Tampak jelas apa yang diinginkan Barat dari negeri-negeri Islam. Mereka menginginkan negeri Islam menjadi negara yang sekuler. Tidak mengherankan negeri Islam yang menerapkan sekulerisme akan dipuji habis oleh Barat. Sebaliknya, yang menginginkan syariah Islam akan dikecam dan dihabisi.
Seperti yang diberitakan situs VOA berbahasa Indonesia(27/01), Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon menanggapi konstitusi baru Tunisia dengan mengatakan ia yakin negara itu dapat menjadi “contoh bagi rakyat negara-negara lain yang mengusahakan reformasi.”
Ban menggambarkan transisi demokratis Tunisia ditandai dengan usaha melakukan dialog dan mencapai konsensus, dan mengajurkan agar langkah-langkah berikut damai, inklusif dan transparan. Ia juga mendesak Tunisia agar memastikan pertumbuhan ekonomi yang adil dan berkelanjutan.
Pergolakan di Tunisia tiga tahun yang lalu memicu apa yang disebut Arab Spring atau kebangkitan di dunia Arab. Majelis Nasional negara itu menyetujui undang-undang dasar baru Minggu (26/1) yang merupakan salah satu yang paling progresif di dunia Arab.
Persetujuan Minggu tercapai setelah Perdana Menteri Mehdi Jomaa mengangkat kabinet sementara yang baru untuk meredakan krisis antara kaum Islamis dan oposisi yang sekuler sampai pemilu baru diadakan nanti tahun ini. UUD itu hendak membuat Tunisia negara demokrasi yang tidak didasarkan pada hukum Islam.
Sikap yang berbeda ditampakkan Barat terhadap umat Islam Suriah yang menginginkan syariah Islam dan tegaknya Khilafah di negaranya. Barat serentak melakukan serangan secara massif , baik secara pemikiran maupun militer dengan dibantu agen-agen mereka. Para mujahidin dituding teroris dan diblowup sebagai anasir asing yang mengacaukan Suriah.
Barat menutupi realita, keberadaan mujahidin di Suriah, tidak lain untuk melindungi dan membebaskan rakyat Suriah yang mendapat tekanan hebat dari rezim Assad. Tekanan ini muncul setelah rakyat Suriah menuntut agar Assad mundur. Pembantaian tidak manusiawi yang dilakukan rezim Assad inilah yang mendorong para mujahidin dari berbagai belahan dunia melakukan pembelaan, disaat penguasa-penguasa negeri Islam diam seribu bahasa.
Pembuatan UUD sekuler Tunisia ini dikecam karena menolak menjadikan syariah Islam sebagai sumber hukum negara. Kelompok Islam yang getol menolak UUD sekuler ini adalah Hizbut Tahrir. Sebelumnya, ratusan aktifis Hizbut Tahrir Tunisia berkumpul di Tunis hari Jumat (24/01) untuk memprotes konstitusi baru Tunisia yang sekuler.
“Kami mengumumkan penolakan terhadap konstitusi ini yang melayani badan-badan intelijen asing. Kami memiliki seorang tauladan, yakni Nabi Muhammad kami,” tegas salah seorang demonstran.
Para demonstran melambaikan bendera Islam bertuliskan lafadz la ilaha illa Allah Muhamadur Rosulullah dan meneriakkan slogan-slogan seperti “Gulingkan konstitusi sekuler ! ” dan ” Mendirikan Islam adalah wajib, kedaulatan adalah bagi Quran dan syariah (hukum Islam).” (AF/29/01)
(AF/2901)