HTI Press, Bandung. Acara buka shaum yang diadakan DPD I HTI Jabar di kantor Jln. Jakarta No. 41 pada hari Sabtu sore tanggal 20 Juli banyak didatangi tokoh Jawa Barat. Di antaranya hadir Prof. Dr. H. M. Nadjib (Ketua ICMI Jabar), Prof. Dr. Dede Mariana (Guru Besar Fisip Unpad), Kol (Pur) Herman Ibrahim (Pengamat Politik-Militer), dr. Noorman Herryadi, Sp.F (Kabag Forensik RSHS), Ust. H. Nandang Koswara (Ketua Syarikat Islam Jabar), KH Ahmad Rifa’i (Urwatul Wutsqo), Ust. H. Adam Anhari (Darul Hikam), H. Yaya (PW Mathlaul Anwar), M. Husni Farhani (Ketua KNPI Jabar) dan beberapa tokoh lainnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ust. Farid Wadjdi (DPP HTI) menyampaikan terkait kondisi Mesir terkini terutama paska “kudeta militer terhadap Mursi”. Ust. Farid menyampaikan bahwa kudeta terhadap Mursi merupakan buah dari kegagalan “revolusi”, karena “revolusi” di Mesir hanya sekedar mengganti rezim tidak mengganti sistem. Selain itu, sistem yang masih berlangsung adalah sistem sekuler ditambah lagi dengan kuatnya pengaruh Amerika terhadap militer Mesir.
Selain itu Ust. Farid menyampaikan bahwa demokrasi kembali menunjukkan kegagalannya sebagai jalan menerapkan syariat Islam. Walaupun menurut Ust. Farid, Mursi sudah sedemikian rupa tidak berupaya menerapkan syariat Islam secara kaffah tetapi kejadian sebagaimana di Aljazair kembali berulang. Pertanyaannya menurut Ust. Farid, apakah jalan demokrasi masih layak dipercaya? Beliau melanjutkan, jika targetnya adalah untuk mendudukkan aktivis muslim di pemerintahan, demokrasi memberikan peluang itu, tetapi jika targetnya adalah penerapan Islam secara kaffah, bukan demokrasi jalannya.
Saat ini menurut Ust. Farid, tantangannya 2 hal, pertama sejauh mana kesadaran masyarakat untuk menerapkan syariat Islam. Penyadaran masyarakat ini perkara yang sangat penting. Kedua, di sinilah sisi strategisnya “ahlul quwwah” sebagai pihak yang harusnya berada di pihak yang mendukung penuh dakwah yang berupaya menerapkan Islam secara kaffah. []