Dalam acara Gerakan Sadar Jaminan Kesehatan di Sukabumi, Jawa Barat, Senin (21/10), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengklaim kehidupan rakyat hingga pelosok Tanah Air semakin baik dalam sembilan tahun kepemimpinannya.
“Tentu tidak jujur kalau (dikatakan) tidak ada kemajuan sama sekali, tidak ada perbaikan sama sekali dari kehidupan rakyat di seluruh Tanah Air,” kata Presiden. Dalam pidatonya, Presiden kembali memaparkan berbagai program untuk membantu rakyat miskin selama pemerintahannya. Ia mengatakan, berbagai program tersebut telah menghapuskan beban rakyat kurang mampu. Dampaknya, menurut Presiden, angka kemiskinan secara nasional berkurang.
Apa yang dikatakan Presiden SBY sebenarnya kontradiktif dengan banyak hal. Misalnya hasil survei Pol-Tracking Institute yang disampaikan hari ahad (20/10) menunjukkan, ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono selama empat tahun, cukup tinggi. Sebanyak 51 persen tidak puas. Dalam bidang ekonomi, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang ekonomi cukup tinggi, sebesar 71 persen.
Dengan berani Presiden menyatakan bahwa kehidupan rakyat semakin membaik ke pelosok Tanah air. Presiden seperti lupa bahwa kenaikkan tarif BBM pada Juni lalu telah menambah jumlah orang miskin menjadi 30 juta. BLSM yang diprogramkan pemerintah terbukti tidak berdampak menyelamatkan kehidupan warga miskin. Mereka bertambah miskin pasca kenaikkan harga BBM.
Pendidikan di Indonesia juga masih terpuruk. Dalam Education Development Index Indonesia berada di peringkat 69 dari 127. Laporan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan setiap menit ada empat anak yang putus sekolah.
Belum lagi sumberdaya alam yang terus menerus dijual kepada bangsa asing. Akibatnya tidak memberikan dampak kemakmuran bagi rakyat, malah menguntungkan pihak asing.
Sungguh berani Presiden SBY menyatakan kehidupan rakyat semakin baik di masa kepemimpinannya. Pernyataan ini bila bukan sebuah kesombongan, mungkin datang dari sikap abainya terhadap keadaan rakyatnya sendiri. Kepada Presiden kami ingatkan untuk tidak menepuk dada dan melupakan berbagai kesengsaraan yang telah pemerintah ciptakan kepada rakyat. [ Iwan Januar – LSHTI]