Ketua Umum Lembaga Kristologi Indonesia Zhahir Khan mendorong pemerintah Indonesia untuk mengikuti jejak Malaysia dengan melarang umat Kristen menggunakan kata “Allah” untuk menyebut tuhannya.
“Sudah seharusnya pemerintah mengikuti Malaysia, karena itu penistaan agama kalau mengatakan Allah adalah salah satu dari oknum trinitas!” ungkapnya kepada mediaumat.com, Selasa (22/10) melalui sambungun seluler.
Menurutnya, sudah jelas bahwa Allah itu Mahaesa seperti yang difirmankan-Nya dalam Alquran. “Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa, Allah tempat meminta segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tiada diperanakkan, Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia,” ungkapnya mengutip terjemah Surat Al Ikhlas.
Namun oleh orang Kristen, lanjut Zhahir, “Allah” dijadikan salah satu oknum dari trinitas; Allah (Tuhan Bapak); Yesus (Tuhan Anak) dan Roh Kudus.
Kalau mau jujur, semestinya dalam Bibel terjemahan yang tepat untuk kata ‘God’ adalah ‘Tuhan’ bukan ‘Allah’. “Karena Bibel yang ada di Indonesia dan Malaysia adalah terjemahan dari bahasa Inggris, dan dalam bahasa Inggris tidak ada kata ‘Allah’ yang ada hanyalah ‘God’” bebernya.
Sedangkan kata ‘God’ sendiri terjemahan dari Bibel induk yang berbahasa Yunani yakni ‘theos’. Dan, lanjut Zhahir, Yesus atau yang menurut Islam itu Nabi Isa as, tidak pernah berbahasa Yunani dan Bibel yang asli yakni Injil—sebagaimana Yesus berbicara dalam kesehariannya ya menggunakan bahasa Aramik.
“Dan sampai sekarang tidak pernah diketemukan Bibel berbahasa Aramik kuno, jadi semua salinan Bibel sekarang bila ditelusuri berhenti hanya sampai yang berbasa Yunani yang menyebut sesembahannya sebagai ‘Theos’, atau ‘God’ dalam bahasa Inggris, atau ‘Tuhan’ dalam bahasa Indonesia,” ungkapnya.
Dengan tegas, Zhahir mengatakan kata ‘Allah’ tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun. Dalam kalimat syahadat disebutkan Asyhadu’ala ilahaillallah, terjemah bahasa Indonesianya Aku bersaksi bahwasanya tiada tuhan selain Allah. Dalam bahasa Inggris pun terjemahnya tetap Allah, I bear witness that there is no God except Allah.
Ia juga menegaskan penyantuman kata ‘Allah’ untuk mengganti kata “Tuhan” dalam Bibel (kitab sucinya orang Kristen, namun di Indonesia disebut Alkitab padahal Alkitab adalah nama lain dari Alquran, red.) hanya ada di dunia Islam. “ Sedangkan di Indonesia dan Malaysia, itu terjadi setelah penjajah Belanda masuk ke Indonesia,” ungkapnya.
Tujuannya, untuk memudahkan proses kristenisasi karena datangnya Belanda ke Indonesia dengan tiga misi yang dikenal dengan 3 G (Gold, Gospel dan Glory). “Gospel adalah upaya kristenisasi, salah satunya dengan menyebut God sebagai Allah. Biar dianggap bahwa tuhan orang Islam dengan tuhan orang Kristen itu sama, padahal jelas berbeda. Yang satu tauhid yang satu musyrik,” bebernya.[] Joko Prasetyo
Mungkin pak Zhahir harus belajar juga sejarah kata ‘Allah’ dan penggunaannya dalam agama-agama semit.
Allah secara bahasa diartikan The God, dibentuk dari dua kata (al-illah). Walaupun para ahli bahasa Arab sepakat Allah sudah menjadi nama sendiri seperti layaknya Arrahman, Arrahim (dan nama-nama Allah yang lain)
Jadi dari sudut pandang bahasa Allah itu artinya tuhan yang disembah. Dan jika diterjemahkan ke bahasa Inggris jadinya “The God”. Banyak buku yang bahas ini, silahkan dicek sendiri.
Di negara-negara berbahasa Arab orang kristen menyebut tuhannya dengan sebutan Allah persis seperti ummat Islam. Berbeda dengan orang Kristen indonesia yang mengucapkan Allah dengan bunyi vokal ‘a’ di awalnya, orang kristen di Syam dan negara arab lain menyebut “Allah” persis seperti orang Islam. Juga, dalam kitab injil berbahasa Arab kata Allah ditulis sebagaimana orang Islam menuliskannya.
Laa iqraha fid diin.
Tidak ada paksaan dalam beragama. Kristen memang mengimani Allah dan trinitas. Yang kita lalukan adalah mengajak mereka untuk mengimani Allah yang satu tanpa paksaan. Bukan memaksa mengganti sebutan mereka terhadap ‘tuhan’ mereka.
Wallahu’alam