SAMARINDA – Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Samarinda menggelar diskusi publik dalam memberikan pemahaman ke masyarakat terkait perubahan terjadi setelah Pemilu dilaksanakan.
Pada diskusi digelar di ruang Kesbangpol Kaltim tersebut menghasilkan pembahasan terkait dengan perubahan dibawa pemimpin dari hasil pemilu, Pemilu juga dianggap hanya memberi dampak perubahan pada pemimpin saja, sedangkan perubahan sistem yang dicanangkan oleh pemimpin tidak terjadi.
Karena kerusakan yang terjadi di Indonesia bukan hanya disebabkan karena adanya pemimpin yang tidak amanah, namun juga disebabkan oleh sistem yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan keperluan rakyat.
Bahkan salah satu narasumber dari Pokja 30 Carolus Tuah pada diskusi public tersebut mengungkapkan bahwa pemilu sejak sekarang hanya menghasilkan dua hal, yaitu koruptor dan mantan koruptor, karena pemilu hanya mencetak robot-robot baru, yang digerakan oleh para pengusaha untuk memuluskan ambisi mereka menguasai berbagai sektor keuntungan perusahaan.
Senada dengan Tuah, Sony Sudiar yang juga sebagai narasumber pada diskusi public bertajuk Halqoh Islam dan Peradaban tersebut mengungkapkan bahwa pemilu tidak akan menghasilkan perubahan, karena 90 persen peserta pemilu melakukan politik uang untuk melancarkan usahanya menuju kursi jabatan. “Jadi jargon perubahan yang diusung partai politik di Indonesia itu semuanya omong kosong,” ungkapnya.
Sedangkan narasumber lainnya, Hamdhani Abu Ridho dan M Shiddiq Al Jawi mengungkapkan tentang demokrasi secara aqidah, karena perubahan harus sesuai dengan thariqah atau metode dakwah dari nabi Muhammad SAW, yaitu dengan pembinaan, interaksi dengan ummat dan meminta keuasaan kepada ahlul quwwah untuk menegakan khalifah islam. (korankaltim.com, 28/4/2014)