Dalam suatu kasus yang belum jelas, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar harian Prancis Le Monde, Jenderal Mesir Amr mengatakan dengan terus terang bahwa dia siap untuk mengawasi kampanye yang ditujukan untuk “membersihkan” Mesir dari Islam politik.
“Ada 90 juta penduduk Mesir dan hanya ada tiga juta [anggota] Ikhwanul Muslimin. Kami butuh enam bulan untuk membubarkan atau memenjarakan mereka semua, ” katanya dalam wawancara yang diterbitkan pada hari Senin.
Penegasan yang menakutkan sang jenderal itu mirip dengan komentar-komentar yang keluar dari mulut “para pemberangus” – yang orang-orang dalam rezim yang, menganjurkan cara apapun yang diperlukan untuk menyapu bersih Islam politik. Peralatan ini termasuk cara-cara apapun yang diperlukan, seperti dengan penyiksaan, pembunuhan, dan pengabaian sepenuhnya atas hak asasi manusia.
Pada kenyataannya, statistik yang dikutip oleh jenderal Mesir itu merupakan gaung dari apa yang terjadi di Aljazair.
Smail Lamari, Kepala Dinas Intelijen Aljazair yang dikenal sebagai Departemen Counter-Spionase dan Keamanan Dalam Negeri yang terkenal kejam, dilaporkan membuat komentar yang sama dua puluh satu tahun yang lalu.
Mohamed Samraoui, mantan wakil Lamari yang membelot dari rezim Aljazair pada pertengahan 1990-an menulis laporan atas peran dinas rahasia menuju pecahnya tindak kekerasan yang berjudul “Catatan Kejadian Tahun-tahun Berdarah “, mengkaitkan kutipan berikut dengan orang yang kemudian menjadi bos-nya:
“Saya siap dan memutuskan untuk menghilangkan nyawa tiga juta warga Aljazair jika perlu untuk menjaga ketertiban dari ancaman kelompok Islam.”
Menurut Samraoui, Lamari membuat komentar ini pada pertemuan di Chateauneuf bulan Mei 1992, sebelum Aljazair jatuh ke dalam siklus kekerasan yang berlangsung selama sepuluh tahun dan diperkirakan memakan korban 200.000 jiwa.
Para jenderal Aljazair itu sendiri mengambil langsung pedoman itu dari strategi yang digunakan oleh Perancis setengah abad sebelumnya, dalam Perang Aljazair, tulis Samraoui.
Sebagian adalah para ahli, yang telah bekerja secara langsung dengan militer Prancis hingga menjelang kemerdekaan.
Teori di balik strategi ini didasarkan pada “Perang Zaman Modern”, yang ditulis oleh ahli teori kontra-pemberontakan Perancis, Roger Trinquier.
Pada saat jurnalis Perancis Marie-Monique Robin menunjukkan hal ini padanya film] dokumenter tahun 2003 yang berjudul “The Death Squads: the French School ” peralatan yang sama ini sebelumnya juga telah “disalin dan disisipkan” dalam banyak perang paling kotor dan paling buruk pada abad ke-20.
Di Argentina, dinas rahasia Perancis memberikan pelatihan kepada rezim, saat dia menunjukkan film dokumenter itu, yang memenangkan penghargaan dari Senat Perancis sebagi film dokumenter politik terbaik tahun ini.
Mengingat dunia telah beberapa kali melihat digunakannya pedoman ini sebelumnya, dalam beberapa kekejaman terburuk pada paruh akhir abad ke-20, fakta bahwa Jenderal Amr jelas benar-benar terpengaruh oleh korban manusia atas upayanya atau dampak potensial yang akan dikatakan dari masyarakat internasional.
“Setelah itu, para wisatawan akan datang kembali, demikian juga dengan para investor asing. Dan Mesir akan berada dalam kedamaian selama berabad-abad yang akan datang, “katanya kepada Le Monde.
Komentarnya, sekali lagi menunjukkan dia telah mencermati contoh dari apa yang terjadi di Aljazair. Dan sementara Lamari mengatakannya tidak secara terbuka, Amr telah mengatakan secara terus terang niatnya kepada dunia. (rz)
Sumber: http://blogs.aljazeera.com/blog/middle-east/egypts-generals-following-algerian-playbook
Allah SWT Dzat Yang Maha Pemurah dan Penyayang, memuliakan manusia dengan Islam. tapi ajaran dan sistem komunisme, sekulerisme, liberalisme, telah menenggelamkan manusia dalam bencana kehinaan, ketakutan, kelaparan, kekacauan, hingga derajat manusia jatuh lebih rendah daripada hewan