“Di usia kemerdekaan 68 tahun, meskipun kaya raya dengan sumber daya alam namun hingga kini masih banyak didaulat oleh perusahaan negara asing.”
Kondisi Indonesia sudah mengkhawatirkan. Inilah peringatan yang disampaikan oleh Rektor Universitas Gajah Mada Prof Pratikno saat berbicara dalam seminar nasional yang digelar Keluarga Alumni UGM (Kagama) menyambut pra Munas Kagama XII 2014 di Kendari, Sabtu (9/11).
Peringatan serupa sebenarnya sudah sering muncul di publik oleh para pengamat dan pegiat perubahan. Namun peringatan seorang rektor dari sebuah universitas yang cukup ternama memiliki makna tersendiri.
Ia mengungkapkan, dilihat dari kepemilikan aset nasional hingga saat ini sekitar 70-80 persen aset negara telah dikuasi bangsa asing.
“Kondisi bangsa kita saat ini sudah mengkhawatirkan sehingga tanpa dukungan dan kebijakan oleh semua elemen bangsa maka lambat laun seluruh aset akan jatuh ke tangan orang asing,” kata Pratikno seperti dikutip Antara.
Ia mencontohkan, aset di bidang perbankan misalnya, bangsa asing telah menguasai lebih dari 50 persen. Begitu pula di sektor lain seperti migas dan batubara antara 70-75 persen, telekomunikasi sekitar 70 persen, dan lebih parah lagi adalah pertambambangan hasil emas dan tembaga yang dikuasai mencapai 80-85 persen.
“Kecuali sektor perkebunan dan pertanian dalam arti luas, asing baru menguasai 40 persen. Namun demikian kita harus waspada agar tidak semua aset negara itu dikuasi asing,” katanya.
Oleh karena itu, menurut Pratikno, untuk mempertahankan aset-aset yang belum dikuasai asing tersebut, perlu kebijakan dan terobosan yang lebih hati-hati dalam melahirkan keputusan sehingga aset yang belum dikuasi itu tetap milik bangsa Indonesia.
Ia mengatakan, memang sebuah ironi apabila rakyat Indonesia masih belum merasakan wujud kemakmuran merata dan berkeadilan. “Di usia kemerdekaan 68 tahun, meskipun kaya raya dengan sumber daya alam namun hingga kini masih banyak didaulat oleh perusahaan negara asing,” katanya.
Cengkeraman asing ini kian hari kian kuat. Sekretaris Indonesian Islamic Business Forum, Aswandi As’an, mencontohkan beberapa potensi ekonomi dalam negeri yang saat ini sudah dikuasai asing.
Ia mengungkap data, 80 persen pasar tekstil sudah dikuasai asing, 80 persen pasar farmasi juga sudah dikuasai asing. Sedangkan 92 persen produk teknologi adalah impor dan di Pasar Induk Cipinang sudah tidak ada lagi beras lokal.
Ekonomi Indonesia dinilai sudah tidak mempunyai daya saing terbukti pada 2005 saja ada 429 perusahaan tekstil yang kolaps, 200 industri gulung tikar dan di 2010 defisit perdagangan Indonesia dengan Cina mencapai Rp 53 trilyun.
Untuk produk minuman, di Indonesia ada sekitar 400.00 outlet minuman dan asing mampu menguasai 40 persen pasar minuman ringan di Indonesia. Asing juga dinilai menguasai 93 persen pasar air minum dalam kemasan (AMDK).
Di sektor susu, asing juga telah mengatur 80 persen petani susu lokal dan menguasai 50 persen pasar susu di Indonesia. Padahal transaksi susu di Indonesia bisa mencapai Rp 200 trilyun per tahun.
Tambah Liberal
Bercokolnya kekuatan asing di Indonesia bukannya membuka mata pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengerem laju penguasaan asing itu. Sebaliknya, rezim SBY justru berencana membuka kran lebih lebar lagi bagi investasi asing.
Rezim SBY tidak puas dengan langkah pemerintahnya yang pernah dilakukan pada 2010. Saat itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden No 36/2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Menurut peraturan itu, ada 20 bidang usaha yang tertutup bagi investasi.
Tiga tahun kemudian, syahwat untuk meliberalkan kembali bidang tersebut terus mengemuka. Wacana sudah disebarkan. Ada enam bidang usaha dalam revisi beleid tersebut. Nantinya hanya ada 14 bidang usaha yang dinyatakan tertutup (Daftar Negatif Investasi/DNI) dalam regulasi baru.
Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Koordinasi Perniagaan dan Kewirausahaan Edy Putra Irawadi mengatakan regulasi DNI yang baru harus lebih terbuka dan promotif. “Walaupun bidangnya terbuka, tetapi ada persyaratan,” katanya beberapa bulan lalu.
Dia merinci empat dari tujuh bidang usaha perhubungan yang selama ini tertutup bagi investasi, akan dibuka dengan persyaratan. Sementara itu, satu dari empat bidang usaha industri yang selama ini tertutup bagi penanaman modal juga akan dibuka.
Demikian pula dengan satu bidang usaha komunikasi dan informatika akan dibuka bagi investasi. Namun, Edy masih enggan menyebutkan usaha apa saja yang akan dikeluarkan dari DNI itu.
Salah satu yang akan dibuka adalah industri minuman mengandung alkohol, seperti minuman keras, anggur dan minuman mengandung malt, yang akan dinyatakan terbuka terhadap investasi. Alasannya kebutuhan minuman beralkohol dalam negeri meningkat dan banyak penyelundupan. Bahkan Menteri Perindustrian MS Hidayat berharap investasi industri minuman beralkohol akan mengurangi ketergantungan pada impor dan bisa diekspor.
Juga sempat terlontar rencana membuka investasi asing di bidang farmasi sampah 85 persen. Bahkan, asing juga rencananya bisa mengelola bandara dalam negeri hingga 100 persen.
Perbincangan kencang tentang liberalisasi ini rupanya membuat Presiden SBY gerah dan angkat bicara. Ia membantah telah menyutujui rancangan revisi DNI. Ia mengaku masalah tersebut sama sekali belum dibahas di tingkat Presiden.
“Seolah ini sudah menjadi keputusan Presiden. Setelah saya cek, jangankan pada tingkat saya, pemikiran ini juga belum dibahas di tingkat Menteri Koordinator Perekonomian,” kata SBY saat membuka Sidang Kabinet di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (14/11/2013).
SBY meminta agar kementerian terkait untuk menjelaskan kepada publik mengenai hal itu supaya tidak menjadi polemik yang berkepanjangan. “Jadi, anggapan itu akan diberlakukan tidak benar,” katanya.
Ia menegaskan, semua itu baru wacana. Pemerintah belum memutuskan. Lho kok?
Penguasaan Asing di Indonesia
Bidang/Sektor Persentase Asing (%) Mineral 95
Migas 85
Batubara 75-80
Perkebunan 65-70
Pasar Tekstil 80
Pasar Farmasi 80
Impor Produk Teknologi 92
Pasar Minuman Ringan 40
Pasar Air Minum dalam Kemasan 93
Pasar Susu 50
Perbankan 50
Telekomunikasi 70
Data: Diolah dari berbagai sumber.
(mediaumat.com, 26/11/2013)