Meski keenam dari tujuh terduga teroris dalam keadaan tak bernyawa ketika diumumkan pihak kepolisian kepada publik, salah satu kerabat korban yang tidak mau disebut namanya sangat yakin bahwa sebenarnya Densus 88 telah menangkap semuanya dalam keadaan hidup.
“Kalau sudah mati, mengapa mereka disiksa? Kan begitu logikanya. Semua ketika masih hidup disiksa, jadi ketika masih di dalam mungkin sudah menyerah, lalu disiksa kemudian dieksekusi di tempat. Hanya menyisakan Ato Margono.” ujarnya kepada mediaumat.com usai proses pemakaman lima dari enam korban kebiadaban Densus 88, Sabtu (4/1) di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur.
Kelima jenazah tersebut adalah Dayat; Rizal alias Agung; Nurul Haq alias Jack; Fauzi alias Ozi; dan Edo. Sementara, jenazah Hendi telah dibawa keluarga ke Tasikmalaya, Jawa Barat, sehari sebelumnya.
Menurutnya, Ato Margono —yang sekarang sedang mendekam di sel Mabes Polri— tidak dibunuh lantaran pihak kepolisian sangat berkepentingan. “Soalnya Ato adalah kurir Santoso yang di Poso. Jadi dia tahu betul seluk-beluk Santoso di Poso,” analisanya.
Bila melihat semua luka yang bersarang pada keenam korban tembak mati di tempat oleh Densus 88 pada malam Tahun Baru lalu di Ciputat Tangerang Selatan, patut diduga memang semuanya sengaja dibunuh— meskipun sudah ditangkap hidup-hidup.
“Jadi opini yang selama ini dibuat Polri bohong! Kalau hanya perlawanan senjata tidak mungkin ada luka penganiayaan!” tegasnya.
Kerabat yang turut memandikan keenam korban tersebut menyatakan semua korban mengalami luka penganiayaan serius. Mulai dari atas pinggang sampai kepala.
“Dapat dilihat dari semua mayat, tanpa kecuali. Yang paling parah Rizal dan Edo. Edo kepalanya hampir pecah. Kalau Fauzi itu, kita lihat hidungnya dan giginya patah. Kemudian di samping kuping kiri ada bekas luka tembak, sudah dijahit. Rizal mukanya hancur terutama wajah bagian kanan sehingga mata kanannya seperti hilang. Kalau saya lihat hancur karena disiksa pakai popor senjata.”
Menurutnya kasus yang dikatakan sebagai penyerbuan teroris di Ciputat itu semua adalah makarnya Kepolisian Republik Indonesia. Jadi, berdasarkan kondisi luka seluruh mayat —di samping ada luka tembak— semuanya ada luka-luka penganiayaan serius.
“Kalau kita melihat berita di tv-tv kan mereka seolah -olah mati karena proses perlawanan senjata. Tetapi kalau kita melihat kenyataan pada mayat, semua luka penganiayaan serius dan luka tembak di pinggang ke atas,” pungkasnya. (mediaumat.com, 5/1/2014)