Pemerintah Spanyol yang dipimpin oleh Mariano Rajoy menandatangani kesepakatan dengan Presiden Konferensi Waligereja Antonio Maria, dan disaksikan oleh Sekretaris Jenderal Partai Uni Demokratik Catalonia. Isi dari kesepakatan itu adalah pemberian kewarganegaraan Spanyol bagi umat Islam yang ingin mengubah agama mereka ke Katolik, yaitu kelompok agama Kristen terbesar.
Menurut kantor berita Eropa “RNW”, bahwa kesepakatan yang telah dibuat oleh Menteri Kehakiman Spanyol, Alberto Ruiz Guiardon dengan Presiden Konferensi Waligereja, Antonio Maria Rocco Varela, berisi tentang kemudahan untuk mendapatkan kewarganegaraan Spanyol bagi seorang Muslim yang murtad dari Islam, kemudian memeluk Kristen Katolik. Namun bagi mereka yang ingin memanfaatkan tawaran ini harus mengikuti prosedur yang ditetapkan dalam kesepakatan. Pertama, ia harus bisa menyanyikan dengan baik dua lagu keagamaan milik agama Katolik yang terkenal di Spanyol dan Amerika pada khususnya, yaitu lagu Perawan Maria dan Yesus Kristus
Kedua, seorang Muslim yang ingin mendapatkan kewarganegaraan Spanyol itu harus siap untuk meninggalkan agama Islam, dan belum pernah memiliki catatan buruk, jika ia pernah dijatuhi denda pengadilan, maka itu tidak boleh lebih dari 600.000 euro. Ketiga, perjanjian ini secara khusus ditujukan bagi umat Islam yang selama ini diwajibkan membayar pajak 60 euro, yang dibagi dua antara negara (5 euro) dengan gereja (55 euro).
Dan ketika ketiga persyaratan telah terpenuhi dalam meninggalkan agama Islam, serta memeluk agama baru, Kristen, maka setelah itu ia dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan kewarganegaraan Spanyol, demikian kata Menteri Kehakiman Spanyol, Alberto Ruiz Guiardon, sementara dalih dibuatnya keputusan tersebut adalah ingin “meningkatkan kewaspadaan spiritual rakyat Spanyol”.
Monia Balmahi, pemimpin komunitas Islam menanggapi hal itu dengan mengatakan bahwa kesepakatan yang menargetkan umat Islam khususnya, bukan sebuah kesepakatan yang baru pertama kalinya dibuat oleh pemerintah Spanyol dengan gereja. Bahkan telah ada kesepakatan serupa pada tahun 1988 dengan mantan Perdana Menteri Spanyol, Felipe Gonzalez Markiyt, namun itu khusus bagi orang Yahudi, dan bukan umat Islam. Dan dalih dibuatnya kesepakatan ketika itu oleh Perdana Menteri Spanyol adalah untuk “memperbaiki sikap Spanyol karena pengusiran orang Yahudi pada tahun 1492”.
Balmahi menambahkan bahwa perjanjian tersebut dimanfaatkan oleh sekitar 120 penduduk di Spanyol dari mereka yang beragama Yahudi, dan sebelum Jose Luis Rodriguez Zapatero menjabat sebagai Perdana Menteri Spanyol, kesepakatan itu dihapus. Sekarang, pemerintah Mariano Rajoy kembali mengaktifkannya dengan memasukkan umat Islam.
Seorang wanita aktivis “Aljamauwiyah” yang tinggal di kota Sevilla Spanyol mempertanyakan tentang motif kesepakatan ini, yang dianggap sebagai “memperdagangkan agama”, mengeksploitasi buruknya krisis kaum imigran, dan keinginan mereka untuk menjamin stabilitasnya, terutama karena pemerintah Spanyol menderita masalah ekonomi yang besar sehingga mendorongnya untuk memulai kampanye keras terhadap para imigran dengan menolak untuk memperbaharui ijin tinggal bagi sebagian besar dari mereka. Namun di sisi lain, memudahkan kewarganegaraan Spanyol bagi mereka yang keluar dari Islam untuk kepentingan Kristen. Sehingga hal ini tidak dianggap sebagai pilihan agama, namun penjualan agama, dan eksploitasi dengan cara buruk terhadap para imigran.
Kesepakatan ini dapat mempengaruhi lebih dari 70 ribu imigran asal Maroko di Spanyol, di mana tujuan dari kesepakatan baru ini adalah untuk menarik para imigran Maroko khususnya, agar mereka mengubah agama mereka dengan imbalan mendapatkan hak-hak istimewa yang ditetapkan oleh pemerintah Spanyol dan gereja, dengan mendapatkan kewarganegaraan Spanyol, yang akan menjamin bagi para imigran untuk tinggal secara permanen di wilayah Spanyol dengan mendapatkan berbagai kemudahan dan hak istimewa dalam kehidupan sosial (bjr/rassd.com, 30/10/2013).