Dalam beberapa bulan sejak tersingkirnya Presiden Muhammad Mursi, pembenaran utama yang diberikan oleh para pembela kudeta adalah bahwa hal itu perlu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi Mesir. Bagaimanapun, pemerintahan “Interim” (sementara) yang dipimpin oleh Hazem Beblawi didukung oleh sejumlah ekonom terkemuka.
Namun, hanya lebih dari 110 hari kemudian, ekonomi Mesir terus memburuk, ditandai dengan meroketnya harga-harga kebutuhan dasar dan pengangguran dan tingkat kemiskinan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pemerintah tidak tampak melakukan apapun untuk meringankan penderitaan keluarga Mesir pada umumnya, yang mulai kelaparan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa harga-harga buah dan sayuran telah meningkat 60-100 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu karena kekurangan pasokan. Menurut Hilal Afifi, seorang pejabat harga, “harga buah dan sayuran telah meningkat 100 persen. Misalnya harga kentang adalah 4.25 pound Mesir per kilo grosir dibandingkan dengan 2.25 pound Mesir selama periode yang sama tahun lalu; kentang dijual eceran lebih dari 7 pound per kilo Dia menambahkan, “harga-harga telah naik karena lebih banyak hasil bumi yang diekspor dan nilai tukar dolar yang lebih menguntungkan. “Harga plum impor adalah 13 pound Mesir per kilo grosir dan harga anggur lokal 4.5 pound Mesir per kilo dibandingkan 2.25 tahun lalu.” Harga tomat telah meningkat antara 50 hingga 150 pound karena melemahnya daya beli mata uang. Pedagang sayuran, Rashid Mehran, mengkaitkan kenaikan harga-harga ini dengan tingginya biaya transportasi.
Harga pakaian juga meningkat, rata-rata 45 persen pada bulan Agustus dan September, menandakan pemulihan dari pasar selama musim liburan dan awal tahun ajaran baru tetapi tidak ada mekanisme kontrol harga untuk melindungi orang miskin. Harga-harga dikatakan telah meningkat karena kenaikan harga benang, pencelupan, listrik dan tenaga kerja.
Laporan bulanan Kamar Dagang dan Industri Mesir mengungkapkan bahwa alas kaki dan produk kulit juga telah meningkat antara 25 dan 45 persen dari tahun lalu. Harga-harga ini bervariasi sesuai dengan tempat asal dan daerah yang berbeda di Mesir. Produsen lokal menghadapi persaingan ketat dari China.
Kudeta militer telah menjadikan ekonomi Mesir ke dalam iklim domestik dan internasional yang keras yang jauh lebih buruk dari laporan internasional tentang standar hidup, kemiskinan dan pengangguran. Tingkat inflasi Mesir berada pada angka 13 persen (angka inflasi adalah 7,5 persen saat Morsi menjabat) sedangkan krisis produksi gandum terus memburuk yang pada gilirannya memaksa negara untuk bergantung pada impor luar negeri. Kudeta telah gagal untuk mengatasi krisis pangan, dan lebih memilih untuk menggunakan solusi tradisional yang membuka jalan bagi para pedagang gelap untuk mengeksploitasi masyarakat Mesir lebih dari biasanya. Tingkat inflasi yang tinggi telah mendorong banyak warga Mesir untuk bergabung dengan kegiatan anti – kudeta, aliansi pro – legitimasi.
Sebuah Pusat Survei Opini Publik tentang masyarakat umum mengungkapkan bahwa 74 persen dari rakyat Mesir, yakni hampir 60 juta orang, terkena dampak negatif kenaikan harga. Angka ini berubah menjadi 71 persen di daerah pedesaan dan 77 persen di daerah perkotaan, dan dari 73 persen di Dataran Rendah dan Hulu Mesir dan 78 persen di daerah gubernuran perkotaan. (rz/middleeastmonitor.com)