Ujung Perjuangan HTI, Khilafah?

HTI Press, Agam. Di Masjid Terbaik se-Kabupaten Agam diadakan Halaqah Islam dan Peradaban edisi perdana kerja sama DPD II HTI Bukittinggi dengan DKM Masjid Baiturrahman Balai Panjang – Gadut – Kec.Tilatang Kamang- Agam. Antusias masyarakat tampak dari ramainya Masyarakat yang hadir, keramahan masyarakat kepada Panitia HIP, ditambah kemurahan tuan rumah untuk menyelenggarakan Pabukoan (ta’jil).alhamdulillah

Tiga pembicara dipandu oleh pembawa acara ust. Nofri Indra dalam tema Acara “Ramadhan, memurnikan penghambaan kepada Allah” Senin 22 Juli 2013 Ba’da Ashar.

Ust. Martias Tanjung S.Ag (Anggota DPRD Sumbar) mengajak agar kita tidak hanya selalu mencari kebahagiaan dunia saja, tapi kebahagiaan akhirat juga. Jika tidak maka akibatnya kaum muslimin seperti buih di lautan,..apakah jumlah kami sedikit? Tidak bahkan jumlah kalian banyak,.. namun cinta dunia dan takut mati.. katanya mengutip hadis riwayat Ahmad. Sistem kita dari awal sudah rusak, yang merusak kita juga. sistem kita perlu diubah tapi lebih perlu pemimpin yg punya keinginan untuk berubah, sistem itu dari atas, Masuklah kalian kepada Islam secara Kaaffah jangan kita mencari hukum selain hukum Allah, tegasnya.

Ust. Paruhum Nasution, S.Ag (Ulama Bukittinggi) paling tidak ada dua langkah untuk menjadikan umat islam mulia, yaitu Pertama, umat harus mengambil Aturan Allah secara total dalam ber‘ubudiyah dan bermasyarakat. Kedua, jika tidak mau? tidak ada pilihan lain, sebagai muslim harus kembali kepada aturan Allah.

Jawaban dari pertanyaan peserta HIP Apakah perjuangan HTI menuju Khilafah? Ust. Rozi Saferi dari DPD II HTI sumbar menjelaskan bahwa puncak perjuangan Hizbut Tahrir bukanlah khilafah, namun Melanjutkan Kehidupan Islam yang tentu tiada sempurna dengan adanya Daulah Khilafah Rasyidah ala manhaj nubuwah insyaAllah.

Aqidah atau Khilafah yang didahulukan? Untuk memahamkan umat tentang Khilafah yang harus dibangun di masyarakat adalah Aqidah karena dengan aqidah tersebut akan mendorong keimanan. ust. Rozi menambahkan: “Maka demi Tuhan-mu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’ [4] :65). Dari ayat ini maka konsekuensi Aqidah adalah menjadikan islam sebagai kompas kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Tidak hanya itu saja tapi juga tidak berat hati menerimanya.

Menarik tantangan yang disampaikan seorang bapak yang tidak menyebutkan namanya. Beliau berkata: Jika Hizbut Tahrir mampu menjelaskan secara total kepada umat tentang gambaran Syariah Islam dan Khilafah secara detail maka Saya siap bergabung dengan HT.

Allaahumma anjiz lii maa wa’adtanii, allaahumma aati maa wa’adtanii, allaahumma intahlik haadzhihil ‘ishoobatu min ahlil islaami laa tu’bad fil ardhi..[] MI Bukittinggi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*