Pengamat Sosial Iwan Januar menyatakan setidaknya ada dua hal yang menyebabkan maraknya zina bahkan sampai divideokan di kalangan pelajar.
Pertama, kegagalan pendidikan berbasis sekuler di tanah air membentuk karakter positif — apalagi Islami — di kalangan anak didik. Akibatnya anak didik hanya cerdas secara akademik tapi kepribadian mereka rusak.
“Saya baca para pelaku sebagian adalah pengurus OSIS. Berarti kan mereka anak-anak yang terbilang pandai dan populer di sekolahnya. Selain juga dipandang baik oleh guru dan kawan-kawannya. Dan jangan kira ini tidak terjadi di sekolah Islam atau di pesantren. Buktinya kasus pencabulan kyai kepada santri, atau malah homoseksual juga kerap terjadi di tanah air,” ungkapnya kepada mediaumat.com, Selasa (22/10) melalui surat elektronik.
Kedua, sistem sosial di masyarakat kian rusak. Pornografi dan seks bebas di kalangan remaja makin dianggap biasa. Masyarakat juga orang tua terima saja kalau melihat anak remajanya pacaran, pegangan tangan, dibonceng naik motor, pelukan. Bahkan kissing dan petting juga sudah dianggap lumrah oleh masyarakat dan remaja. Pelaku bisa jadi nekat melakukan itu karena sudah terbiasa mengkonsumsi konten pornografi.
Menurutnya, kasus video porno anak SMP di Jakarta Pusat baru-baru ini merupakan warning keras buat pemerintah khususnya kemendiknas. Sekulerisme sebagai basis pendidikan dan kehidupan sosial sudah nyata gagal membentuk karakter positif bagi anak-anak didik. Kalau masih juga dilanjutkan dengan keadaan seperti ini maka modus ini akan jadi diduplikasi di mana-mana.
“Maka hanya merombak total tatanan kehidupan masyarakat, dan diganti dengan Islam, baru masyarakat akan merasa aman,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo