1.400 anak-anak Palestina Terbunuh akibat serangan Israel

Yousuf al- Shawamrah, 14 tahun, ditembak dari belakang dan di pinggulnya dengan peluru tajam di dekat desanya Deir al- Asal al- Fawqa yang berbatasan dengan pemisah Israel, pada tanggal 19 Maret.

Shawamrah meninggalkan rumah sekitar pukul 6: 30 pagi untuk mencari tanaman yang digunakan oleh orang Palestina untuk memasak. Dia pergi bersama dengan dua temannya: Zahi 12 tahun dan Muntaser 17 tahun. Anak- anak itu berencana mencari tanaman thistle di desa yang sekarang berada di sisi lain pemisah Israel.

Ketika mereka menyeberangi penghalang itu, tentara menembakkan tiga tembakan tanpa peringatan, kata Muntaser kepada DCI Palestina dengan kesaksian tersumpah. Dua peluru tajam ditembakkan, yang mengenai bagian pinggul Shawamrah dan mengenainya kembali saat dia mencoba lagi untuk melalui penghalang.

Enam tentara, yang berpakaian seragam hitam dan masker hitam penutup wajah, muncul dari pepohonan zaitun dari jarak sekitar 70 meter, menurut Muntaser. Seorang juru bicara tentara Israel mengatakan kepada Ma’an News Agency adanya dugaan bahwa “anak laki- laki itu mencoba melakukan sabotase di wilayah pemisah Israel, dan tentara yang berada di lokasi memanggilnya untuk menjauhkan diri dari mereka” sebelum akhirnya menembak.

Militer Israel belum mengembalikan tubuh Shawamrah. Delapan puluh lima persen pemisah dan rute yang direncanakan terletak di Tepi Barat dan bukan di sepanjang Jalur Hijau, menurut B’TSelem, organisasi hak asasi manusia Israel.

Ini mengakibatkan banyaknya pelanggaran hak- hak penduduk Palestina dengan sangat membatasi kebebasan bergerak mereka, membatasi akses ke wilayah mereka sendiri dan mencegah mendapati layanan penting. Shawamrah adalah anak Palestina kedua yang tewas karena peluru tajam yang ditembakan oleh pasukan Israel tahun ini, menurut data yang dikumpulkan oleh DCI- Palestina.
Lebih dari 1, 400 anak- anak Palestina tewas sebagai akibat serangan militer Israel dan kehadiran pemukim di wilayah Pendudukan Palestina sejak tahun 2000.” Menurut aturan tentara Israel sendiri , penggunaan peluru tajam hanya dibenarkan dalam keadaan sangat berbahaya,” kata Direktur Eksekutif DCI, Rifat Kassis.

Ketika anak berusia 14 tahun ditembak dengan dua peluru tajam dari jarak kurang dari 100 meter, harus dianggap bahwa standar belum diberlakukan dan pelakunya harus bertanggung jawab.” Teman Shawamrah ditahan sebentar oleh militer Israel dan mengklaim mereka mendapat perlakuan buruk. Muntaser mengatakan kepada DCI- Palestina bahwa dia dan Zahi diborgol, ditutup matanya dan dibawa ke dekat permukiman Israel, di mana mereka dipukuli setelah gagal menjawab pertanyaan yang diajukan dalam bahasa Ibrani, yang tidak mereka mengerti. Keduanya lalu dipindahkan ke kantor polisi Israel di permukiman Israel Kiryat Arba di mana mereka diinterogasi, diambil sidik jarinya dan difoto oleh pemerintah Israel. Pada jam 5:00 pagi, 11 jam setelah mereka berangkat untuk mencari thistle, mereka diturunkan di pos pemeriksaan Ramadin, sekitar tujuh kilometer dari rumah mereka.

Rifat Kassis menambahkan:” Sekali lagi, kita melihat konsekuensi mematikan terkait dengan lingkungan hyper- militeristik dari wilayah pendudukan Israel, di mana sudah banyak anak- anak yang menjadi korban hingga terbunuh.” (rz/Press TV)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*