Keengganan Australia menghentikan penyadapan menunjukkan betapa lemahnya diplomasi Indonesia meskipun dihadapan negeri kangguru. Menurut Jubir HTI Ismail Yusanto, hal itu terjadi lantaran tiga faktor.
Pertama, Indonesia itu bukan negara ideologis. Alias tidak jelas kerangka pemikiran yang dianutnya. “Sehingga meski sudah jelas Australia menganggap kita lawan, Indonesia masih bingung menganggap Australia itu kawan atau lawan. Hasilnya, tidak pernah lahir tindangan-tindakan yang tegas,” ungkapnya kepada mediaumat.com, Ahad (8/12) melalui sambungan telepon selular.
Kedua, dipengaruhi oleh kepemimpinan. “Meski dia (Presiden SBY) militer tetapi jelas-jelas kemiliterannya tidak nampak dalam kepemimpinannya. Yang menonjol adalah peragu, penakut,” sindirnya.
Ketiga, suasana pemerintahan yang memang cenderung pada Barat. —sebenarnya, secara geografis Australia itu negara timur bukan negara Barat tetapi secara ideologis sangat Barat. “Sehingga, ketika ada negara Barat yang bertindak seperti itu, pemerintah tidak berdaya apa-apa karena merasa bagian dari komunitas politik mereka,” pungkasnya. (mediaumat.com, 9/12/2013)