Baru berselang empat hari polisi mendamaikan perkelahian massal antara siswa SMA Negeri 1 dengan SMK Negeri 3 (dulu, STM) di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat siang, dua siswa SMA setempat kembali menjadi korban pengeroyokan hingga cedera seusai pulang sekolah.
Akibat tindakan kekerasan ini, korban Rahmat Hidayat (17) dan Oslan (17), keduanya siswa kelas III SMA Negeri 1 Palu, mendatangi Mapolresta Palu untuk melaporkan peristiwa yang dialaminya.
Menurut Rahmat, awal insiden terjadi di Jalan MT Haryono, Kecamatan Palu Timur, sekitar pukul 11.20 Wita.
Saat itu, lanjut dia, dirinya bersama Oslan usai pulang sekolah berjalan kaki mengambil sepeda motornya yang disimpan di sebuah rumah penduduk di Jln MT Haryono, berjarak sekitar 200 meter dari lokasi sekolahnya.
Tetapi, katanya, saat hendak memasuki pekarangan rumah itu, tiba-tiba sekitar 12 pelajar yang menggunakan sepeda motor datang menghampiri mereka.
Salah satu di antara pelaku kemudian menanyakan asal sekolah keduanya. Begitu mendapat jawaban bersekolah di SMA Negeri 1 Palu, spontan sekelompok pelajar ini melakukan pengeroyokan. “Selain dipukuli, kami berdua juga sempat ditendang dan dilempar batu beberapa kali,” tutur Rahmat.
Akibat kejadian itu, Rahmat dan Oslan mengalami luka cukup serius di wajah dan bagian tubuh lainnya. Kedua korban mencurigai para pelaku tindak kekerasam ini berasal dari SMK Negeri 3 Palu yang berlokasi di Jln Tanjung Santigi, Palu Selatan.
“Kecurigaan kami didasarkan pada fakta bahwa beberapa pelaku saat itu mengenakan seragam batik SMK Negeri 3 Palu,” kata Rahmat dan Oslan menambahkan.
Belum diketahui penyebab dari aksi pengeroyokan itu, namun kuat dugaan pemicunya adalah buntut dari aksi tawuran massal antarpelajar SMAN 1 dan SMKN 3 Palu pada Selasa lalu.
Saat terjadi tawuran massal ketika itu, sedikitnya lima pelajar yang sebagian besar berasal dari SMK Negeri 3 mengalami luka serius karena terkena lemparan batu dan benda keras lainnya.
Bahkan aparat kepolisian yang mendamaikan pertikaian ini sempat menyita dua buah senjata tajam berupa badik dan sangkur dari tangan pelaku tawuran. Satuan Reskrim Polresta Palu tengah mengusut kasus ini.
Inilah potret buram pendidikan di negeri ini. Kekerasan bukan hanya milik preman saja, namun kekerasan pun menjadi bagian dari perilaku sebagian generasi yang disebut ‘terpelajar’. Pendidikan yang berbasis sekularta–memisahkan agama dari kehidupan–tak mampu mencetak generasi-generasi yang benar-benar sholih, malah acapkali sebaliknya. (nl/sumber: Antara, 29/11/08)
karena tidak adanya daulah yang melindungi negera maka generasi muda pun hancur n tidak terkendalikan.
Inilah buah diterapkannya Hukum Penjajah = Hukum Jahiliyah dan kepemimpinan yang tidak taat Syariah. Makanya : ganti dengan Hukum Alloh & Serahkan kepemimpinan pada Hizbut Tahrir Indonesia. Insya Alloh akan terwujud Indonesia yang : Sejahtera, Modern dan beradab.