Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menolak peringatan Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang. Pemuda dan pelajar diminta untuk tak terlibat dalam perayaan yang dilakukan pada setiap 14 Februari tersebut.
Juru Bicara Muslimah HTI Iffah Ainur Rachmah mengatakan, perayaan ini bukan berasal dari budaya Islam. Setiap kali digelar banyak pula perilaku yang sangat bertentangan dengan Islam. “Pergaulan dan seks bebas kerap mengiringi Valentine,” katanya, Ahad (9/2).
Soal seks bebas saat Valentine, banyak informasi yang menunjukkan hal itu terjadi. Salah satunya, kata Iffah, diungkapkan Hotline Pendidikan Surabaya,sebuah lembaga nirlaba di bidang pendidikan.
Sebanyak 20 persen pelajar Surabaya yang hamil sebelum menikah ternyata berhubungan seks saat merayakan Valentine.
Pergaulan bebas di kalangan remaja bukanlah masalah sepele. “Bangsa ini wajib menjaga akhlak para remaja itu agar tak mendapatkan musibah lebih besar,” kata Iffah.
Terkait dampak negatif perayaan Valentine, Muslimah HTI melakukan serangkaian aksi. Aksi ini sebagai peringatan agar para pemuda dan pelajar tak terjebak dalam pergaulan bebas saat Valentine.
Ini dilakukan sejak Sabtu (7/2) hingga 14 Februari mendatang. Aksi berawal di Jakarta dan kemudian daerah-daerah lainnya.
Bagi Iffah, ini merupakan edukasi yang penting. Bukan hanya kepada para pemuda dan pelajar tetapi juga masyarakat. Orang tua dituntut pula berperan agar anak-anaknya tak terseret pergaulan bebas saat merayakan Valentine.
Orang tua, kata dia, hendaknya intens membentengi anak-anaknya dari kegiatan semacam itu. Bekali mereka dengan pendidikan agama. Dengan demikian, pemuda dan pelajar mampu bersikap sesuai dengan ajaran Islam.
Massa HTI bergerak di Kediri untuk menentang perayaan Valentine. “Budaya Valentine itu tidak ada dalam Islam, itu budaya liberal,” kata koordinator aksi Syaiful Umar di sela aksi yang berlangsung di alun-alun Kota Kediri.
Ia mengatakan, dalam Islam tidak pernah ada rujukan tentang hari kasih sayang yang dilakukan di waktu tertentu. Islam menegaskan, kasih sayang itu setiap hari. Menurut dia, Valentine justru lebih banyak berdampak buruk.
Sebab, bentuk perayaannya berupa pergaulan bebas sampai mengarah pada seks bebas. Syaiful prihatin, saat ini terjadi kemerosotan nilai-nilai agama pada pemuda dan pelajar. Selama ini, pendidikan agama di sekolah hanya sebatas ritual ibadah.
Kondisi ini bisa memicu pribadi yang mengagungkan kebebasan. Ia berharap pemerintah berkomitmen untuk menghapus seluruh konten pornografi dan sejenisnya di masyarakat.(republika.co.id, 12/2/2014)