2013 telah berlalu. Alhamdulillah, banyak capaian positif yang sudah kita peroleh dalam perjuangan ini. Di antaranya: Pertama, makin besar dan tumbuhnya tubuh dakwah (tanmiyatul-jism). Kedua, makin menguatnya opini umum (ijadul-ra’yi) tentang Khilafah yang muncul dari kesadaran.
Alhamdulillah, dengan gerak dakwah yang tidak kenal lelah dari seluruh komponen, rijalud-da’wah yang bergabung bersama untuk memperjuangkan Khilafah semakin banyak. Kualitas mereka juga makin meningkat; diterima dan diakui oleh masyarakat. Mereka adalah para kader ideologis dari berbagai bidang; ada mahasiswa, dosen, ulama, penguasa, birokrat, para ibu, hingga masyarakat biasa.
Para rijalud-da’wah ini maju membongkar persoalan masyarakat dari akarnya. Mereka menyampaikan kebobrokan ideologi Kapitalisme sekular dengan pemikiran-pemikiran utamanya seperti demokrasi, HAM, pluralisme, atau liberalisme ekonomi. Mereka sekaligus memberikan solusi yang yang jelas, tegas dan fokus atas berbagai persoalan umat itu, yaitu mengembalikan kehidupan Islam dengan menerapkan seluruh syariah Islam dibawah naungan Khilafah Islam. Bukan berhenti pada slogan, mereka juga menyampaikan agasan-gagasan yang sistemik, menyeluruh hingga detil dalam segala aspek. Dengan itu masyarakat mendapatkan gambaran bagaimana sistem Islam yang sesungguhnya dan bagaimana langkah perjuangan yang harus dilakukan.
Di hadapan para ulama, para rijalud-da’wah menyampaikan gagasan dakwahnya dengan dalil-dalil yang kuat yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah dengan mengutip pendapat-pendapat ulama terkemuka dari kitab-kitab mu’tabarah. Semua itu disampaikan dengan kerendahatian dan lembut namun tetap tegas dan apa adanya, sebagaimana sikap seharusnya dari pengemban dakwah ketika berhadapan dengan para ulama.
Alhamdulillah, para ulama yang sejatinya merupakan pewaris nabi, yang hatinya bersih dan terbuka untuk kebenaran, menerima gagasan-gagasan mereka yang sebagian besar berusia muda namun matang dalam perjuangan. Tentu mereka bukan sedang menggurui para ulama, tetapi mengajak ulama bersama-sama kembali pada posisi mereka sebagai pewaris para nabi dengan misi yang jelas: menerapkan ajaran Islam.
Para rijalud-da’wah pun blusukan ke tengah-tengah masyarakat bawah; bukan untuk membangun citra palsu, tetapi bergaul di tengah masyarakat, menyampaikan Islam, mengajak mereka bangga dengan Islam dan mau memperjuangkan Islam. SubhanalLah, para rijalud-dakwah yang sesungguhnya merupakan bagian dari masyarakat yang ‘biasa-biasa’ itu sedikit demi sedikit berhasil memberikan pencerahan tentang Islam, menyadarkan masyarakat, hingga banyak di antara masyarakat yang kemudian bergerak dan bergerak bersama dakwah.
Meskipun mereka harus menghadapi hidup yang tidak mudah dengan berbagai persoalan pribadi dan keluarga mereka, hamba-hamba Allah yang mulia itu tidak pernah berkeluh-kesah. Mabda’ Islam telah membuat mereka tetap menjadikan perjuangan dakwah sebagai poros. Kepedihan dan luka dalam kehidupan tidak menghalangi dakwah mereka meskipun sekejap.
Dengan kerja keras para pengemban dakwah, pilar penting yang kedua yaitu terbentuknya pemikiran umum (ijadul-ra’yi) tentang syariah dan Khilafah semakin menguat. Syariah dan Khilafah semakin dibicarakan dimana-mana. Ide syariah dan Khilafah yang tadinya asing semakin dikenali oleh masyarakat dari berbagai kalangan, tentu dengan segenap pro dan kontranya.
Kalaupun ada yang menolak, harus kita sikapi sebagai hal yang lumrah. Penyebabnya bisa berbagai macam. Ada yang tidak paham sehingga harus kita pahamkan. Ada yang kurang paham sehingga perlu ditambah kepahamannya. Ada yang salah paham hingga perlu kita luruskan. Memang ada juga yang tidak mau paham. Nah, yang ini tak perlu kita benci, tetapi kita doakan tanpa henti.
Hasilnya, alhamdulillah, masyarakat berbondong-bondong untuk hadir dalam berbagai acara Hizbut Tahrir. Contohnya acara Muktamar Khilafah 2013 yang di Jakarta saja dihadiri lebih dari 120 ribu umat. Puluhan ribu umat juga hadir di daerah-daerah. Perlu dicatat, umat hadir bukan karena mereka dibayar. Bahkan mereka harus merogoh kantung sendiri untuk bisa hadir, dengan segala tantangannya.
Namun, perjuangan belumlah selesai. Ke depan ada dua hal yang kita butuhkan dan kita tingkatkan: optimisme dan kesabaran. Optimisme penting untuk membuat perjuangan ini tetap bergelora, tidak pernah putus asa dan tetap terarah. Kita optimis bahwa kemenangan dari Allah SWT akan kita peroleh. Insya Allah, Khilafah dalam waktu dekat akan tegak.
Optimisme kita bukan tanpa dasar. Pasalnya, kemenenangan umat Islam dengan kembalinya Khilafah Islam merupakan wa’dulLah (janji Allah) dan kabar gembira dari Rasulullah saw. (busyra RasulilLah). Bukankah Allah SWT dan Rosul-Nya tidak pernah berdusta?
Perkembangan terkini dunia global pun mengkrital pada dua kubu: Kapitalisme atau Islam; demokrasi atau Khilafah! Arah Dunia Islam pun semakin jelas: umat menginginkan Khilafah. Arab Spring yang dibajak menjadi demokratisasi, terbukti gagal. Yang menggagalkannya ternyata Barat sendiri. Meskipun menang secara demokratis, Mursi akhirnya digulingkan oleh Barat melalui Jenderal as-Sisi.
Hal ini semakin mengokohkan sikap umat, bahwa jalan demokrasi penuh tipudaya dan tidak pernah berpihak pada Islam dan umat Islam. Jalan satu-satunya yang kini menjadi pilihan umat adalah perjuangan menegakkan Khilafah. Tegaknya Khilafah hanya tinggal menunggu waktu.
Selain optimis, kita pun harus sabar. Perjuangan memang penuh dengan liku dan ujian. Kita tetap harus bersabar dengan tetap fokus pada tujuan perjuangan menerapkan syariah Islam dan Khilafah; bersabar untuk tetap berpegang teguh pada manhaj dakwah Rasulullah saw.; bersabar dalam menghadapi tantangan dakwah yang muncul dari masyarakat seperti celaan, ketidakpahaman, bahkan fitnah; juga bersabar menghadapi ujian alami dakwah mulai dari bujukan harta dan kekuasaan, penyiksaan, boikot, ataupun propaganda.
Mengikuti jalan dakwah Rasulullah saw., juga berarti mengikuti jalan kesabaran beliau, termasuk sabar dalam menunggu pertolongan Allah SWT (nashrulLah). Namun, kita tidak perlu kita bertanya kapan pertolongan Allah datang. Yang menjadi tugas kita adalah berjuang, berjuang dan berjuang, hingga kemenangan itu datang. Allahu Akbar! [Farid Wadjdi]