direhab, maka aktivitas kegiatan belajar bisa terganggu,” jelas Muhyi.

Ia juga mengungkapkan, seharusnya pemerintah jeli melihat bangunan-bangunan sekolah yang membutuhkan prioritas utama. Muhyi berjanji akan mendesak pemerintah, agar 2009 mendatang, tak ada lagi sekolah yang ambruk di Kabupaten Serang.

“Kami akan mengusulkan ke provinsi, agar alokasi dana sarana dan prasana pendidikan harus besar,” janjinya.

Sementara, Yahya Sholeh, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Serang, usai mengikuti acara Rapat Paripurna di kantor DPRD Serang mengaku tidak mengetahui ambruknya SDN Katulisan. (Republika, 24/11/08)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*