Dalam upaya meraih suara konstituennya, Psikiater senior ternama Prof Dr Dadang Hawari mengingatkan, calon anggota legislatif dan calon presiden dapat terkena sindrom sisofrenik. “Dan kalau saya lihat para pemimpin kita, para caleg-calegnya terkena sindrom sisofrenik, alias berkepribadian ganda atau bahasa agamanya munafik!” tegasnya seperti dilansir Tabloid Media Umat edisi 122, Jum’at (21 Februari – 6 Maret).
Ciri-ciri caleg dan capres yang terkena sindrom ini ialah nampak peduli kepada rakyat ketika menjelang Pemilu. Namun ketika menjabat tidak nampak pembelaannya terhadap rakyat.
“Coba kemana saja selama ini kok tiba-tiba dikonvensi capres mengatakan perdagangan kita tidak pro rakyat. Lho kok baru sekarang ngomong begitunya setelah tidak menjabat menteri lagi. Dulu-dulu tidak ngomong apa-apa,” ungkapnya.
Para pengidap sindrom sisofrenik juga sangat dimungkinkan kalah jadi gila dan kalau menang korupsi. “Korupsinya pun semakin merajalela karena berjamaah, dilakukan bersamaan. Semua korupsi dari atas sampai ke bawah. Sedangkan masyarakat sudah jenuh dan apatis. Penegak hukum tidak bekerja dengan semestinya. Pihak kepolisian, kejaksaan, kehakiman, itu terpolusi semua sama korupsi,” tudingnya.
Ia juga memprediksi pada Pemilu 2014 akan lebih banyak lagi caleg gila dibanding 2009. “Karena kita lagi dalam keadaan tidak stabil, secara politik kita kacau. Dari mulai persiapan, sudah kacau. Dan nanti pada Pemilihan umum saya duga bakal kacau. Nanti pada Pilpres juga begitu. Itu bisa diprediksi, bukan diramal. Diprediksi ya, dianalisa bakal terjadi kekacauan. Tambahan lagi, alam tidak bersahabat, gunung meletus di sana-sini, banjir di sana-sini, banyak kesusahan teradi. Sementara para pemimpinnya sibuk dengan capres mau pun caleg. Jadi bakal lebih kacau daripada yang dulu-dulu. Apalagi pemerintahannya tidak tegas,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo