HTI Press. Hampir dua tahun sudah Juru Bicara Hizbut Tahrir Pakistan Naveed Butt diduga diculik badan intelijen Pakistan, ISI. Namun hingga sekarang tidak satu pun pihak pemerintah menyatakan bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.
“Kalau dia ditahan, ditahan di mana? Kalau dia bersalah, bersalah atas tuduhan apa? Tidak pernah dijelaskan, tidak pernah diberi tahu,” ungkap Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto kepada Head of Chancery Kedutaan Besar Pakistan Giyand Chan, Kamis (10/4) di Kedutaan Besar Pakistan, Jakarta.
Menurut Ismail, ini sungguh keadaan yang sangat mengerikan, bagaimana seorang yang merdeka, tiba-tiba diringkus kemerdekaannya tanpa jelas alasannya. “Kami mendesak, agar Anda menyampaikan kepada pemerintah untuk segera mencari tahu keberadaan Naveed Butt dan segera melepaskannya. Sehingga bisa kembali ke keluarganya,” ungkap Ismail seraya menyerahkan tuntutannya secara tertulis.
“Iya, akan kami sampaikan,” ungkap Giyand.
Di luar, puluhan massa HTI meneriakkan yel pembebasan Naveed. Aksi dengan tuntutan serupa dilakukan HTI pada 26 Juni 2013 dan 31 Mei 2012 dan uniknya hujan deras mengguyur di setiap awal aksi. Namun massa tetap semangat dan tertib menuntut dibebaskannya Naveed.
Naveed adalah sosok yang dikenal luas di Pakistan sebagai seorang yang sangat vokal menentang konspirasi yang dilakukan pemerintah Pakistan dan Amerika. Ia juga kerap tampil dengan memberikan solusi Islam serta menawarkan secara jelas bagaimana memerintah dengan Islam.
Usai shalat Jum’at, 11 Mei 2012 pukul 12.30 Naveed menjemput anak-anaknya dari sekolah. Sebelum sampai pintu gerbang rumah, para pegawai dinas rahasia menyergapnya dan memasukkannya ke mobil van Suzuki, mobil yang biasa digunakan oleh dinas intelijen Pakistan, ISI.
Saksi mata mengatakan bahwa salah satu mobil intelijen memotong jalan mobil Naveed dan dari mobil itu keluar delapan sampai sepuluh orang yang memakai seragam hitam-hitam bertuliskan “Keamanan -Security-”. Mereka didampingi oleh petugas resmi intelijen berpakaian seragam resmi Shalwaar Kameez warna putih polos.
Kejadian itu membuat anak-anak Naveed yang berumur dua sampai 10 tahun ketakutan dan lari ke rumah sambil menangis.[] Joko Prasetyo