Konspirasi Busuk Kelompok Liberal dan Militer Bersama Media di Mesir

Tragedi Mesir, Pentingnya Kesadaran Politik Umat

Salah satu pelajaran penting dari tragedi Mesir adalah pentingnya membangun kesadaran politik umat.  Harus diakui salah satu kunci sukses militer yang berkerjasama dengan kelompok liberal-sekuler  untuk menggulingkan Mursi  adalah keberhasilan mereka membangun opini penuh kebohongan bahwa pengikut Mursi, Ikhwanul Muslimin adalah teroris, ancaman buat Mesir dan julukan-julukan buruk lainnya.

Militer juga berhasil membuat polarisasi bahwa yang terjadi seakan-akan adalah pertarungan antara masyarakat dan kelompok Ikhwan. Seakan-akan itu hanya urusan Ikhwan bukan kaum muslimin. Mereka juga melakukan politik adu domba di tengah-tengah umat.

Sebuah tulisan di New York Times, mengungkap bagaimana kelompok liberal berkerjasama militer dan media massa membangun opini untuk memberangus pengikut al Ikhwan.  Intinya militer dan kelompok liberal dengan menggunakan media massa liberal , menggambarkan pengikut Ikhwan sebagai teroris yang berbahaya.  Opini inilah yang dibuat untuk memprovokasi masyarakat dan melegalkan pembantaian .

Dalam tulisan yang dipublish pada (15/7) itu , penulisnya, David E. Kirkpatrick  mengungkap beberapa trik yang dilakukan oleh militer, diantaranya :

Para pembawa acara talk-show dari kaum liberal mencela Ikhwanul Muslimin sebagai ancaman asing dan anggotanya digambarkan sebagai “sadis, makhluk yang sangat kasar” yang tidak layak bagi kehidupan politik.”

Pembela HAM menyalahkan para pemimpin Ikhwan sebagai “kotor” yang dianggap bertanggung jawab atas kematian lebih dari 50 orang pendukung mereka sendiri dalam penembakan massal oleh tentara dan polisi”

Mayoritas kaum liberal, kelompok sayap kiri dan kaum intelektual Mesir telah bergabung dalam kegembiraan untuk merayakan kekalahan Ikhwanul Muslimin, dengan menganggapnya sebagai kaum pembangkang.

“Khaled Montaser, seorang kolumnis liberal, menyatakan bahwa kelompok Islam lebih buruk daripada “kelompok penjahat dan psikopat” karena mereka tidak pernah bisa melakukan reformasi. “Pengkhianatan mereka, terorisme dan konspirasi mereka adalah seperti tato yang tidak bisa dihapus,” tulis Montaser.

“Mereka tidak mengerti arti ‘tanah air’. Mereka hanya tahu arti ‘khilafah’ dan organisasi mereka terlebih dahulu. ”

Esraa Abdel Fattah, seorang aktivis terkemuka menegaskan bahwa Ikhwanul Muslimin, partai politik yang memenangkan pemilu pasca-Mubarak, sebagai kelompok teroris yang didukung asing.

“Ketika terorisme mencoba untuk mengambil alih Mesir dan campur tangan asing sedang mencoba untuk masuk dalam urusan negeri kami, maka adalah keharusan bagi rakyat Mesir untuk mendukung angkatan bersenjatanya untuk melawan bahaya asing,” tulis Abdel Fattah dalam sebuah kolom surat kabar.

Kaum liberal tampaknya telah bergabung dalam amnesia masyarakat atas pelanggaran-pelanggaran dan skandal-skandal di masa itu – tes keperawanan yang dipaksakan atas para pengunjuk rasa perempuan; para demonstran Kristen Koptik yang ditembak oleh tentara atau dilindas oleh kendaraan lapis baja;  seorang demonstran perempuan yang ditelanjangi, ditendang lalu direkam videonya.

Aktivis Hassan Shaheen ditangkap dalam video yang sama, dengan pendarahan dari kepala saat seorang tentara menginjak-injak dadanya.

Namun, pada musim semi ini dia membantu memimpin petisi yang meminta militer untuk menggulingkan Morsi. Dan dia bergabung untuk menolak Maher, karena mengatakan bahwa dia (Maher) menyebut penggulingan Morsi sebagai “kudeta”  dikarenakan “mengikuti retorika Ikhwanul Muslimin.”

“Kami akan berdiri bersama-sama, rakyat beserta militer, dalam menghadapi terorisme,” tulis Shaheen dalam pesan Twitternya, dengan beralasan bahwa partai politik Ikhwan “harus dibubarkan dan semua pemimpinnya harus ditangkap.”

Media swasta telah bekerja selama berbulan-bulan untuk membangkitkan sentimen nasionalis untuk melawan al Ikhwan, misalnya dengan mengedarkan desas-desus palsu bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk memberikan Sinai atau menjual Terusan Suez.

Pembawa acara televisi bahkan menegaskan bahwa banyak pendukung demonstrasi pro-Morsi sebenarnya penuh dengan orang-orang Suriah dan Palestina.

Pihak militer juga telah mengatur suasana hati. Sebelum pelengseran itu, disiarkan gambar-gambar dari udara yang menunjukkan meningkatnya protes terhadap Morsi. Pada hari Minggu, stasiun itu merilis siaran 30 menit yang menggambarkan tentara melindungi masyarakat.

Saluran televisi negara dan swasta juga menyiarkan gambar Jenderal Abdul Fattah-el-Sisi dalam pakaian dengan baret hitam, yang sedang menjelaskan kewajiban militer untuk campur tangan bagi kepentingan nasional. “Mesir adalah ibu dari dunia, dan Mesir akan sama besarnya dengan dunia,” katanya.

Pentingnya Kesadaran Politik

Ketiadaan atau ketidakutuhan kesadaran politik yang shohih yang berdasarkan Islam pada rakyat Mesir , bisa jadi merupakan penyebab kenapa militer dan kelompok liberal melalui media masa mampu memprovokasi sebagian masyarakat untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka.

Tentu saja provokasi ini berhasil karena memang ada fakta-fakta yang bisa digunakan oleh militer , lepas dari apakah hal itu perkara yang bisa diperdebatkan benar atau tidaknya, seperti kegagalan ekonomi Mesir, ikhwanisasi di Mesir dan sebagainya.

Hal yang sama sangat mungkin akan dilakukan oleh kelompok liberal-sekuler dan media-media massa mainstream yang mereka kuasai, ketika perjuangan untuk menegakkan Khilafah  semakin menguat.

Mereka akan berupaya keras melakukan stigmatisasi negatif, label-label buruk, terhadap ide khilafah dan kelompok atau pejuang yang ingin menegakkan Khilafah. Secara sistematis media masa mereka akan menggunakan julukan teroris, ancaman nasional, antek asing, pemecahbelah, penghasut, dan lain-lain untuk memalingkan masyarakat dari jalan kebenaran.

Mereka juga akan berupaya untuk menggunakan politik adu domba, untuk membenturkan kelompok yang memperjuangkan Khilafah dengan kelompok Islam lainnya . Termasuk berusaha membenturkan dengan masyarakat. Karena itu kedasaran politik masyarakat menjadi modal yang sangat penting yang harus dibangun sejak sekarang.

Beberapa kesadaran politik Islam yang harus ditanamkan sejak sekarang adalah: Pertama, kesadaran tentang  kewajiban penegakan Khilafah adalah kewajiban hukum syara’, kewajiban agama yang diperintah oleh Islam. Penegakan khilafah bukanlah agenda politik kelompok tertentu, tapi merupakan kewajiban seluruh umat berdasarkan al Qur’an dan as Sunnah dan merupakan konsekuensi dari aqidah Islam. Kesadaran yang didasarkan pada aqidah Islam yang satu ini  akan menyatukan umat dari kelompok manapun mereka.

Kesadaran ini akan mencegah musuh-musuh Islam untuk mengecilkan dan membenturkan perjuangan khilafah yang seakan-akan merupakan agenda politik kelompok tertentu yang  minoritas , haus kekuasaan dan julukan-julukan jelek lainnya.

Kedua, kesadaran bahwa Khilafah akan menerapkan syariah Islam yang akan memberikan kebaikan kepada siapapun , kelompok manapun, bahkan non muslim.  Harus dijelaskan secara gamblang, bagaimana syariah Islam yang berasal dari Allah SWT menjadi rahmatan lil  ‘alamin yang memberikan kebaikan kepada siapapun. Termasuk diungkap fakta-fakta historis bagaimana non muslim hidup sejahtera dibawah naungan Khilafah.

Penting juga dijelaskan bahwa berdasarkan syariah Islam, ketika seorang Kholifah diangkat sebagai kepala negara, dia bukanlah mewakili kelompok tertentu. Kholifah merupakan kepala negara bagi seluruh warga negara daulah Khilafah, tanpa memandang apapun madzhab atau aliran politiknya selama masih dalam koridor Islam.  Kholifah juga merupakan kepala negara bagi ahlul dzimmah, warga non muslim yang dilindungi dalam sistem Khilafah.

Hal ini penting mengingat  propaganda yang kerap dilakukan oleh kelompok liberal adalah membangun ancaman bahwa Khilafah akan membahayakan kelompok Islam yang lain, masyarakat minoritas, atau non muslim.

Ketiga, kesadaran politik tentang  ide, kelompok, atau negara apa yang menjadi musuh Islam.  Secara gamblang harus digambarkan kepada masyarakat bahwa negara-negara penjajah seperti Amerika Serikat, Inggris dan sekutu-sekutunya adalah musuh umat Islam. Status mereka adalah sebagai negara muhariban fi’lan yang memusuhi umat Islam secara nyata, memerangi, membunuh, dan membantai umat Islam.  Mereka dibalik semua tragadi yang menimpa umat Islam langsung atau tidak langsung. Karena itu diharamkan untuk melakukan kerjasama dengan negara-negara muhariban fi’lan ini apapun bentuknya.

Dijelaskan pula keberadaan kelompok-kelompok liberal-sekuler merupakan antek-antek penjajah Barat yang berkerjasama untuk memerangi umat Islam dan mencegah tegaknya syariah Islam. Termasuk mengungkap kepalsuan dan pengkhianat penguasa-penguasa negeri Islam yang bersekutu dengan negara-negara penjajah.

Kelompok liberal dan penguasa boneka yang  seringkali berkoar-koar  bekerja untuk kepentingan rakyat, untuk kepentingan negara, sebenarnya merupakan penipu rakyat.  Merekalah yang menghancurkan negara dengan korupsi mereka, kerjasama mereka dengan negara penjajah menjual kekayaan alam  yang sesungguhnya milik rakyat, mereka juga adalah penguasa yang membuat kebijakan yang membuat rakyat menderita.

Tidak kalah penting, umat perlu disadarkan bahwa ide-ide yang ditawarkan negara-negara penjajah seperti demokrasi, HAM, nasionalisme, pluralisme, liberalisme adalah ide-ide kufur yang bertentangan dengan Islam. Justru ide-ide inilah yang menjadi senjata ampuh negara-negara penjajah untuk mengokohkan penjajahannya di dunia Islam. Ide-ide inilah (kapitalisme,sekuler, demokrasi) yang menjadi pangkal penderitaan umat.

Perlu juga dijelaskan bagaimana cara-cara Barat untuk menjajah umat Islam baik thoriqoh (metode) hingga teknis (uslub-uslub) yang mereka gunakan. Hingga umat akan peka dan tidak tertipu dengan propaganda-propaganda yang dilakukan oleh mereka.

Kesadaran ini penting, agar bisa menutup celah sekecil apapun, bagi Barat untuk melakukan intervensi dan provokasi. Dengan demikian umat akan menolak setiap tawaran-tawaran ide, bantuan-bantuan politik, ekonomi, dari mereka. Karena semua itu merupakan racun politik yang membahayakan.

Umat juga tidak akan terpengaruh dengan seruan-seruan kelompok liberal yang menjadi kaki tangan penjajah. Meskipun mereka sangat mungkin menggunakan ulama-ulama bayaran , intelektual budak, ataupun media massa murahan untuk mendukung mereka. Umat akan sadar menerima bantuan mereka adalah bunuh diri secara politik yang membahayakan.

Karena itu seruan-seruan kepada umat baik berupa lisan ataupun tulisan sangat penting untuk membangun kesadaran umat ini. Seruan-seruan  yang merupakan bagian dari dakwah mengajak kepada Islam dan membangkitkan kesadaran politik  umat  ini bukanlah omong kosong tanpa arti. Sebab pemikiran justru menjadi investasi penting bagi sebuah perubahan.

Walhasil dengan tiga kesadaran politik ini , negara-negara kafir penjajah Barat , kelompok liberal, dan sekutu medianya akan gagal mempengaruhi umat apalagi memprovokasi umat untuk menentang penegakan Khilafah. Bahkan umat akan bangkit melawan mereka dan siap mengorbankan apapun untuk berjuang menegakkan khilafah dan mempertahankan khilafah ketika berdiri. (Farid Wadjdi, Anggota Maktab I’lami Hizbut Tahrir Indonesia)

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*