Pengamat kebijakan publik Ichsanuddin Noorsy menyatakan arah ekonomi parpol pemenang pemilu ya tidak ke mana-mana. “Tetap melanjutkan neoliberal dan ikut arus globalisasi,” ungkapnya seperti diberitakan Tabloid Media Umat Edisi 126: Menggugat Nasionalisme Partai Nasionalis, Jum’at (18 April – 1 Mei).
Penyebabnya, sistem yang diberlakukan di Indonesia adalah sistem yang berpacu dengan globalisasi. “Maksudnya, Indonesia sudah 99 persen terbuka penuh. Ibarat berpakaian, semua sektor sudah sangat telanjang hanya beberapa saja yang masih berbikini,” tuturnya.
Parpol pemenang dan para capres yang muncul, memang menjanjikan perubahan, namun sepengamatannya, Noorsy tidak melihat potensi perubahan itu. “Karena ada catatan lagi buat saya. Yaitu, ada beberapa perjanjian utang luar negeri yang dibuat oleh pemerintah rentang waktu 2009-2014 itu berisi tentang kewajiban Indonesia melanjutkan program globalisasi,” tegasnya.
Contohnya, lewat program pintar dan program instansi yang diluncurkan Bank Dunia atas pinjaman Indonesia kepada Bank Dunia, sesungguhnya Indonesia sudah masuk perangkap dari sistem perekonomian secara menyeluruh sampai APBN.
“Pertanyaanya, bisa tidak capres yang muncul merubah itu? Saya bilang calon presiden ya, karena pada parpol yang ada saya melihat tidak bisa melakukan itu. Jadi kalau capres yang ada pun tidak bisa merubah itu, ya berarti sekedar menyinambungkan globalisasi,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo