Pihak berwenang Cina telah menangkap lebih dari 200 Muslim selama satu setengah bulan di wilayah mayoritas Muslim, Xinjiang (Turkestan Timur) dengan tuduhan mempublikasikan apa yang disebut dengan “video teroris”, kata kepolisian Cina.
Surat kabar “Global Times” pada hari Senin (12/5) menyebutkan bahwa 232 orang telah ditangkap dengan tuduhan mempublikasikan video yang berisi seruan terhadap terorisme melalui perangkat internet dan mobile, katanya.
Pihak berwenang Cina menuduh kaum Muslim Xinjiang, yang berada di bagian barat negara itu, berada di balik serangan-serangan yang terjadi baru-baru ini.
Ketegangan tengah menyelimuti Xinjiang, wilayah luas yang menikmati otonomi, dan mereka adalah kaum Muslim Uighur yang berbicara dalam bahasa Turki, etnis yang paling menonjol di sana.
Dan baru-baru ini, pemerintah Xinjiang telah memperketat prosedur untuk mencegah penyebaran pesan audio atau video yang berisi seruan terhadap kekerasan dan terorisme.
Uighur menegaskan bahwa mereka tengah dimarjinalkan untuk kepentingan etnis Han yang secara umum mendominasi negeri ini. Mereka mengecam upaya untuk memperbanyak jumlah anggota etnis ini dengan mendatangkannya dari sejumlah wilayah Cina lainnya dalam konteks kebijakan pembangunan ekonomi.
Pihak berwenang Cina memberlakukan pengawasan terhadap komunikasi melalui internet di Xinjiang, di mana pada tahun 2009 ada pemutusan internet selama beberapa bulan setelah terjadinya kerusuhan dan kekerasan etnis di Urumqi.
Kongres Uighur Dunia, organisasi yang membela etnis Uighur yang bermarkas di Munich, Jerman, mengecam dengan keras pengawasan terhadap internet di Xinjiang (islammemo.cc, 12/5/2014).