HTI Press. Setelah menyadari bahwa dirinya bukan Rambo, sehingga tidak mungkin berjuang menegakkan khilafah sendirian, Ustadz Nurul Habiburahmanuddin pun akhirnya bersedia berdakwah berjamaah dengan Hizbut Tahrir.
“Dulu mau berjuang tapi tidak mau bergabung dengan Hizbut Tahrir, tapi setelah saya sadar saya mahzabnya bukan Rambo yang berjuang sendirian, maka saya bergabung dengan Hizbut Tahrir,” akunya saat memberikan testimoni dalam halal bihalal Silaturahmi Akbar Keluarga Besar Hizbut Tahrir Indonesia: Peran Ulama dalam Perubahan Besar Dunia Menuju Khilafah, Sabtu (14/9) di Ma’had Daarul Muwahhid, Srengseng, Jakarta Barat.
Pimpinan lembaga tahfidz quran Yayasan Bait Qur’any yang menaungi TK dan MI BQ At Tafkir Ciputat tersebut mengaku, bergabung dengan HTI Tangerang Selatan baru tahun lalu, seminggu sebelum Ramadhan 1433 H.
“Sejak gabung, saya di-PHK dua majlis taklim,” ujarnya.
Ia pun memaklumi mereka berlaku demikian karena belum memahami perjuangan Hizbut Tahrir, seperti dirinya dahulu ketika belum bergabung. “(Dulu sebelum bergabung, red) berdiskusi dengan Ustadz Sukri dari HTI di MUI Ciputat. Ia rajin memberi saya buletin al Islam, tidak pernah sata baca,” ungkapnya.
Kemudian, sekali waktu, Nurul diminta mengisi ceramah tentang ekonomi syariah, bingung mencari bahan yang pas, matanya pun melirik Al Islam yang tergeletak di depannya. Bahasannya pas tentang ekonomi yang dikupas dari sudut pandang syariah.
Lalu, ia pun membaca buletin yang dikeluarkan sepekan sekali oleh HTI tersebut. Akhirnya, Nurul tersadar, bahwa HTI tidak saja semangat memperjuangkan tegaknya syariah dan khilafah tetapi juga mempunyai konsep yang jelas tentang ekonomi syariah.
Maka di hadapan sekitar 70 kyai, ustadz dan tokoh umat seperti KH Shoffar Mawardi (Pimpinan Ma’had Darul Muwahhid), Kyai Muhammad Sholeh (Ketua MUI Pabuaran, Setu, Serpong) dan Gus Jun (utusan dari DPP HTI) ia menyatakan:
“Tidak ada yang negatif kalau bergabung dengan Hizbut Tahrir, justru kalau tidak mengamalkan perintah Allah secara kaaffah, ada ancaman Allah yang keras!” ungkapnya seraya mengutip Alquran Surat Albaqarah ayat 85.
Nah, menurutnya, perintah Allah SWT tidak mungkin diamalkan secara kaaffaah tanpa tegaknya khilafah.[] Joko Prasetyo, foto: joe lian