Menteri Luar Negeri AS John Kerry menjelaskan dalam konferensi “kawan Suriah” yang diselenggarakan di London, Selasa (22/10), “Kami percaya bahwa jalan perang hanya akan mengarah pada disintegrasi negara Suriah.” Bahkan ia berkata: “Tanpa solusi negosiasi, pembantaian akan terus dan mungkin meningkat.”
Kerry berbicara tentang perang dan pembantaian seperti orang bodoh, seakan negaranya berlepas tangan dengan apa yang dilakukan bonekanya, Asad, serta alat-alatnya, seperti Iran dan Hizbul Iran—sebab tidak selayaknya bernama Hizbullah—yang membantai rakyat Syam dengan buas melebihi buasnya binatang buas sekalipun, juga telah melakukan pembantaian paling mengerikan yang merupakan aib bagi kemanusiaan, dengan menargetkan wanita hamil sebagai sasaran berburu bagi para sniper mereka.
Apa yang dipahami dari panggung politik sekarang ini, jelas sekali bahwa Amerika bersama dengan negara-negara imperialis Barat, tidak pernah peduli kecuali untuk kepentingan mereka saja. Sehingga setiap klaim untuk selain itu hanyalah kebohongan dan penipuan semata, serta upaya untuk memuluskan proyek-proyek mereka atas kaum Muslim; serta kebebasan yang mereka janjikan hanya upaya agar Suriah tidak jatuh dalam pelukan musuh-musuh mereka, sehingga mengikutinya bukanlah solusi politik, melainkan bunuh diri dan ketergantungan.
Apa yang diinginkan Amerika dari Konferensi Jenewa 2 itu jelas sekali dari pernyataan Kerry ini. Amerika ingin menjaga rezim bonekanya, dan mencegah kejatuhannya dengan perubahan formalitas yang tidak mendasar dengan memasukkan boneka baru yang dipermukaan terlihat sedikit kejahatannya untuk menggantikan boneka yang sekarang, yang tangannya berlumuran dengan darah. Itulah yang telah disepakati oleh para imperialis dalam konferensi mereka, “Konferensi Kawan Suriah” di London, di mana berupaya mereduksi revolusi Syam dalam sebuah proses pengalihan kekuasaan tanpa menyentuh sistem atau strukturnya. Padahal semua tahu, bahwa rezim mulai dari struktur, keamanan hingga politiknya, semua dikuasai oleh para antek Amerika.
Amerika tidak ingin membongkar struktur rezim bonekanya, agar tidak digantikan oleh rezim yang mukhlis yang tidak tunduk padanya. Para pejuang revolusi Syam terus mengumumkan hakikat dan tujuan revolusi, serta terus membangun kesepahaman di antara mereka, yaitu tegaknya sistem Khilafah.
Konferensi Jenewa 2 adalah agenda Amerika untuk mempertahankan pengaruhnya dan menjaga rezim, dan mungkin itu agendanya yang terakhir, sehingga demi suksesnya, ia mengerahkan semua kemampuannya dan menghindar dari hal-hal yang mengesankan ancaman. Dengan ini, ia akan melempar beban tanggung jawab di pundak para pejuang revolusi, yang berusaha menggagalkan konferensi “makar” mereka ini, menggagalkan upaya imperialis Amerika, dan melangkah pasti menuju penggulingan rezim dengan tangan mereka sendiri, kemudian mendirikan Khilafah di atas puing-puing reruntuhannya, yaitu Khilafah Rasyidah kedua yang tegak di atas metode kenabian, sehingga mereka menemukan kebahagiaan dunia dan akhirat, serta meraih kemenangan yang besar.
Terwujudnya semua itu bukan perkara mustahil, bahkan lebih cepat dari kedipan mata. Namun untuk itu perlu kesadaran, perencanaan dan keteguhan dalam mendakwahkan kebenaran, hanya berpegang dan bergantung pada tali agama Allah, serta menjauhkan ketergantungan pada manusia. Seperti itu tujuan dari revolusi yang diberkati ini, “mâ lanâ ghairaka yâ Allâh, kami tidak butuh selain Engkau, ya Allah”. Untuk itu, harus tetap bersikap sabar dan teguh. Sebab kemenangan itu adalah sabar sesaat. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad [47] : 7).
Sumber: pal-tahrir.info, 23/10/2013.