HTI Press. Seorang anggota DPRD Kabupaten Batu Bara Alasari SAg, MAg menyatakan susah bahkan tidak mungkin menerapkan syariah di parlemen. “Begitu susahnya bahkan tidak mungkin menerapkan Islam itu di parlemen,” tegasnya ketika ditanya peluang penegakan syariah melalui parlemen, Ahad (23/3) di Masjid Raya Nur Addin, Kota Tebing Tinggi.
Contoh kecil saat sedang sidang, dan waktu dzuhur sudah masuk. “Kemudian ada yang interupsi agar sidang ditunda untuk shalat dzuhur, lalu itu ditanyakan ke forum, jika voting menyatakan sidang harus dilanjutkan maka sidang pun harus dilanjutkan dan waktu sholat pun lanjut dengan sendirinya,” ungkapnya dalam talkshow Halqah Islam dan Peradaban (HIP) Pemilu untuk Perubahan! Benarkah???
Ia juga menceritakan perubahan dirinya sebelum dan sesudah masuk parlemen. “Dulu saat berada di luar parlemen saya ingin menerapkan nilai-nilai Islam di dalam parlemen, tapi entah mengapa sesudah saya sampai parlemen keinginan itu pun berubah, bahkan sampai sekarang saya tidak tahu apa penyebabnya mengapa bisa demikian,” ungkapnya.
Sedangkan pengamat politik Islam Andri Yamin menyatakan jika ada yang orang yang mengaku ingin menerapkan syariat Islam di dalam parlemen adalah dusta. “Itu dusta karena bagi orang – orang yang ada di parlemen, ibarat meletakkan satu kaki di bumi dan kaki yang lainya di neraka, bagaimana orang yang satu kakinya di neraka akan mampu menerapkan Islam?” ungkapnya langsung disambut takbir ratusan peserta.
Pernyataan Andri pun disambut pengurus DPD II Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Tebing Tinggi M Sidik Lubis. Menurutnya, memang jalan satu satunya untuk merubah negeri ini adalah dengan mengikuti metode dakwah Rasul SAW yakni dengan pembinaan, berinterkasi dengan umat dan menerapkan hukum Allah.
“Sejatinya perubahan itu adalah perubahan yang kita arahkan untuk penegakkan syariah dan khilafah,” tegasnya kembali gemuruh takbir membahana di masjid tertua di Tebing Tinggi tersebut.
Menanggapi itu, caleg dari Partai Bulan Bintang (PBB) Burhanudin Mandai menyatakan posisinya. “Kita sadar demokrasi bau dan menjijikkan ibarat lumpur yang ada di selokan, tapi kita juga tidak bisa berbuat apa apa jika kita tidak masuk ke dalam sistem, biarlah saya dan rekan rekan caleg yang lain membersihkan lumpur yang bau dan menjijikkan ini dari pinggir pinggir selokan, dan HTI memuhasabah dan mengingatkan kami agar tetap berpegang teguh pada Islam,” ungkapnya.
Meski ucapannya itu ditujukan kepada HTI namun Alasari segera menyanggahnya. “Tahniah kepada Ustadz Burhan, saya sarankan lebih baik tidak usah nyaleg, karena saya tahu benar bagaimana kondisi di dalam parlemen, atas pertimbangan ini saya tidak mencalonkan diri lagi sebagai caleg,” sarannya.
Dalam acara tersebut hadir pula Zulkifli (Persis), Syafri Jambak (FPI), H Abu Hasyim Siregar (Ketua FKUB Tebing Tinggi) dan Zainul Azwir (Tokoh Masyarakat Tebing Tinggi).[]Abu Zahid/Joy