Kekerasan di Republik Afrika Tengah terus berubah menjadi anarki. Terdapat laporan tindakan kanibalisme pada saat terjadi bentrokan antara kaum Muslim dan Kristen.
“Mad Dog” (Anjing Gila), yang nama aslinya adalah Ouandja Magloire, mengatakan kepada BBC bahwa dia memakan daging orang lain untuk membalas dendam atas pembunuhan istrinya yang sedang hamil, adik ipar dan bayinya.
Magloire adalah bagian dari massa Kristen yang meluapkan amarahnya terhadap umat Muslim di kota Bangui, ibu kota Republik Afrika Tengah setelah Presiden Djotoda mengundurkan diri.
Sang Kanibal itu melihat korbannya duduk di sebuah minibus dan memutuskan untuk mengikutinya.
Semakin banyak orang bergabung dengannya dan memaksa sopir bus untuk berhenti, mereka menyeret orang Muslim itu keluar ke jalan, di mana kemudian dipukuli dan ditusuk sebelum dibakar.
“Muslim! Muslim! Muslim. Saya menusuknya di kepala. Saya menuangkan bensin padanya. Saya membakarnya. Lalu saya memakan kakinya, semuanya hingga ke tulang-tulangnya dengan roti. Itu sebabnya orang-orang memanggilku dengan sebutan Mad Dog (Anjing Gila), “kata Magloire.
Ketika diminta untuk menjelaskan alasan tindakannya, Magloire menjawab: “Karena saya marah.”
Banyak militan Kristen yang percaya pada sihir dan memakai jimat yang berisi daging dari orang-orang yang telah dibunuhnya, dan hal ini diyakini akan membuat mereka tidak terkalahkan.
Ratusan Ribu Anak-anak Beresiko Terkena Malaria
Konflik itu telah menyebabkan hampir satu juta orang mengungsi dan membawa risiko terkena malaria, infeksi saluran pernapasan yang akut dan penyakit diare.
“Lebih dari setengah juta orang (dari 4.6 juta penduduk) yang mengungsi dari rumah-rumah mereka akibat pertempuran baru-baru ini – dan banyak dari mereka adalah anak-anak. Lebih dari setengah penduduk Bangui mencari perlindungan di 60 lokasi di seluruh kota, terutama di tempat-tempat keagamaan, di mana mereka tidak memiliki akses yang memadai ke tempat-tempat penampungan, air minum yang bersih, jamban, makanan atau perawatan kesehatan, ” kata Juru Bicara LSM International Medical Corps, Josh Harris, kepada IBTimes UK.
“Sejak tanggal 15 Desember, International Medical Corps telah mengoperasikan klinik-klinik di dua lokasi untuk para keluarga pengungsi – St Paul dan St Bernard – yang menyediakan perlindungan untuk lebih dari 40,000 pengungsi.
“Dalam tiga minggu pertama peoperasian, klinik International Medical Corps telah merawat lebih dari 8,000, pasien 3,200 dari mereka adalah anak-anak balita. Kondisi yang paling umum adalah malaria (39%), infeksi saluran pernapasan akut (20%) dan penyakit diare (18%) Tim memulai kampanye vaksinasi massal campak dan polio di dua lokasi di Bangui,” jelas Harris.
Djotodia, pemimpin muslim pertama Republik Afrika Tengah, menjadi presiden setelah kudeta Maret lalu.
Menyusul penggulingan Presiden Francois Bozize, , negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen itu , jatuh ke dalam kekerasan sektarian antara Muslim Seleka dan kelompok-kelompok Kristen Anti Bakala.
Mantan presiden itu dianggap oleh banyak orang sebagai orang yang mampu memimpin negeri itu setelah gagal menahan laju pertumpahan darah yang mengakibatkan kematian setidaknya 1000 warga sipil dan membuat hampir satu juta orang mengungsi.
Palang Merah telah mengkonfirmasi kematian 13 orang di Bangui, setelah terjadi tembak menembak selama dua malam berturut-turut sejak Djotodia mengumumkan pengunduran dirinya. (rz/www.ibtimes.co.uk/13/01)