Kaitkan Pemilu dengan Teroris, Upaya BNPT agar tetap Eksis?

HTI Press. Jakarta- Pernyataan Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansaad Mbay yang mengaitkan pemilu, tindak teror dan Islam radikal, menurut Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto hanyalah upaya agar lembaga tempat Mbay bernaung tetap eksis.

“Suatu usaha untuk membuat seolah-olah terorisme itu selalu relevan. Sebab kalau sudah tidak relevan, BNPT pun keberadaannya sudah tidak relevan juga,” ungkapnya kepada mediaumat.com  Ahad (23/3) di  Jakarta.

Menurutnya, BNPT semakin kabur dalam menangani isu terorisme. Tidak tahu, siapa dari mana tiba-tiba digrebeg, dibunuh, tidak pernah ada pengadilan. kalau begitu keadaannya jangan disalahkan masyarakat, yang menyatakan jangan-jangan ada pihak-pihak tertentu yang menginginkan terorisme itu tetap ada dengan menghidupkan terorisme  jadi-jadian (sengaja dibuat dan dilestarikan, red). Dan karena sekarang tahun pemilu dikaitkan juga dengan pemilu.

Ismail pun mempertanyakan sebenarnya apa yang dimaui pemerintah melalui pernyataan Ketua BNPT tersebut. Kalau menginginkan rakyat tenang ya pemerintah sendiri harus memberikan rasa tenang. Pernyataan bahwa akan ada terorisme  menjelang Pemilu 2014 justru akan menimbulkan keresahan.

“Kalau memang ada sebut saja namanya dan pemerintah langsung bergerak mengantisipasinya, jadi tidak perlu menakut-nakuti masyarakat seperti ini,” tegasnya.

Jadi pernyataan seperti “Islam radikal” atau “Islam moderat” itu tidak membantu terjadinya kohesitas di antara komponen masyarakat yang ada, yang muncul malah saling curiga. “Nanti kalau menguatnya rasa curiga dan munculnya ketegangan maka yang paling memberikan andil ya BNPT sendiri karena memancing terjadinya ketegangan!” lontar Ismail.

Ismail pun mengingatkan kritik kepada demokrasi itu bukan hanya datang dari kelompok-kelompok Islam, tetapi dari berbagai pihak yang memang melihat ada masalah dalam sistem pemerintahan sekular tersebut. Bahkan mantan staf Departemen Luar Negeri Amerika dalam buku terbarunya America’s Deadliest Export Democracy menyatakan demokrasi ekspor Amerika yang paling mematikan.

“Blum itu bukan orang Islam dan tidak ada hubungannya dengan kelompok-kelompok Islam!” bebernya.

Kalau pernyataan BNPT itu sebagai upaya mencegah tren golput memuncak pada pemilu 2014, menurut Ismail  tentu saja itu bukan upaya yang bijaksana dalam mensikapi kritisisme masyarakat.

Ia menyatakan, kalaulah golput itu tinggi, bukan mereka yang golput yang harus disalahkan,  tetapi salahkanlah mereka yang membuat masyarakat anti pati pada pemilu. Korupsi legislatif, kepala daerah, birokrat itu lah yang menimbulkan anti pati karena mereka yang dipilih itu ternyata tidak amanah.

“Masyarakat itu harusnya dibela malah disalahkan. Sudahlah mereka dikecewakan, dirugikan, malah sekarang dipersalahkan. Jadi ini pemimpin macam apa? “ pungkasnya.[] (mediaumat.com 23/3/2014)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*