Serangan Nairobi: Mengarang Cerita ‘Janda Putih’

Oleh KHADIJA PATEL

Jumlah korban manusia yang sebenarnya dari pengepungan brutal selama empat hari di Mall Westgate di Nairobi belum diketahui. Hingga akhir Kamis, para pejabat Kenya masih meledakkan bahan-bahan peledak yang telah ditinggalkan di mal. Namun, pada saat tim forensik menyisir reruntuhan mall untuk menemukan petunjuk, seorang wanita telah menjadi fokus spekulasi media dalam serangan itu.

Samantha Lewthwaite, seorang wanita berusia 28 tahun yang dijuluki “Janda Putih” oleh polisi Inggris, adalah seorang janda dari Jermaine Lindsay, salah seorang penyerang pemboman 7/7 di London. Lewthwaite, seorang mualaf, pada awalnya mengutuk pemboman itu dan menyatakan ketidaktahuannya. Namun, tak lama kemudian, dia menghilang dari Inggris. Dalam beberapa tahun terakhir, Lewthwaite telah dicari-cari oleh polisi internasional karena dituduh membiayai kelompok militan Somalia Al – Shabaab (yang telah mengaku bertanggung jawab atas serangan Westgate) serta kepemilikan bahan peledak.

Lewthwaite pertama kali dikaitkan dengan pengepungan Westgate oleh Andrew Malone seorang menulis di harian Daily Mail pada akhir pekan lalu.

” Saya mencurigai Lewthwaite berada di belakang serangan ini, ” tulis Malone, dengan mengutip “sumber senior anti- teror” .

Laporan-laporan media sudah dibumbui dengan laporan dari para korban atas seorang wanita yang berkerudung dan memerintahkan kelompok teroris yang menyerang mal Westgate. Laporan para saksi itu, bersama dengan potongan laporan intelijen oleh sumber Malone, telah memicu spekulasi bahwa memang Lewthwaite lah yang memimpin pengepungan Mall Nairobi.

Sejak itu, pers Inggris bahkan melaporkan kesehatan nenek Lewthwaite. Yang lain melaporkan bahwa polisi telah menemukan pakaian dalam di rumah yang telah dia kosongkan. Laporan pers lain menceritakan keakraban yang aneh dari tempat dia dibesarkan. Kasusnya  tampaknya menjadi kasus malang bagi seorang gadis Inggris yang baik yang kemudian menjadi gadis yang berperangai buruk.

Dalam rujukan yang gigih untuk mengatakan Lewthwaite sebagai seorang “Janda Putih” , ada pendapat yang mendalam pada dirinya tentang ras dan kecenderungan seksualnya. Sebagai seorang teroris dengan wajah “yang dibesarkan di dalam negeri”, yang merupakan pengkhianatan mutlak terhadap Ratu dan negara, dia telah menjadi target ketakutan dan obyek kebencian yang luar biasa besar.

Malone menggambarkan Lewthwaite sebagai “salah seorang perekrut utama Al – Qaeda di Afrika Timur dan juru bicara resmi Al – Shabaab”. Namun, dia mengakui, ada ketidakpercayaan awal dalam laporan soal “Janda Putih”.

“Sebenarnya, saya sangat skeptis ketika berita ini pertama kali bocor dua tahun lalu tentang dugaan peran Janda Putih sebagai teroris dengan kelompok yang sekarang menyebabkan pembantaian di Nairobi, ” tulisnya.

Namun, sejak itu, dia mengaku telah merasa bebas dari kesalahan dari perasaan skeptis di awal.

“Namun sekarang, setelah menghabiskan waktu di antara para pembantunya dalam kubu Islam di mana dia dulu pernah tinggal dekat Mombasa, dan pengarahan dengan polisi, jaksa dan para penyidik senior selama investigasi berikutnya di Nairobi, saya tidak ragu bahwa Lewthwaite adalah seorang pembunuh berdarah dingin dan seorang ideolog yang berbahaya, “kata Malone.

Ketika menulis pada Juli 2012, wartawan Inggris lain, Mike Pflanz, seorang koresponden yang berbasis di Nairobi untuk The Daily Telegraph, mengatakan bahwa pada bulan Desember 2011, pemerintah Kenya menemukan bahan kimia yang identik dengan bahan kimia yang digunakan suaminya dalam pemboman London 7/7. “Di tempat lain, pada villa mewah yang dekat dengan hotel wisata, disita amunisi, detonator, senapan serbu dan uang tunai, ” kata laporan Pflanz.

Menurut dakwaan dari Kenya, Lewthwaite bermaksud untuk “menyebabkan kerusakan pada warga sipil tak berdosa” dengan cara menggunakan “bahan peledak”.

Juga hampir pada saat ini paspor Afrika Selatan Lewthwaite dan nama aliasnya  “Natalie Faye Webb” lalu muncul.

Pflanz melaporkan bahwa Scotland Yard percaya dia melarikan diri “dengan seorang pria Inggris – Kenya asal Pakistan, bernama Habib Saleh Gani”.

Seorang teman Lewthwaite, Jermaine Grant, yang juga orang Inggris, menjelaskan dia (Sabib Saleh Gani) dalam beberapa laporannya sebagai suami kedua Lewthwaite, yang ditangkap di rumah dengan bahan kimia pembuatan bom di Mombasa.

Namun, Lewthwaite, tetap sulit dipahami.

Pflanz mencatat bahwa seorang pejabat anti -teror senior Mombasa mengatakan kepadanya tahun lalu, “Karena tuduhan itu dibuat, pada tanggal 4 Januari [2012],  tidak ada ‘informasi konkret ‘ tentang Lewthwaite … ”

Dia telah berhasil menghindari usaha-usaha yang dilakukan detektif anti-teror Kenya, Tanzania, Inggris dan, AS untuk menemukannya.

Lewthwaite diduga telah mengarahkan serangan granat terhadap gereja-gereja dan bar-bar Kenya. Dan setelah pasukan Kenya melancarkan serangan terhadap Al – Shabaab di negara tetangga Somalia, serangan teror berskala kecil di Kenya jelas ada keterlibatan militer Kenya yang juga dikatakan telah melibatkan Lewthwaite.

Pflanz menulis, “Para diplomat, polisi Kenya dan sumber-sumber Scotland Yard telah membantah bahwa Lewthwaite terkait dengan serangan terbaru, serangan dengan tiga granat di sebuah bar yang terkenal karena tidak ada polisi yang berjaga di pinggiran kota dengan mayoritas Muslim di Mombasa.”

Ketika menceritakan kemungkinan legenda yang dibuat tentang Lewthwaite, para saksi mata membantah bahwa mereka telah melihat seorang wanita yang cocok dengan deskripsi keterlibatan Lewthwaite.

” Namun beberapa saksi yang berbicara kepada The Daily Telegraph pekan ini mengatakan mereka melihat seorang wanita berjilbab, tetapi tidak cadar, dan sebagian mengatakan dia berkulit putih, ” lapornya.

Ketika berkaitan dengan Westgate, bukti terhadap Lewthwaite bertentangan.

Pada hari Senin, Menteri Dalam Negeri Kenya mengatakan dalam konferensi pers bahwa tidak ada perempuan yang terlibat dalam serangan itu, namun salah satu penyerang laki-laki berpakaian sebagai seorang wanita.

Tak lama kemudian, Menteri Luar Negeri negara itu, ketika berbicara kepada PBS di New York, mengatakan seorang wanita Inggris telah “melakukan hal ini berkali- kali sebelumnya” dan merupakan salah seorang penyerang.

Ketika mengumumkan akhir pengepungan pada Selasa malam, Presiden Kenya Uhuru Kenyatta mengatakan bahwa “laporan intelijen telah mengusulkan bahwa seorang wanita Inggris dan dua atau tiga warga Amerika mungkin telah terlibat, ” sambil menambahkan bahwa dia tidak bisa mengkonfirmasi laporan tersebut.

Namun, sementara pihak berwenang Kenya berusaha mencari tahu siapa yang berada di balik serangan brutal di Mal Westgate itu, pemerintah Afrika Selatan juga menyelidiki didapatkannya paspor Afrika Selatan Lewthwaite dan dugaan hubungannya dengan Afrika Selatan.

Pada hari Kamis, Menteri Dalam Negeri Naledi Pandor mengatakan paspor Afrika Selatan Lewthwaite diperoleh dengan cara menipu. ” [Paspor] itu diselidiki dan dilaporkan pada tahun 2011.  Paspor dibatalkan pada saat ditemukan untuk diperoleh dengan cara menipu, ” katanya.

Pandor mengatakan penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk menentukan bagaimana Lewthwaite memperoleh paspor dengan nama alias Natalie Faye Webb. “Saya kira tidak mudah untuk mendapatkan paspor Afrika Selatan. Mungkin mudah pada saat itu,” katanya.

Dan memang percakapan dengan pengungsi Somalia di Pretoria dan Johannesburg mengungkapkan ketidakpercayaan yang sama bahwa sebuah paspor atau kartu identitas Afrika Selatan mudah diperoleh.

“Jika kita bisa mendapatkan kartu identitas Afrika Selatan, lalu mengapa kita harus kita selalu meminta lembaran untuk pengungsi ?” tanya sorang warga negara Somalia.

Namun, saat kru berita berkeliaran di Mayfair, dengan menanyai para warga yang tidak curiga tentang apakah mereka ingat bahwa Lewthwaite mengunjungi masjid-masjid di pinggiran kota, hubungan Afrika Selatan bagi Lewthwaite tidak hanya tertulis pada paspornya saja.

“Telah diketahui bahwa ketika dia berada di negara itu pada awal tahun ini, dia berada di Fordsburg dan di Mayfair [Johannesburg]. Dia berhasil masuk ke negara itu meskipun namanya terdapat dalam daftar Interpol dari orang yang dicari, “kata Hussein Solomon, seorang akademisi di Universitas Free State, mengatakan kepada The Citizen tentang Lewthwaite.

Bagaimanapun, Solomon, mengakui pada hari Rabu,  yang tertulis, bahwa dia tidak memiliki dasar-dasar faktual atas klaim ini. Mengatakan memiliki penelitian tentang terorisme di Afrika Selatan yang dibatalkan setelah adanya ancaman litigasi dari “komunitas Muslim”. Lebih lanjut, dia mengatakan sumbernya hanya berasal dari laporan berita.
Dan sementara hubungan Lewthwaite ke Afrika Selatan terus diselidiki, keterlibatannya dalam pengepungan Westgate adalah hal yang paling sangat membutuhkan klarifikasi.

Al – Shabaab sendiri telah menolak spekulasi keterlibatan Lewthwaite dalam serangan Nairobi pada pekan ini.

Dalam tweet kelompok itu mengatakan, ” Kami memiliki jumlah para pemuda yang memadai yang berkomitmen penuh dan kami tidak mempekerjakan saudara perempuan kita untuk operasi-operasi militer seperti itu.”

Pada Kamis malam, Channel 4 melaporkan bahwa mereka telah mempelajari identitas dua orang yang memimpin serangan terhadap Mal Westgate itu. Salah seorang penyerang adalah mantan anggota pasukan khusus Kenya, yang lainnya adalah seorang Somalia yang telah tinggal dan bekerja di Kenya, tetapi ditangkap dan dipenjarakan di Somalia, di mana dia diduga pernah disiksa oleh CIA.

Nama Lewthwaite tidak masuk dalam ciri seperti ini.

Namun, Interpol mengeluarkan ‘red notice’ (surat pemberitahuan) bagi Lewthwaite sebelumnya pada hari Kamis, dan mengatakan dia “dicari oleh negara Kenya atas tuduhan memiliki bahan peledak dan bersekongkol untuk melakukan tindak pidana pada Desember 2011”.

Pemberitahuan itu mengatakan pihak berwenang Kenya menginginkan negara-negara anggota lainnya untuk “menyadari bahaya ini ditimbulkan oleh wanita ini, bukan hanya di seluruh wilayah ini tetapi juga di seluruh dunia.”

Dikatakan bahwa Lewthwaite sebelumnya hanya dicari “di tingkat nasional atas tuduhan kepemilikan paspor Afrika Selatan yang diperoleh secara curang”.

Namun, keterkaitan yang sebenarnya atas Lewthwaite terhadap pengepungan Mall Westgate belum terungkap.

“Sejujurnya, kita bahkan tidak bisa mengatakan bahwa dia adalah seseorang yang kita takuti. Dia jauh sekali, dia bersembunyi, dia tahu bahwa jika dia datang kembali ke Kenya di akan ditemukan dan akan dibawa ke pengadilan, ” kata seorang perwira anti teror Kenya kepada The Telegraph tahun lalu.

Kata-katanya mungkin terulang lagi menghantuinya dalam adegan pembantaian di Mall Westgate minggu ini. Perbatasan Kenya dengan Somalia dan dugaan korupsi para pejabat perbatasan mungkin telah membantu seseorang seperti Lewthwaite untuk menyelinap ke negara Kenya tanpa terdeteksi.

Namun, yang pasti investigasi oleh otoritas Kenya – dan menurut pengakuan mereka sendiri, pemerintah Afrika Selatan – Samantha Lewthwaite bukanlah seorang yang menjadi fenomena secara tiba-tiba.
Pflanz dari The Telegraph menulis, “Mitos Samantha Lewthwaite tampaknya telah terus dipertahankan dan [telah menguntungkan] para propagandis di kedua sisi dengan celah yang tumbuh di Afrika Timur antara pihak keamanan dan kelompok teror. ”

Lewthwaite mungkin saja atau mungkin juga tidak pernah terlibat dalam serangan di Mall Nairobi, dimana jumlah korban manusia belum kita ketahui. Namun, ungkapan mengerikan dari “Janda Putih ” pasca pembantaian di Westgate, hanya sedikit membantu trauma para korban. Obsesi atas pertanyaan Lewthwaite perlu ditanyakan kepada pemerintah Kenya. Bagaimana intelejen Kenya bisa gagal dalam serangan yang begitu spektakuler? Fokus yang tidak berujung pada Lewthwaite pada minggu ini juga menghambat upaya para penyidik.

Namun, seorang wanita Kenya telah keliru diidentifikasi sebagai Janda Putih di media sosial.

Samantha Lewthwaite mungkin adalah otak di balik serangan itu, dia mungkin telah menjadi komandan di dalam mal, atau dia mungkin juga tidak ikut terlibat di dalamnya sama sekali. Tapi apa yang terjadi di Nairobi pada pekan ini jauh lebih besar dari legenda seorang wanita. Obsesi Media dengan “Janda Putih” adalah gangguan realitas kengerian yang tidak terucapkan atas serangan di Mall Nairobi, dan atas kehidupan sehari-hari di Somalia. (rz/http://www.hizb.org.uk/news-watch/nairobi-attacks-deconstructing-the-white-widow)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*