Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-25 para pemimpin negara-negara Arab, yang diselenggarakan di Kuwait pada tanggal 25 – 26 Maret 2014 telah berakhir. Dalam KTT itu, para pemimpin negara atau mereka yang mewakilinya telah menyampaikan testimoni yang sangat kentara keterikatannya dengan negara-negara besar dan politik internasional. Mereka mengeluarkan pernyataan akhir yang menyimpulkan pernyataan mereka, serta sejauh mana keterikatannya. Perlu dicatat bahwa semua apa yang mereka katakan dan mereka keluarkan berasal dari keputusan internasional yang menegaskan sejauh mana keterikatan mereka dengan konspirasi internasional untuk melawan umatnya.
*** *** ***
Kami meringkas perkataan mereka yang paling penting dalam poin-poin utama, dan kami memberi catatan dalam bentuk berikut:
1 – Mereka mengatakan dalam pernyataan mereka pada poin pertama: “Kami menegaskan komitmen kami terhadap apa yang dinyatakan dalam Piagam Liga Arab …” yang dibuat oleh Inggris, bahkan piagam ini dibuat untuk mencegah persatuan negara-negara Arab, dan memperkuat perpecahan antara negara-negara tersebut, sesuai kesepakatan Sykes – Picot.
2 – Pada poin kedua mereka membangun pernyataan mereka berdasarkan poin pertama, sehingga mereka berkata:, “Kami memperbarui komitmen kami untuk mencari solusi yang diperlukan bagi kondisi yang dialami dunia Arab … yang dapat merealisasikan kepentingan negara dan rakyat dunia Arab ….” Artinya mereka akan berusaha untuk mempertahankan negara-negara yang dibentuk oleh kolonialisme ini, dan sama sekali mereka tidak berusaha untuk menyatukannya dalam satu negara.
3 – Dalam poin ketiga mereka mengatakan: “Kami mengumumkan tekad kami untuk membangun hubungan yang lebih baik antara negara-negara kami yang memiliki hubungan erat … dan mengakhiri perpecahan bangsa Arab melalui dialog.” Pernyataan ini juga bertujuan untuk memperkuat pembagian dan perpecahan bangsa Arab, sebab ia bertujuan untuk membangun hubungan antar negara mereka, yakni mempertahankan eksistensi negara-negara yang ada ini, bukan menyatukannya dalam satu negara atas dasar ideologi umat.
4 – Dalam poin keempat mereka berkata: “Kami berkomitmen untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada negara-negara saudara yang mengalami transisi politik dan transformasi sosial untuk membangun kembali negara, lembaga-lembaganya, struktur pemerintahannya, dan sistem legislatif dan eksekutifnya …” Artinya mereka berkomitmen untuk mempertahankan peninggalan-peninggalan kolonialisme, sehingga negara-negara yang ada ini tetap seperti yang dibuat oleh kolonialis kafir, yaitu sistem legislasi yang bertentangan dengan Islam, dan eksekutif yang melaksanakan politiknya, setelah para pejuang revolusi berusaha menghancurkannya, dan kemudian membangun sebuah negara baru, serta membuat sistem baru, terutama revolusi Suriah yang bertujuan untuk membangun sebuah negara berdasarkan Islam.
5 – Pada poin kelima mereka berkata: “Kami menegaskan komitmen kami sepenuhnya untuk memperkuat keamanan nasional Arab guna menjamin integritas negara kami, serta persatuan nasional dan teritorial …” Artinya, mereka menyatakan bahwa sebagian besar keinginan dan tekad mereka adalah untuk mempertahankan entitas yang lemah dan rapuh yang mereka sebut sebagai negara, yang perbatasannya ditetapkan oleh kaum penjajah untuk mempertahankan proyek pemecahan wilayah negeri-negeri Arab, dan ditetapkan melalui perbatasan nasional yang disucikan.
6 – Setelah mereka meringkas lima poin tersebut, yang dengan telanjang memperlihatkan dukungan, tekad dan usaha untuk melestarikan perjanjian Sykes – Picot, yang bertujuan untuk memecah dunia Arab, dan melanggengkan pemecahan ini, sehingga mereka mempunyai waktu untuk menyusun kata-kata manis seputar masalah Palestina. Maka, mereka mengatakan pada poin keenam: “Kami menyayangkan tantangan yang dihadapi bangsa Arab, kami menegaskan kembali bahwa masalah Palestina tetap menjadi isu sentral bagi masyarakat bangsa kami, dan kami akan mendedikasikan semua upaya kami untuk pembentukan negara Palestina merdeka dengan ibukota di Yerusalem Timur, dengan perbatasan 4 Juni, sebab itu sesuai dengan resolusi legitimasi internasional … ” Dengan demikian, mereka menyatakan bahwa semua upaya mereka terfokus pada pembentukan negara Palestina dengan perbatasan 4 Juni 1967, di samping entitas Yahudi yang merampas Palestina, bukan fokus pada pembebasan Palestina dari cengkeraman Yahudi. Semua usaha mereka ini sesuai dengan legitimasi internasional, bukan syariah Islam, dimana rakyat Palestina menuntut penerapannya. Artinya semua itu berdasarkan pada keputusan Dewan Keamanan, seperti yang mereka katakan dalam pernyataannya. Sedang poin berikutnya, merek berkata: “Kami menyerukan kepada Dewan Keamanan untuk bertanggung jawab dan bergerak mengambil langkah yang diperlukan, dan menyusun mekanisme praktis untuk menyelesaikan konflik Arab-Israel dalam segala aspeknya, dan mewujudkan perdamaian yang adil dan komprehensif berdasarkan pada solusi dua negara dengan perbatasan tahun 1967.” Dengan demikian, mereka menyerukan untuk melaksanakan konspirasi internasional terhadap Palestina guna menguatkan entitas Yahudi. Dimana mereka menyerahkan masalah Palestina kepada Dewan Keamanan, yang terdiri dari lima anggota tetap, yaitu negara-negara yang memusuhi umat Islam. Mereka telah bersekongkol melawan dan memerangi umat Islam, lalu mereka meminta para musuh itu untuk memikul tanggung jawabnya, serta bergerak melaksanakan konspirasi mereka dalam bentuk solusi dua negara. Sehingga mereka sedikitpun tidak merasa bertanggung jawab untuk pembebasan Palestina, dan mereka juga tidak bersiap untuk mengirim tentaranya dalam rangka membebaskannya, sebab tentara mereka dirancang untuk melindungi singgasananya saja dari revolusi rakyat yang akan menghancurkannya.
7 – Adapun terkait kondisi Suriah mereka mengatakan: “Kami menekankan solidaritas kami sepenuhnya terhadap rakyat Suriah, dan menyatakan dukungan kami sepenuhnya terhadap tuntutannya yang sah terkait hak kebebasan dan demokrasi, juga keadilan dan kesetaraan … Kami juga menegaskan kembali dukungan kami yang tiada henti terhadap Koalisi Nasional, kekuatan revolusi dan oposisi Suriah sebagai wakil sah rakyat Suriah.” Di sini mereka dengan jelas berbohong, sebab rakyat Suriah tidak menuntut demokrasi, tetapi rakyat Suriah masih terus menuntut pembentukan negara Khilafah Islam untuk menerapkan hukum Allah, bukan konstitusi bangsa Barat yang tercermin dalam demokrasi dan kebebasan … Mereka juga berdusta ketika mereka mengatakan bahwa Koalisi Nasional mewakili rakyat Suriah, sehingga yang menolak koalisi ini dianggap sebagai antek Amerika. Tampaknya bahwa Amerika tidak melihat setelah tiba saatnya untuk menempatkan koalisi ini menggantikan rezim Suriah pada kursi Suriah yang kosong di Liga Arab. Karena mereka menyadari bahwa Koalisi Nasional itu tidak benar-benar mewakili rakyat Suriah, dan berusaha mencari pujian di dalam negeri agar mereka menerima diwakili oleh koalisi ini. Mereka mengatakan dalam pernyataannya: “Kami menyerukan pembentukan solusi politik untuk krisis Suriah, menurut pernyataan Jenewa 1 …” Artinya mereka menyerukan untuk menerapkan solusi Amerika , yang menjamin terpeliharanya rezim sekuler demokratis, yang didirikan oleh kolonialis Prancis di Suriah, serta mencegah jatuh rezim, dan mencegah kembalinya sistem Islam yang pernah memimpin dunia selama 13 abad, di seluruh tanah Syam yang diberkati.
8 – Dan berbicara tentang urusan Yaman, mereka menuntut penerapan resolusi Dewan Keamanan yang terkait dengan hal ini. Dan juga membicarakan masalah-masalah bangsa Arab lainnya dengan menyerukan untuk mempertahankan kemerdekaan setiap negara dengan perbatasan yang dibuat oleh penjajah, dan menjadikannya perbatasan permanen yang disebut tanah air yang diagungkan, kecuali apabila yang melakukan perubahan itu adalah penjajah sendiri seperti yang terjadi pada Sudan, di mana mereka menyerukan untuk menjaga perbatasan baru, dengan mengatakan “hendaklah melaksanakan semua kesepakatan yang ditandatangani dengan Sudan Selatan …”.
Jadi, untuk yang kedua puluh lima kalinya, menegaskan bahwa Liga Arab adalah sebuah proyek kolonial keji dan berbahaya, yang memperkuat pembagian negara-negara Arab, dan rezim-rezimnya yang dibuat oleh penjajah dengan perbatasan yang tidak boleh dihapus, kecuali jika penjajah ingin membuat perubahan dengan pembagian baru, maka jadilah misi dari rezim-rezim ini adalah mempertahankan dan menghancurkan setiap upaya untuk menghapusnya, termasuk perbatasan entitas Yahudi dengan perbatasan pendudukan tahun 1948, di samping pembentukan sebuah entitas yang disebut negara Palestina dengan perbatasan pendudukan tahun 1967. Juga mempertahankan rezim sekuler demokrasi Suriah, serta menghalangi berdirinya negara Islam yang telah didirikan oleh Rasulullah saw, dan kemudian dipelihara oleh para sahabat dan umat Islam sesudahnya, selama lebih dari 13 abad. Sehingga cucu para pahlawan di antara rakyat Syam menuntut ditegakkannya negara Islam, sebagaimana seluruh umat Islam dari ujung timur hingga ujung barat pun juga menuntut tegaknya negara Islam, Khilafah. [As’ad Manshur]
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 30/3/2014.