Dunia ini ditinggali oleh kaum Muslim dan non-Muslim. Fakta keduanya, yakni fakta kaum Muslim dan non-Mslim, harus dikuasai agar kita bisa memahami sejauh mana kebutuhan akan Khilafah.
Kaum Muslim membutuhkan Khilafah karena mereka membutuhkan ridha dan rahmat dari Allah Swt. Dengan itu, mereka bisa meraih kemuliaan di dunia dan pahala yang besar di akhirat. Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia untuk menegakkan hukum-hukum syariah dan mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia melalui dakwah dan jihad. Khilafah itulah yang akan mendarahdagingkan pemenuhan praktis perintah dan seruan hangat dari Allah kepada kaum Muslim di dalam al-Quran yang mulia:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul-Nya jika dia menyeru kalian pada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kalian (QS al-Anfal [8]: 24).
Hal itu karena Khilafah secara praktis berarti:
● Penegakkan hukum-hukum syariah di tengah-tengah kaum Muslim, sekaligus pencampakan hukum-hukum kufur yang diterapkan atas mereka saat ini.
● Penyebaran Islam ke seluruh dunia melalui dakwah dan jihad untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang-benderang.
● Penyatuan negeri-negeri kaum Muslim di dalam lindungan satu negara di bawah kepemimpinan seorang khalifah. Tegaknya Khilafah menandakan berakhirnya perpecahan dan ketercerai-beraian yang sengaja diadakan oleh kaum kafir dan kaki tangan mereka di negeri-negeri kaum Muslim. Kaum kafir dan antek-antek mereka itu telah memecah-belah kaum Muslim dalam lebih dari 50 negara kecil tak berdaya. Rencana pemecah-belahan itu dari hari ke hari kian bertambah.
● Pengembalian ikatan ukhuwah islamiyah. Kata Nabi saw., “Seorang Muslim adalah saudara Muslim yang lain.” Karena itu, ikatan ukhuwah adalah satu-satunya ikatan yang menggantikan ikatan-ikatan Jahiliah seperti ikatan patriotisme, nasionalisme, kesukuan dan yang lainnya, yang telah memecah-belah kaum Muslim saat ini.
● Kembalinya umat mendapatkan kekuasaannya yang telah dirampas. Umat juga kembali memegang kehendak dan keputusan di tangan mereka sendiri. Ini berarti pembebasan dari penghambaan dan sikap membebek pada Barat kapitalis penjajah di seluruh aspek, politik, budaya, pemikiran, ekonomi, pers media massa dan militer.
● Pembebasan negeri-negeri kaum Muslim yang dicaplok seperti Irak, Afganistan, Kashmir, Timor Timur dan yang lainnya. Ini sekaligus juga berarti pengusiran terhadap militer asing agresor yang telah menumpahkan darah, menyebabkan kehancuran dan menyemai fitnah di negeri-negeri kita.
● Realisasi jaminan pemenuhan makanan pokok bagi kaum Muslim dengan menempuh strategi-strategi yang bertujuan menjamin pencapaian swasembada bahkan lebih, baik dari hasil-hasil pertanian, peternakan, perikanan laut maupun darat.
● Realisasi keamanan industrial melalui strategi politik pembangunan dan pengembangan industri berat untuk memproduksi berbagai peralatan, mesin-mesin pabrik dan persenjataan, sekaligus menghentikan sikap mengekor dan mengemis-ngemis di depan pintu negara-negara Barat.
● Pemberdayaan sumberdaya umat yang amat besar melalui politik pendidikan yang bertujuan membuka ruang dan kesempatan bagi semua orang. Dengan itu, mereka menjadi orang-orang yang kreatif dan produktif demi kepentingan agama dan umat mereka. Dengan itu pula, berakhirlah masalah akumulasi jumlah pengangguran meski berijazah tinggi.
● Pengembalian kekuasaan umat atas kekayaan-kekayaannya sehingga umat menjadi pemilik murni atas kekayaan-kekayaan itu. Dengan begitu, terputuslah cengkeraman negara-negara dan berbagai perusahaan Barat yang selama ini telah merampok kekayaan umat. Ini saja sebenarnya sudah cukup untuk memutus rantai kemiskinan sistemik yang sengaja dibuat di negeri-negeri kaum Muslim.
● Penyebarluasan kebaikan, keutamaan, keadilan serta penjagaan atas darah, kekayaan, kehormatan dan kemuliaan kaum Muslim. Dengan itu, terputuslah siklus fitnah, kerusakan, dan ketidakstabilan yang disemai oleh kafir Barat dan antek-anteknya di negeri-negeri kaum Muslim.
Itulah sebagian arti berdirinya kembali Khilafah. Jika demikian, betapa besar kerugian yang diderita kaum Muslim akibat tiadanya Khilafah; betapa besar kebutuhan kita akan kembalinya Khilafah; dan betapa besar apa yang diraih oleh kaum kafir penjajah akibat tiadanya Khilafah! Inilah yang menjelaskan betapa besarnya daya dan kesungguhan yang dicurahkan oleh kaum kafir dan antek-antek mereka untuk menghalangi kembalinya Khilafah. Akan tetapi, keinginan mereka itu hanyalah ilusi dan fatamorgana. Sebaliknya, janji Allah pasti akan terjadi.
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal salih di antara kalian, bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; Dia pun akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan, menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Siapa saja yang tetap kafir sesudah janji itu, mereka itulah orang-orang fasik. (QS an-Nur [24]: 55).
Sementara itu, kebutuhan kaum non-Muslim di dunia terhadap Khilafah adalah karena sesungguhnya siapapun tidak perlu harus mengerahkan banyak perhatian untuk bisa melihat bahwa umat manusia saat ini tengah berada di dalam penderitaan, kenestapaan serta sedang menghadapi ancaman yang membahayakan masa depan mereka. Hal itu disebabkan oleh dua permasalahan mendasar. Siapa saja yang ingin membebaskan umat manusia dan mewujudkan kebaikan dan keamanan, maka kedua masalah itu harus diatasi.
1. Kekosongan Spiritualitas.
Yang paling mendasar adalah masalah kekosongan spiritualitas yang telah meliputi umat manusia saat ini. Di samping itu adalah tiadanya akidah sahih yang mengatasi permasalahan paling mendasar umat manusia (‘uqdah al-kubrâ) dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan: dari mana; hendak ke mana; serta apa tujuan diciptakannya manusia dan segala yang ada. Dengan itu, manusia dapat mengetahui hakikat dirinya dan perannya di dalam kehidupan ini.
Kekosongan spiritualitas, lenyapnya akidah sahih dan tiadanya pemahaman akan tujuan dari keberadaan manusia itu tercermin dalam kehidupan sehari-hari umat manusia saat ini. Anda dapat melihatnya jelas di depan mata, yaitu tercermin dalam kesempitan hidup yang dijalani manusia serta kelelahan akibat berjalan menuruti naluri-naluri yang tidak akan pernah terpuaskan. Keputusasaan dan keterpurukan itulah yang telah menuntun jutaan manusia di dunia untuk melakukan bunuh diri, pelecehan wanita, penghancuran keluarga serta pencampakkan nilai-nilai moral, kemanusiaan dan spiritual. Sebaliknya, mereka menjunjung tinggi kepentingan pribadi, individualisme, nilai materi dan nafsu jasadiah. Hal itu telah menyengsarakan kehidupan berjuta-juta manusia. Akibatnya, manusia hidup di bawah mimpi buruk dari kebuasan yang bersifat materi ini. Mereka telah mempersempit diri sendiri. Dunia pun menjadi sempit bagi mereka akibat apa yang terjadi.
Hanya Islam, melalui Daulah Khilafah Rasyidah, yang akan mampu menyelesaikan permasalahan besar itu. Hal itu dilakukan melalui langkah-langkah praktis yang akan dilaksanakan oleh Daulah Khilafah nanti jika Allah berkehendak merealisasikannya untuk kita. Secara ringkas hal itu adalah sebagai berikut:
Pertama, berdirinya Khilafah. Khilafah adalah satu negara yang berdiri di atas asas akidah Islam dan hukum-hukum syariah. Keberhasilan dalam mewujudkan masyarakat islami yang aman dan tenteram, maju di segala bidang kehidupan (sains, industri dan konstruksi) di bawah nilai-nilai spiritual, kemanusiaan dan moral merupakan seruan yang sangat berpengaruh kepada umat manusia. Hal itu akan menarik perhatian umat manusia dan mendorongnya untuk memikirkan dan meneladaninya. Jika di tengah-tengah kondisi tiada contoh praktis penerapan Islam di tengah kehidupan saja ratusan ribu, bahkan jutaan manusia, bisa masuk Islam, maka kami berani menegaskan bahwa dengan pertolongan Allah, umat manusia akan masuk ke dalam agama Allah ini secara berbondong-bondong dengan adanya contoh praktis dan hidup atas penerapan Islam di tengah-tengah kehidupan.
Kedua, Kehadiran Khilafah yang kuat di kancah internasional dan antar bangsa akan menjadikan masalah keimanan, akidah serta nilai-nilai spiritual, moral dan kemanusiaan menjadi masalah yang akan terus menjadi poros di dunia; menyebabkan berlangsungnya diskusi, dialog, pengkajian dan pemikiran. Hal ini akan terus berlangsung sampai suasana itu meliputi seluruh dunia.
Ketiga, poros politik luar negeri Daulah Khilafah adalah mengemban Islam ke seluruh dunia melalui dakwah dengan segenap sarana dan diserukan dari berbagai sisi, juga melalui jihad dan pembebasan. Lalu umat manusia akan masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong tanpa paksaan, setelah mereka melihat kebenaran dan keadilan Islam ketika mereka meminta dihukumi dengan hukum-hukum Islam.
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
Jika pertolongan Allah dan kemenangan telah datang, lalu kamu menyaksikan manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat. (QS an-Nashr [110]: 1-3)
2. Hegemoni Kapitalisme.
Masalah besar kedua yang dihadapi oleh dunia saat ini adalah hegemoni Kapitalisme Barat dan negara-negara kapitalis yang dipimpin oleh Amerika atas kunci-kunci dunia.
Sistem Kapitalisme Barat berdiri di atas asas pemisahan agama dari kehidupan dan negara. Itulah yang menjadi akidahnya. Sistem Kapitalisme Barat menjadikan aspek manfaat sebagai standar bagi perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindakannya. Dalam upaya merealisasi berbagai kepentingan dan hegemoninya, Barat penjajah sama sekali tidak merasa risi untuk melakukan berbagai bentuk kejahatan yang paling sadis sekalipun terhadap umat manusia dan menempuh strategi yang mengancam masa depan umat manusia.
Barat dalam politiknya sama sekali tidak mengacuhkan nilai-nilai spiritual, kemanusiaan dan moral. Sebaliknya, mereka hanya berpegang pada nilai-nilai materi dan aspek kemanfaatan di jalan penjajahannya. Hal itu telah menyebabkan bencana yang menimpa berbagai bangsa. Hal itu tercermin dalam tindakan agresi (pencaplokan) atas tanah-tanah berbagai bangsa itu, terbunuhnya putra-putra mereka dan mereka berubah menjadi pengungsi atau terusir. Kekayaan mereka dirampok sehingga mereka menjadi peminta-minta yang kelaparan, sementara penjajah Barat justru berpesta dengan kekayaan bangsa-bangsa itu.
Barat, utamanya Amerika, tidak mengendorkan upaya menghancurkan sumberdaya berbagai bangsa dan umat Islam, menyia-nyiakan sumberdaya manusianya, menghalanginya untuk meraih kebangkitan yang menyeluruh serta mengambil sebab-sebab kemajuan. Barat dengan dipimpin Amerika memaksakan politik pendidikan, pertanian dan perindustrian terhadap berbagai bangsa dan umat itu serta menjadikan mereka tetap sebagai pengekor Barat dan hidup di atas sisa-sisa Barat. Barat juga tetap menjadikan mereka hanya sebagai sekumpulan konsumen bagi produk-produknya.
Barat tidak akan mengendorkan pemanfaatan atas lembaga-lembaga internasional—yang pada asalnya mereka dirikan—untuk menjamin kepentingan-kepentingan, hegemoni dan penguasaan Barat terhadap dunia secara menyendiri tanpa pesaing, seperti pemanfaatan lembaga PBB dan lembaga-lembaga yang ada di bawahnya, Bank Dunia, IMF dan Mahkamah Internasional. Barat pun tidak akan mengendorkan pemanfaatan undang-undang internasional dan tradisi internasional. Hal itu agar Barat bisa merealisasikan berbagai kepentingannya dan memaksakan nilai-nilainya. Padahal undang-undang internasional dan tradisi internasional tidak lain adalah undang-undang dan tradisi Barat, dan tidak ada urusannya dengan bagian dunia lainnya.
Barat juga tidak akan mengendorkan upayanya menjadikan umat manusia terus terbelenggu di bawah ancaman persenjataan nuklir yang ditimbunnya dan pecahan-pecahan (limbah) persenjataan nuklir itu serta berbagai efek buruknya. Hal itu saat ini telah menjadi ancaman nyata terhadap masa depan umat manusia melalui polusi lingkungan dan berbagai penyakit yang muncul akibat nuklir.
Barat juga tidak akan mengendorkan upayanya menciptakan berbagai pergolakan dalam negeri dan perang sipil serta menyalakan api sektarianisme, rasisme, dan ‘ashabiyah; bahkan meski hal itu akan menyebabkan terbunuhnya jutaan manusia. Hal itu seperti yang terjadi di Irak saat ini dan di benua Afrika. Hal itu, selama Barat mengabdi pada kepentingan-kepentingan materinya dan kerakusannya yang tidak pernah terpuaskan.
Barat telah menyerahkan tampuk kepemimpinan mereka kepada orang-orang yang tidak bermoral dan tidak risi untuk berbohong dan berdusta. Mereka menanggal-kan spirit kepemimpinan yang luhur. Arogansi telah menguasai gembong kekufuran Amerika. Presiden Bush menganggap bahwa dirinya adalah tuhan lain selain Allah. Dia menyeru umat manusia sebagaimana Fir’aun dulu menyeru, “Sesungguhnya aku adalah Tuhan kalian Yang Mahatinggi.”
Bush telah mengisyaratkannya secara arogan, “Kalian tidak boleh memiliki pendapat kecuali sesuai dengan pendapatku.”
Bush telah memberi pilihan kepada umat manusia saat ini antara bersama dia—sehingga akan mendapat keridhaan dan pemberiannya—atau menentangnya—sehingga akan mendapat bencana berupa bara kemarahan senjatanya.
Menghadapi semua itu, dengan penuh keyakinan seorang Mukmin, kami menyatakan bahwa Islam yang terepresentasi di dalam Daulah Khilafah dan para punggawanya akan mampu membebaskan umat manusia dari keburukan Kapitalisme dan berbagai kejahatannya serta dari kepemimpinannya yang merusak.
Khilafah akan meruntuhkan asas-asas sistem Kapitalisme yang bersifat manfaat dan penjajahan. Khilafah akan menarik opini umum internasional ke pihaknya. Khilafah juga akan menghancurkan ide-ide penjajahan, perbudakan dan diskriminasi rasial. Sebaliknya, Khilafah akan mengobarkan nilai-nilai spiritual, moral dan kemanusiaan di seluruh dunia. Khilafah akan berupaya menghancurkan negara-negara penjajah, utamanya Amerika, dengan memotong pembuluh-pembuluh darah kapilernya yang diluaskannya menggunakan kekuatan dan tercermin dalam perampasan dan perampokan kekayaan bangsa-bangsa serta penimbunan pasar. Khilafah akan berupaya mewujudkan asas-asas baru dalam hubungan internasional yang tegak berdasarkan nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai Barat. Di dalamnya akan terealisasi perkataan Umar bin al-Khaththab ra. “Sejak kapan engkau memperbudak manusia, padahal mereka telah dilahirkan oleh ibu-ibu mereka sebagai orang merdeka?!”
Khilafah tidak akan pernah menjadi anggota PBB dan lembaga-lembaganya serta lembaga-lembaga internasional lainnya. Khilafah akan memobilisasi bagian dunia lainnya untuk menghancurkan lembaga-lembaga internasional itu. Jika memang harus ada pengaturan internasional, maka hal itu akan berdasarkan asas-asas yang lain di mana di dalamnya terdapat keadilan bagi semua pihak.
Khilafah atas seizin Allah akan menyaingi negara-negara besar untuk mencabut kepemimpinan atas umat manusia dari tangan negara-negara besar itu agar selanjutnya Khilafah memimpin umat manusia ke keadaan yang paling lurus.
Khilafah akan berupaya menempuh berbagai kebijakan yang mengokohkan nilai-nilai perlindungan atas umat manusia, darah, harta, kehormatan dan kemuliaannya. Khilafah akan menghalangi peperangan yang sia-sia. Khilafah akan menjaga hak generasi-generasi yang akan datang terhadap lingkungan yang bersih tanpa polusi.
Kepemimpinan umat manusia di dalam Daulah Khilafah akan diserahkan kepada para laki-laki yang hati mereka telah dihidupkan oleh keimanan. Mereka tidak menginginkan kesombongan dan kerusakan di dunia. Mereka mengetahui bahwa kepemimpinan merupakan tanggung jawab dan amanah. Mereka sadar akan dimintai pertanggungjawaban atasnya pada Hari Kiamat kelak:
وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ
Tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya (QS ash-Shaffat [37]: 24).
Walhasil, betapa umat manusia saat ini begitu membutuhkan Khilafah Islamiyah. Betapa umat manusia saat ini begitu membutuhkan kepemimpinan seperti ini. Mahabenar Allah Yang berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Tiadalah kami mengutus engkau melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. (QS al-Anbiya’ [21]: 107) [Syaikh Ismail al—Wahwah; Hizbut Tahrir Australia]
dunia sekarang semakin parah dengan runtuhnya institusi daulah Khilafah Rasyidah…Dunia sekarang sedang mencari jati dirinya yang telah hilang berpuluh tahun tang lalu, sekarang dunia meminta untul sebuah kedamain yang mutlak. ajalan satu2 hanya REVOLUSIONER…