HTI Presss. Ahad 27 April 2014, Hizbut Tahrir Indonesia DPD Kota Samarinda kembali menggelar agenda dakwah setiap 3 bulan sekali yakni Halqoh Islam & Peradaban edisi ke 9 dengan tema “Pemilu, Demokrasi & Masa Depan Umat” di Aula Gedung Kesbangpol lantai 2.
Carolus Tuah dari Pokja 30 sebagai pembicara pertama menyampaikan bahwa “pemilu sejak awal digelar pada tahun 1955 hingga sekarang hanya menghasilkan dua hal, koruptor dan mantan koruptor’. ia juga menambahkan bahwa selain mencetak para koruptor, pemilu juga mencetak “robot-robot” baru yakni penguasa yang digerakan oleh tangan-tangan yang tidak terlihat (pengusaha,red).
sedangkan pembicara kedua yakni Sony Sudiar, S.IP, M.Si mengatakan bahwa pemilu tidak akan menghasilkan apa-apa, karena 90% parpol dan caleg melakukan money politic, jadi jargon perubahan yang diusung oleh partai politik yang bertarung i pemilu kemarin adalah omong kosong.
pembicara ketiga oleh Ustadz Hamdhani Abu Ridho Ibnu Thoha, SH menjelaskan ide demokrasi secara aqidah bertentangan dengan Islam. Dan jalan untuk menuju perubahan kepada perubahan harus sesuai dengan thariqah dakwah yang telah nabi Muhammad saw tetapkan, yakni Pertama: tahap pembinaan dan pengkaderan (marhalah tatsqif wa takwin). Kedua: tahap interaksi dengan umat (tafa’ul ma’a al-ummah), yang di dalamnya ada aktivitas pergolakan politik (al-kifah as-siyasi) dan perang pemikiran (shira’ al-fikri). Ketiga: tahapan istilam al-hukmi (penerimaan kekuasaan) melalui dukungan ahlun-nushrah.
Sedangkan pembicara terakhir yakni K.H Muhammad Shiddiq al Jawi dari DPP HTI menjelaskan bagaimana peta konstelasi politik pasca pemilu untuk menuju pilpres pada juli 2014, serta menerangkan secara analisa politik bahwa Indonesia salah satu negara yang memiliki potensi besar untuk tegaknya sistem pemerintahan Islam yakni sistem Khilafah.[] Adi Victoria/Humas HTI Samarinda