Seorang utusan AS mengatakan pada Senin (16/9) bahwa Washington masih berharap untuk dapat berbicara langsung dengan Taliban untuk mendukung kesepakatan damai dengan Afghanistan namun pihak militan tampaknya enggan untuk melakukannya. Taliban membuka kantornya di ibukota Qatar, Doha pada bulan Juni yang bertujuan bisa melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat menjelang penarikan pasukan tahun depan, namun diplomasi itu batal sebelum dimulai.
“Kami masih ingin melihat diprakarsainya suatu dialog yang akan melibatkan AS dan Taliban secara langsung tetapi juga akan melibatkan pemerintah Afghanistan atau Dewan Perdamaian,” kata James Dobbins, perwakilan khusus AS untuk Afghanistan dan Pakistan. “Kami tidak menyerah.
Kami terus berharap bahwa akan ada perkembangan positif dalam beberapa hal, tapi kita tidak bisa memprediksi kapan,” Dobbins, diharapkan memimpin pihak AS dalam pembicaraan itu, kepada wartawan di Washington .
“Saat ini Taliban tidak mau terlibat dengan Amerika Serikat, dengan Afghanistan, dengan siapa pun,” katanya.
Kantor Taliban di Doha ditata sebagaimana kedutaan pemerintahan pengasingan dari kelompok Islamis itu pada masa pemerintahan 1996-2001, yang membuat marah Presiden Afghanistan Hamid Karzai yang segera menarik diri dari pembicaraan terpisah dengan Amerika Serikat pasca penjanjian keamanan tahun 2014. Kemudian, Taliban menolak berbicara dengan Karzai, dengan menyebutnya sebagai boneka AS, meskipun Amerika Serikat berharap pemerintah Afghanistan dapat memainkan peran utamanya dalam pembicaraan dengan Taliban. Dobbins menyalahkan “kesalahpahaman” atas peran kantor kepresidenan.
Presiden Barack Obama telah berjanji kepada publik AS yang lelah dengan perang untuk menarik pasukan tempur dari Afghanistan tahun depan, untuk mengakhiri perang terpanjang AS yang dimulai setelah serangan 11 September 2001. Amerika Serikat telah menetapkan tujuan untuk menyelesaikan perjanjian keamanan dengan pemerintah Afghanistan bulan depan. [Sumber News International]