Mimpi terburuk sang ibu adalah: “Setelah berhasil melarikan diri dari genosida di Suriah, di sini kami malah menghadapi kematian.”
Suha, seorang pengungsi yang berasal dari Suriah – Palestina kehilangan tiga dari empat anak perempuannya (seperti dalam foto) ketika mereka tenggelam di lepas pantai Mesir dua minggu lalu sementara keluarganya, yang melarikan diri dari genosida yang dilakukan Assad, berusaha untuk menghindari penganiayaan di Mesir. Dari keempat putrinya – Sara, Julia, Sama dan Haya – hanya yang tertua saja, yakni Sara yang berusia 10 tahun yang selamat. Sementara tiga lainnya adalah di antara 12 pengungsi yang tenggelam pada hari itu ketika perahu mereka tenggelam. Para korban dibawa kembali ke Mesir dan dipenjara di kantor polisi di mana mereka tetap didakwa dengan tuduhan ‘imigran ilegal’.
Dalam sebuah wawancara yang dilakukan dengan koresponden Radio Swedia di Mesir, Cecilia Uddin, dari penjara di mana dia dan Sara sedang ditahan, Suha mengatakan, “Saya memiliki empat putri, tiga dari mereka tenggelam. Setelah melarikan diri dari pembunuhan di Suriah, sebagai gantinya kami malah menghadapi kematian sini.”
Suha yang berusia 42 tahun, yang merupakan seorang perawat di klinik kardiologi di Damaskus sebelum terjadinya revolusi, mengatakan bahwa dia menangis setiap hari sejak kematian ketiga putrinya itu, namun ingin agar dunia tahu apa yang terjadi pada mereka. Saat-saat dia melihat ketiga putrinya itu menghilang di bawah perairan Mediterania di lepas pantai Mesir adalah ketika kapal penuh sesak dengan pengungsi yang rapuh yang ditumpanginya tenggelam. Peristiwa ini sangat membekas dalam ingatannya.
Putri bungsunya, Haya berusia 4 tahun, adalah orang pertama yang mati. “Kami hanya memiliki satu rompi pelampung, “kenang Suha. “Saya terus memangku Haya di pangkuan saya dan memeluk putri saya yang lain agar bersama saya, namun saya tidak bisa menjaga mereka agar tetap di atas permukaan air. Ketika saya menemukan Haya tidak lagi bernapas, saya meninggalkannya untuk menyelamatkan putrinya yang lain, saya berkata, ‘Selamat tinggal anakku. saya berharap Allah akan memberi barokah kepadamu.’ Saya memegang Sama dan Julia dan Sarah agar dekat dengan saya, tapi dua dari mereka tenggelam, satu persatu, dan saya tidak bisa menyelamatkan mereka.”
Sang ibu yang merasa hancur itu ingat bagaimana putrinya Sara yang masih hidup berteriak di tengah hiruk pikuk itu, “Ibu, apa yang terjadi pada saudaraku? “, sambil mengenang peristiwa itu, dalam upaya menyelamatkan gadis kecil dari trauma lebih lanjut, dia kemudia berbohong , dan mengatakan bahwa nelayan telah menyelamatkan mereka.
Setelah lebih dari enam jam hanyut di perairan yang sangat dingin, para korban kemudian dijemput oleh penjaga pantai Mesir. Yang selamat dari tragedi mengerikan lebih dari 100 orang pria, wanita dan anak-anak, masih berada dalam sel kantor polisi yang kotor di Alexandria di mana mereka telah ditahan sejak diselamatkan oleh penjaga pantai Mesir.
Mereka lalu dideportasi, dengan tuduhan melanggar undang-undang imigrasi Mesir. Sudah hidup dengan trauma yang tidak tertahankan, sekarang mereka malah terjebak dalam mimpi buruk dengan tidak mendapatkan bantuan hukum atau bantuan medis, konseling atau bantuan lainnya. Picture: Suha’s four daughters – only the eldest, ten-year-old Sara, survived.
(rz/sumber : @Radio Free Syria] Original link:http://alkompis.se/news/swedish/8330/)