Jalan menuju tegaknya Khilafah memang penuh duri. Jalan ini penuh dengan tantangan dan butuh pengorbanan besar. Memang, cita-cita besar membutuhkan kerja besar.
Lebih dari sembilan bulan acara Konferensi Khilafah Internasional (KKI) 2007 ini dipersiapkan dengan matang. Dimulai dari niat ikhlas yang sama, dengan tujuan agar opini tentang Khilafah bisa lebih meluas lagi, acara KKI ini dirancang oleh DPP Hizbut Tahrir Indonesia dengan masukan berbagai pihak. Semuanya berpikir keras, bagaimana membuat acara konferensi internasional ini sukses, bisa melibatkan semua elemen umat, sehingga menjadi sebuah konferensi internasional yang menjadi milik umat.
Niat dan semangat yang sama mengalir di tubuh dan pemikiran para syabab Hizbut Tahrir. Semuanya menginginkan acara ini sukses. Tidak aneh kalau para syabab Hizbut Tahrir menyambut acara ini dengan semangat, kerja keras dan keikhlasan untuk acara ini. Semuanya menyadari, keberhasilan acara ini berarti merupakan kesuksesan umat Islam semuanya. Kegagalan acara ini akan sangat mempengaruhi penilaian berbagai pihak tentang perjuangan syariah dan Khilafah. “Anda bisa bayangkan, bagaimana kalau Gelora Bung Karno kosong-melompong. Musuh-musuh Allah yang selalu berupaya mengerdilkan acara ini akan tertawa terbahak-bahak, anda tentu tidak ingin semua ini terjadi,” ujar seorang pengurus dari Jawa Barat saat memberikan semangat kepada para syabab.
Semuanya bertekad bulat; semuanya berkerja keras untuk kesuksesan acara ini, tentu disertai dengan doa dan salat tahajud para syabab yang terus memohon nashrullâh. Sebab, tidak cukup dengan kerja keras, acara ini akan berhasil hanya dengan pertolongan Allah SWT.
Hampir setiap hari para syabab di seluruh Indonesia bergerak untuk mensosialisasikan acara ini. Tidak ada yang tersisa kecuali semuanya bergerak untuk mengajak masyarakat. Roadshow ke masjid-masjid dilakukan hampir setiap hari. Berbagai uslûb ditempuh seperti memutar film, tablig, acara renungan dan lain-lain. Ormas-ormas Islam, parpol Islam, dan seluruh komponen umat pun diajak tanpa henti dan tanpa lelah. Ada juga yang harus menelusuri kampung-kampung terpencil di bawah kaki gunung; mereka mengajak masyarakat untuk mengenal Khilafah dan mau pergi bersama ke Senayan Jakarta menghadiri KKI. Subhânallâh! Ada juga yang memilih berhenti berkerja sementara untuk bisa memfokuskan diri mengajak masyarakat.
Tidak hanya itu, para syabab pun berpikir keras untuk mengumpulkan dana menuju Jakarta. Sebab, acara ini sebagian bisar dibiayai oleh para syabab sendiri, lewat penjualan tiket. Ada yang harus menabung berbulan-bulan karena ingin sekali bisa hadir di Jakarta. Ada yang menjual jam kesayangannya, organ musik kesayangan, dll. Ada juga yang menghabiskan setengah dari gaji bulanannya yang kecil. Semuanya berkorban untuk kesuksesan acara ini.
Pengorbanan dan kerja keras panitia pun luar biasa. Kurang tidur merupakan hal yang biasa. Bisa disebut, tiada malam tanpa rapat. Roadshow dilakukan ke seluruh media massa, parpol, ormas Islam, pesantren, dan tokoh-tokoh nasional. Semua itu dilakukan untuk menjelaskan kepada mereka apa tujuan dari acara ini dan mengajak mereka untuk ikut.
Pengorbanan bukan hanya dibuktikan dengan kerja keras dan menginfakkan harta, bahkan jiwa pun dipertaruhkan. Inna lillâhi wa inna ilayhi râji‘ûn. Salah seorang syabah pejuang Khilafah di Pasuruan, Ukhti Masmu’ah berpulang ke rahmatullah pada saat mengemban amanah untuk kebutuhan KKI. Sekitar jam 19.30 malam, kecelakaan menimpa almarhumah ketika ia dalam perjalanan pulang seusai menyelesaikan amanahnya.
Subhânallah! Pengabdian dan perhatiannya begitu besar terhadap dakwah. Hari-hari semasa hidupnya dipenuhi dengan amal kebaikan dan perjuangan demi tegaknya syariah dan Khilafah. Bahkan sebelum kepergiannya, almarhumah berada dalam kebaikan amal dari pagi hingga malam. Sehabis isya menjelang kepergiannya, almarhumah mempersiapkan keperluan medis utk perjalanan KKI, menyiapkan kebutuhan orangtua selama ditinggal KKI, juga sempat mengambil ar-Raya dan al-Liwa untuk KKI. Bahkan akhirnya beliau meninggal dengan indah karena bendera ar-Raya menyelimuti tubuhnya tepat saat terjadi kecelakaan tersebut.
Tantangan Menuju Senayan
Cita-cita besar akan menghadapi tantangan yang besar. Berbagai tantangan menghadang kuat di depan mata, berupaya untuk menggagalkan acara KKI ini. Berbagai opini negatif dan black campaign pun secara sistematis dibuat. Seorang tokoh nasional tidak hanya tidak setuju terhadap acara ini, tetapi secara sistematis berupaya membendung acara ini. Dibuatlah berbagai acara untuk menggagalkan acara untuk menegakkan syariah dan Khilafah. Dalam berbagai pertemuan dan kesempatan sang tokoh melakukan provokasi dan penghasutan.
Berbagai fitnah dan penyesatan pun dibuat seperti fitnah bahwa Hizbut Tahrir merebut masjid (sesuatu yang tidak pernah ada buktinya), Hizbut Tahrir mengancam negara, HT mengemban ideologi transnasional yang berbahaya, dll. Sang tokoh pun menghasut negara untuk melarang Hizbut Tahrir. Tentu hasutan ini berbahaya. Kalau sampai Pemerintah melarang Hizb, akan banyak umat dikorbankan. Seperti masa Orde Baru, negara bersifat represif dan kejam terhadap pihak yang memperjuangkan syariah dan Khilafah.
Berbagai tulisan di media massa pun berupaya membangun opini negatif. The Jakarta Post memuat dua tulisan yang menolak politik Islam. Artikel yang lain menolak Khilafah dengan judul yang sangat provokatif. Namun, semua propaganda negatif itu tidak berhasil. Umat tampaknya semakin sadar siapa tokoh yang bersangkutan, untuk kepentingan siapa dia berbuat. Umat pun semakin mengerti bahwa media massa tertentu memang getol menyerang syariah, karena khawatir syariah Islam tegak, yang berarti akan menghentikan Kapitalisme yang selama ini mereka usung.
Gagal membendung dengan opini, upaya pengganjalan mulai menggunakan instrumen negara. Izin dari Mabes Polri baru diperoleh pada detik-detik terakhir akibat tekanan dari berbagai pihak. Acara ini pun boleh digelar dengan syarat harus menghapus Ust. Abu Bakar Baasyir dan Ust. Habib Rizieq sebagai pembicara. Pilihan berat pun, harus dipilih oleh panitia. Alhamdulillah, berkat keikhlasan Ust. Abu Bakar Baasyir, beliau bersedia untuk tidak berbicara. Bahkan dengan tegas Ust. Abu Bakar Baasyir menginginkan agar acara ini harus terus berlangsung. Beberapa pembicara dalam negeri yang lain diintimidasi, baik secara langsung atau tidak. Beberapa tokoh nasional pun mengundurkan diri.
Tidak hanya itu, tiga pembicara dari luar negeri pun dicekal. Dr. Imran Waheed, perwakilan Hizbut Tahrir Inggris, yang datang bersama anak dan istrinya dideportasi meski sudah sampai di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Tokoh umat Islam Inggris itu, yang dikenal anti kekerasan, digelandang seperti seorang teroris, dikuntit hingga sampai ke pesawat yang membawanya keluar dari Jakarta. Hal yang sama dialami Syaikh Ismail al-Wahwah dari Australia, ulama besar ini dideportasi tanpa alasan yang jelas. Padahal keduanya tidak pernah merugikan negeri ini. Bandingkan dengan perlakuan manis penguasa terhadap George Bush—yang berlumuran darah kaum Muslim—saat datang ke Tanah Air beberapa waktu lalu. Sang ‘gembong teroris’ itu diperlakukan bak seorang raja.
Sementara itu, Syaikh Isham Ameera tidak bisa berangkat karena dicegah oleh pemerintah Zionis Israel.
Menurut press realese dari Hizbut Tahrir Inggris diberitakan bawah atas perintah dari pemerintah Indonesia, Dr. Imran Waheed, perwakilan Hizbut Tahrir Inggirs itu, sekaligus anggota komite eksekutif HT di UK dan juga figur terkenal di komunitas Muslim Inggris, telah dicegah untuk masuk ke Indonesia sesampainya di bandara Jakarta. Mengomentari insiden ini, Dr. Abdul Waheed, ketua komite eksekutif Hizbut Tahrir UK mengatakan, “Apakah ini perlakuan yang nekat dari rezim Indonesia ataukah dari rezim yang mengikuti perintah dari pemerintah seberang sana, belum jelas. Yang jelas, ada upaya untuk menghalangi Dr. Waheed berbicara. Satu pertanyaan, apakah mereka takut pada argumen kami?”
“Hizbut Tahrir telah membuka jalan bagi perbincangan yang penting sekali tentang masa depan bagi dunia Muslim dan sebuah alternatif untuk terlepas dari kecurangan dan kediktatoran. Kami mendengar retorika yang tiada akhirnya tentang pertempuran ide, tetapi perlakuan yang kami lihat hanya larangan, fitnah dan upaya untuk membungkam perbincangan. Kebebasan dan demokrasi benar-benar hanya ada di dunia sebagai sebuah khayalan yang utopis yang biasa terjadi. Mereka boleh mencoba untuk mencegah seseorang untuk berbicara, tetapi mereka tidak dapat mencegah ide yang terus menyebar.”
Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad Ismail Yusanto, mengatakan, “Kami mengecam keras tindakan itu. Mengapa kedua orang yang tidak pernah merugikan bangsa ini tidak boleh datang ke sini, sedangkan orang-orang yang jelas telah merugikan bangsa ini boleh saja keluar masuk? Pemerintah Indonesia dengan alasan memuliakan tamu, menyambut dengan hangat kehadiran Bush sang pembunuh jutaan umat Islam. Namun, mereka mengusir pejuang Islam. Dimana alasan memuliakan tamu itu?”
Meskipun menghadapi tantangan yang sangat besar, akhirnya konferensi ini berjalan dengan baik dan semarak. Semua ini jelas karena pertolongan Allah Swt. Upaya makar musuh-musuh Allah Swt. telah gagal. Mereka juga gagal mengintimidasi perjuangan penegakan syariah dan Khilafah Islam. Mereka juga akan gagal menghalangi tegaknya aturan Allah Swt. Mereka keliru, kalau menganggap Hizbut Tahrir akan berhenti karena berbagai teror tersebut. Tidak. Hizbut Tahrir bersama komponen umat Islam lain akan terus bergerak dan bergerak, berjuang terus dengan ikhlas dan kerja keras, hingga Khilafah Islam yang menerapkan aturan Allah Swt. bisa tegak kembali. Allâhu akbar! [Mujiyanto]