Subhânallâh wa al-hamdulillâh wallâhu akbar! Konferensi yang dinantikan itu datang. Tepat 28 Rajab 1428 H, lebih dari 100 ribu pasang mata memenuhi Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK). Tak ada bangku yang kosong. Sebagian massa harus rela berdiri.
Mereka datang dari seluruh Nusantara, mulai dari Aceh hingga Papua. Tak ada lagi perbedaan suku dan golongan. Semua golongan pun terwakili. Ada yang dari NU, Muhammadiyah, dan ormas lain lain. Bahkan wakil dari organisasi/partai sekular pun hadir. Ada pula kaum Muslim dari mancanegara seperti Inggris, Denmark, Malaysia, Australia, Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Palestina dan Turki. Anak-anak, tua-muda, berkumpul bersama dalam sebuah Konferensi Khilafah Internasional bertemakan, “Saatnya Khilafah Memimpin Dunia”.
Hari itu mata dunia tertuju ke Jakarta. Seluruh kamera televisi dari stasiun televisi internasional hadir di sini. Ratusan wartawan lokal dan internasional tumplek di Stadion Utama GBK untuk meliput konferensi umat Islam terbesar di dunia ini.
Barat begitu takut dengan kegiatan ini. Kedubes Amerika Serikat di Jakarta mengeluarkan warning kepada warga AS untuk tidak mendekati wilayah sekitar GBK. Bahkan ada peringatan kepada hotel-hotel yang memiliki jaringan dengan Amerika untuk tidak menerima tamu yang terkait dengan konferensi.
Sementara itu, beberapa kalangan pesimistis bahwa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mampu menggalang massa yang demikian besar untuk memenuhi stadion. Namun, keraguan itu pun terjawab. Setelah subuh, massa dari berbagai daerah menyemut memasuki arena konferensi dengan tertib. Ada yang menggunakan bus, kendaraan pribadi, dan berjalan kaki.
Berangsur-angsur stadion itu penuh menjelang konferensi dibuka. Allâhu akbar! Pekik takbir menggema di mana-mana. Perempuan menempati tribun bawah, sedangkan laki-laki di tribun atas. Mereka disambut nasyid Lâ ‘izzata illâ bil Islâm (Tiada kemuliaan kecuali dengan Islam).
Upaya ’sabotase’ massa yang dilakukan oleh ormas dan tokoh nasional tertentu terbukti tak mampu menghalangi kaum Muslim untuk menghadiri konferensi. Umat sudah bisa menilai sendiri mana yang benar dan mana yang salah. Berbagai ’propaganda sesat’ yang dikeluarkan oleh pihak-pihak tertentu juga tak mempan.
Atas izin dan pertolongan Allah, konferensi khilafah terbesar sejak runtuhnya Khilafah Utsmaniyah di Turki 1924 ini pun berlangsung. Sejam pertama acara dimulai, panas cukup terik. Para peserta yang berada di bagian barat stadion harus mencari pelindung kepala untuk menghindari terpaan panas. Namun, itu tak berlangsung lama. Panas berganti menjadi sejuk ketika awan putih menyelimuti langit di atas stadion. Subhanâllah!
Konferensi Khilafah Milik Umat Islam
Acara yang dipandu oleh Muhammad Khoir Harry Moekti ini diawali dengan pembacaan kalam ilahi. Sambutan pembukaan disampaikan oleh Juru bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto dari panggung yang berada di bagian timur stadion GBK.
Ia menyatakan, konferensi ini adalah milik umat Islam. Esensi Khilafah adalah penerapan syariah dan ukhuwah sehingga persatuan umat Islam merupakan sebuah keniscayaan. Umat pun dituntut melaksanakan syariah secara kâffah dan meninggalkan ideologi lain yang kini membelenggu, yakni Kapitalisme-sekular. “Hanya dengan syariah dan Khilafah, kita akan mulia,” tandasnya.
Ismail mengingatkan tiga peristiwa penting di bulan suci Rajab. Pertama: Isra’ Mikraj Nabi saw. dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha, yang tak beberapa lama kemudian diikuti dengan thalab an-nushrah (upaya Rasul untuk mencari pertolongan bagi dakwah Beliau). Kedua: pembebasan Baitul Maqdis dari kaum Salib pada 27 Rajab tahun 583 Hijrah. Ketiga: tragedi penghancuran Khilafah oleh para penjajah pada 28 Rajab tahun 1342 H, bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924.
Hancurnya Khilafah menyebabkan negeri Muslim yang awalnya bersatu menjadi terpecah-belah. Kini jumlahnya ada 57 negara. Negara-negara ini dipimpin oleh antek-antek penjajah yang sengaja didudukkan sebagai penguasa oleh kaum kafir. Mereka ini menjadi kepanjangan tangan penjajah untuk mencengkeram negeri-negeri Islam. Tidak mengherankan jika kondisi umat Islam terhinakan dan terpuruk di segala bidang karena mereka mencampakkan syariah dan khilafah. Karenanya, Jubir HTI mengajak kaum Muslim untuk bersatu dan berjuang bersama-sama menegakkan kembali Khilafah. “Ini adalah kewajiban yang diperintahkan oleh Allah,” tandasnya yang kemudian disambut pekik takbir.
Ia mengatakan, kembalinya Khilafah adalah adalah sebuah kepastian. Ismail menyitir hadis Rasulullah SAW riwayat Ahmad:…Selanjutnya akan datang Kekhilafahan yang berjalan di atas manhaj kenabian. Khilafah akan mengembalikan kemuliaan kaum Muslim dan akan menjadikan Islam rahmat bagi seluruh alam dalam arti yang sebenarnya.
Sebelum konferensi, beberapa tokoh nasional menyampaikan orasinya. Mereka adalah KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), Prof. Din Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah/Wakil Ketua Umum MUI), Ketua Umum Syarikat Islam/Sekretaris MUI KH Amrullah Ahmad, Ketua MUI Sumatera Selatan KH Thahlon Abdul Rauf, dan tokoh Nahdiyin dari Lombok Nusa Tenggara Barat Tuan Guru M. Turmudzi Badruddin.
Beberapa tokoh nasional yang dijadwalkan hadir ternyata berhalangan. Menpora Adyaksa Dault tidak datang dengan alasan sakit perut. Amien Rais yang sejak jauh hari menyatakan akan datang pun absen dengan alasan ada acara di Solo. KH Zainuddin MZ pun tak kelihatan.
Aa Gym, yang datang dalam kondisi sakit dan datang dengan ambulans serta dikawal dokter pribadinya, mengatakan bahwa tema besar yang diusung dalam konferensi ini “Saatnya khilafah memimpin dunia,” hendaknya bisa menyadarkan seluruh umat Islam agar berani melakukan pembenahan kepada diri sendiri, sebelum memberikan penilaian kepada orang lain. Islam bukanlah sebuah agama yang hanya membahas teori, tetapi membutuhkan pembuktian. “Kenapa maksiat yang dikemas begitu baik sangat laku, tetapi kalau Islam yang begitu indah sulit untuk dibeli? Padahal Islam itu penuh kasih sayang, Islam itu adil, Islam itu solusi, sehingga Islam butuh manusia yang menjadi bukti,” kata Aa Gym.
Tuan Guru Turmudzi yang naik panggung dengan bersarung dan bersorban warna hijau ini mengutip surat al-’Ashr tentang kewajiban untuk bersabar dan berjuang terus melakukan amar makruf nahi munkar. Inilah ciri khas orang yang beriman, katanya.
Adapun KH Thahlon Abdul Rauf mengingatkan peserta konferensi bahwa kemerdekaan Indonesia dilandasi oleh perjuangan kaum Muslim. Ia menguraikan filosofi yang terkandung dalam Pancasila berdasarkan asas Islam. Karenanya, tuntutan melaksanakan syariah Islam adalah suatu yang wajar.
Sementara itu, Ketua Umum Syarikat Islam/Sekretaris MUI, KH Amrullah Ahmad, menegaskan bahwa sekularisme, pluralisme, liberalisme, dan Kapitalisme telah nyata menyengsarakan kehidupan umat manusia di seluruh dunia, termasuk umat Islam. Umat Islam tidak akan mulia dan tetap terhina jika terus berada dalam sistem kufur tersebut. Makanya, ia mengajak seluruh kaum Muslim untuk kembali pada syariah dan Khilafah.
Acara orasi ini diselingi parade bedug dan reppling. Delapan ’reppler’ membawa bendera al-Liwa dan ar-Raya (bendera Rasulullah berwarna putih dan hitam bertuliskan Lâ Ilâha illâ Allâh Muhammad ar-Rasûlullâh dari atap tribun barat stadion GBK. Mereka meluncur dari ketinggian 40 meter di atas tanah. Mereka kemudian membentuk formasi di tengah lapangan dan kemudian menyerahkan bendera itu kepada para pembicara di panggung konferensi. Gema takbir pun membahana.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Din Syamsudin, sebelum memberikan orasinya. menyampaikan latar belakang mengapa ia mau datang ke tempat ini. Menurutnya, ketika ia diundang oleh yang beragama lain seperti Kristen, Budha, Konghucu saja datang, kenapa diundang sesama Muslim kok tidak. Selain itu, MUI dan Muhammadiyah adalah wadah kaum Muslim sehingga harus mengayomi umatnya.
Dalam orasinya, ia mengatakan Khilafah merupakan bentuk yang sudah ada dalam sejarah Islam. Intisari ide tersebut sangat baik untuk meningkatkan persatuan umat Islam. Namun, menurutnya, tidak mudah untuk mencapainya. Karena itu, ia mengajak umat Islam untuk bersatu. Agar Khilafah itu terbentuk, katanya, seluruh umat Islam harus merapat, baik ulama maupun cendekiawan Muslim.
Puncak konferensi diisi dengan pembacaan makalah oleh para pembicara. Dr. Imran Waheed dari Hizbut Tahrir Inggris yang mengirimkan suaranya karena dideportasi oleh pemerintah Indonesia, mengatakan bahwa peradaban Barat kini mengalami krisis yang serius. Kehancurannya tinggal menunggu waktu.
Pernyataan ini makin ditegaskan oleh Dr. M. Salim dari HT Inggris yang tampil dengan kacamata hitamnya. Dengan penuh semangat ia mengajak umat untuk mempelajari bagaimana dulu penjajah meruntuhkan Khilafah. Dengan demikian, umat bisa bangkit dan tidak mengulang kesalahan.
Pembicara konferensi berikutnya, Syaikh Ismail al-Wahwah dari Hizbut Tahrir Australia. Ia hanya hadir dalam rekaman video karena dideportasi Pemerintah Indonesia. Dalam video yang ditayangkan di layar lebar ia menyatakan dunia membutuhkan Khilafah. Institusi Islam inilah yang akan menyelesaikan berbagai persoalan multidimensi yang melanda umat manusia. Khilafah adalah kebutuhan umat manusia saat ini, baik Muslim maupun non-Muslim.
Selanjutnya, makalah Syaikh Issam Amirah, dari Hizbut Tahrir Palestina, yang juga Imam Masjid al-Aqsha, dibacakan oleh Muhammad Rahmat Kurnia. Syaikh Issam tak bisa datang karena tidak memperoleh izin dari pemerintah Israel. Dalam makalahnya ia menguraikan beberapa tanda tegaknya Khilafah dalam al-Quran dan as-Sunnah.
Berdirinya Khilafah akan diikuti tantangan yang berat. Tantangan itu diuraikan oleh Syaikh Ibrahim Utsman Abu Kholil dari Hizbut Tahrir Sudan yang mengenakan jubah putih. Tantangan dari luar yang akan muncul adalah: Pertama, perang pemikiran. Kedua, embargo kepada Khilafah. Ketiga, perang fisik. Tantangan terakhir adalah yang paling berbahaya, berat, dan paling dahsyat. Barat dan antek-anteknya akan berdiri menghadapi Khilafah dan berusaha untuk menghancurkannya.
Sementara itu, Presiden Asosiasi Muslim Jepang, Prof. Hassan Ko Nakata, dalam pidatonya berbahasa Jepang, menguraikan tentang peran perjuangan HT dalam membangun peradaban ke depan. Menurutnya, HT adalah salah satu gerakan politik yang memiliki karakter Islahi-Salafi-Sunni. Gerakan ini menolak segala bentuk gagasan sosial-politik yang berasal dari luar Islam, baik itu ajaran tradiosional masa pra Islam yang bertentangan dengan Islam maupun konsep modern dari Barat sebagai dasar ideologis dari perubahan.
Ia mengungkapkan, HT kini menjadi sorotan tajam dunia Barat karena perjuangannya untuk menegakkan Khilafah. Perjuangan HT mengancam Barat. Padahal, kata Nakata, konsep Khilafah sebenarnya dapat diterima bukan hanya oleh kalangan Islam, namun juga oleh Kristen, bahkan oleh mereka yang sekular sekalipun.
Nakata yang mahir berbahasa Arab dan Inggris ini lalu menguraikan tentang konsep Khilafah. Menurutnya, Khilafah adalah sistem pemerintahan ’bersifat keduniaan’ yang aturannya berdasarkan hukum, bukan teokrasi/ketuhanan.
Dalam konteks keindonesiaan, Nakata berpendapat HT memiliki posisi terbaik mewujudkan misinya karena adanya kebebasan berekspresi dan beraktivitas politik di negeri ini. Di matanya, HTI telah berhasil mewujudkan berbagai karya intelektual dan membangun kerja sama dengan organisasi Islam lainnya.
Makalah terakhir konferensi disampaikan oleh Hafidz Abdurrahman dari DPP HTI. Ia menyatakan akan terus membina umat dan memberikan pencerahan kepada mereka tentang syariah. Aktivitas itu dilakukan secara intelektual dan politik. Karenanya, HT mengajak umat secara bersama-sama untuk bergerak menuju tercapainya tujuan tersebut.
Sebelum konferensi berakhir, para peserta konferensi disuguhi aksi teatrikal oleh 400 siswa dari MAN 1 Serang dan SMA Kawah Ratu Serang. Mereka menggambarkan kondisi umat Islam saat ini yang tercerai-berai dalam 57 negara; antarnegara saling berperang; beberapa negara menjadi budak negara-negara penjajah AS dan sekutunya. Kemudian negara-negara itu nantinya akan dipersatukan kembali oleh Khilafah. Aksi yang diiringi oleh narasi ini membuat para pembicara konferensi yang melihat dari atas panggung meneteskan air mata.
Acara ditutup dengan refleksi oleh Ustad Jamil az-Zaini dan dilanjutkan doa oleh Ustad Arifin Ilham. Tak terasa, air mata peserta pun ikut mengucur. Syukur atas nikmat Allah dan menggugah jiwa untuk bangkit berjuang menegakkan kembali Khilafah ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Saatnya Khilafah Memimpin Dunia! [Mujiyanto]
Saatnya Khilafah Memimpin Dunia. Allahu Akbar
Allahu Akbar…… Allahu Akbar….. Allahu Akbar….
Alhamdulillah, Janji Allah Akan segera terwujud.
Khilafah akan memimpin Dunia.