Kembali Terjadi Penembakan di Amerika, Buah Kultur Kekerasan

Sebuah insiden penembakan terjadi di pangkalan militer Texas dan seorang pejabat AS mengatakan kepada sejumlah kantor berita, bahwa satu orang tewas dan 14 orang lainnya terluka dalam insiden terbaru.

Sebagaimana yang diberitakan BBC online (03/04) , penembakan disebutkan terjadi di Pusat Kesehatan Tentara Carl R Darnall, yang berada di pangkalan tersebut.

Presiden Barack Obama mengatakan dia “sedih” atas peristiwa tersebut dan berjanji akan melakukan penyelidikan.

“Kami akan mengikutinya secara dekat,” kata Obama, menambahkan bahwa situasi tersebut tidak pasti.

“Saya ingin memastikan semuanya bahwa kami akan mencari tahu mengenai apa yang terjadi,” kata dia kepada wartawan di Chicago.

Penembakan oleh seorang tamtama di pangkalan militer Amerika yang melenyapkan satu nyawa dan 14 lainnya luka, menurut anggota Maktab I’lami DPP Hizbut Tahrir Indonesia Farid Wadjdi merupakan bukti terbaru dari mewabahnya pembunuhan bersenjata di negeri Paman Sam tersebut.

“Pembunuhan bersenjata di Amerika bagaikan ‘epidemi’. Sederet daftar panjang penembakan brutal di AS selama 2012 saja menurut FBI telah menelan korban lebih 8.800 orang,” ungkapnya kepada mediaumat.com, Kamis (3/4) melalui surat elektronik.

Masyarakat Amerika sendiri, seperti yang terungkap dalam jejak pendapat Reuters/lpsos, merasa lebih terancam dengan aksi-aksi kekerasan publik yang dilakukan sesama orang Amerika dibandingkan dengan terorisme asing.

Menurut Farid, dalam survey yang diadakan April 2013 dua hari sejak pengeboman maraton Boston terungkap, 56 persen responden menjawab: yang paling mengancam adalah tindakan kekerasan yang acak seperti penembakan massal.

Farid menegaskan, wabah penembakan di Amerika tidak bisa dilepaskan dari kultur kekerasan yang dominan di Amerika. Kultur ini dibentuk oleh banyak aspek mulai dari film Hollywood, olahraga, musik hingga berbagai permainan game yang sarat dengan kekerasan.

Krisis ekonomi Negara Paman Sam juga memberikan sumbangan terhadap tingginya tingkat stres masyarakat Amerika. “Pengangguran yang tinggi, kekhawatiran terhadap masa depan, kehilangan harapan hingga disorientasi hidup mengukuhkan kultur kekerasan,” bebernya.

Kultur ini tidak bisa dilepaskan dari sosok negara Amerika yang haus perang. Moris Berman, dalam buku Dark Ages America: The Final Phase of Empire (2006), menggambarkan Amerika sebagai sebuah kultur dan emosional yang rusak oleh peperangan, menderita karena kematian spiritual dan dengan intensif mengekspor nilai-nilai palsunya ke seluruh dunia dengan menggunakan senjata.

Kultur kekerasan ini, menurut Berman, akan menjadi penyebab keruntuhan Amerika; sebuah republik yang berubah menjadi imperium  di zaman kegelapan baru dan menuju rubuh sebagaimana dialami Kekaisaran Romawi.

“Persoalannya: Apakah kita mau mengikuti kapal tua yang sebentar lagi akan karam? Dengan terus mengusung kapitalisme dengan berbagai sistem hidupnya seperti demokrasi, liberalisme, pluralisme, itu berarti sama saja kita mengikuti kapal busuk yang akan tenggelam. Tentu itu suatu kebodohan.” tegas Farid.

Farid pun menyeru kaum Muslim untuk membangun peradaban baru. “Saatnya kita membangun peradaban baru yang didasarkan pada wahyu. Itulah peradaban Islam dengan Khilafahnya yang menerapkan seluruh syariah Islam secara total. Inilah ‘kapal’ baru dunia yang akan menyelamatkan umat manusia!” pungkasnya. (mediaumat.com, 3/4/2014)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*